Bab 9

by Zaidaa 01:37,Dec 03,2024
"Tuan duke, ini maksudnya apa?" tanya Achlys.

"Kontrak pekerjaan seperti yang baru saja kamu katakan."

"Tetapi...apa hubungannya dengan insiden ini? Dan kenapa saya harus menandatangani ini tuan duke?"

"Siapa yang pantas disalahkan atas kematian mereka kalau bukan diriku nona Achlys karena akulah yang telah memgirim mereka kesini tetapi itu karena permintaan dari kedua orang tuamu dan kamu meminta maaf padaku karena hal tersebut kan? Dan kalau kamu mau aku memaafkanmu, lakukanlah apa yang kusuruh!"

Achlys terdiam. "Para ksatria itu sudah siap mati demi Kynleigh. Dan keluarga yang ditinggalkan tampaknya tidak bisa berbuat apapun. Mereka hanya percaya pada Duke Julian yang pasti akan menangkap pelakunya dan membalas kematian mereka. Aku merasa sangat bersalah. Namun, alih-alih diberi hukuman, Duke Julian malah membahas mengenai pekerjaan di tengah-tengah para mayat ksatrianya. Dia pasti sudah gila," batinnya.

"...Kenapa tuan duke malah memberikan saya pekerjaan yang memguntungkan bukannya menghukum saya?" tanya Achlys. "Jika seperti ini, maka bagaimana saya bisa mengatasi rasa bersalah ini?"

"Betapa keras kepalanya," batin Duke Julian.

"Bukannya berterima kasih tetapi kamu malah meminta sebaliknya nona Achlys. Apakah itu karena kamu sangat membenciku?" tanya Duke Julian.

"Tidak tuan duke. Bukan seperti itu."

"Sejak awal kamu sudah mencemari nama baikku. Kamu belum membayar kompenasi. Dan sekarang, kamu menyebabkan para ksatriaku terbunuh. Kamu pasti tidak beprikir bagaimana hubunganku dengan mereka. Tidak hanya keluarga mereka saja yang kehikangan tetapi aku juga merasakannya," kata Duke Julian.

Achlys menundukkan wajahnya lebih dalam lagi. "Maafkan saya tuan duke. Saya akan menandatanganinya."



Duke Julian menjatunkan pena ke pangkuan Achlys. Saat gadis itu menandatangani surat kontrak pekerjaan itu, Duke Julian menarik sudut bibir kanannya.



"Setelah menandatanganinya, bukannya membaik, hatiku malah semakin diselimuti rasa bersalah," batin Achlys.



Achlys menyerahkan surat kontrak pekerjaan itu pada Duke Julian. Duke Julian mengeceknya.



"Dengan ini aku akan memaafkanmu nona Achlys," kata Duke Julian.



"Tuan duke...tetap saja saya merasa bersalah," kata Achlys.



"Tidak perlu merasa bersalah karena ini sepenuhnya bukan salahmu," kata Duke Julian. "Sekarang pulanglah!"

"Maaf? Kenapa saya harus pulang tuan duke? Kita harus membawa para mayat ksatria ini bersama bukan?" tanya Achlys.

Duke Julian menyimpan surat kontrak kerja dan pena di dalam mantel hitamnya kemudian berbalik membelakangi Achlys lalu mengeluarkan sihir berwarna biru yang tampaknya sangat kuat. Daun-daun berterbangan.

Achlys terlalu fokus pasa punggung Duke Julian yang gagah tertutupi mantel berwarna hitam sehingga tidak melihat sihir Duke Julian mengarah pada para ksatrianya.

"Heal," bisik Duke Julian.



Uhuk!



Achlys menoleh ke asal suara. Dia membelakkan matanya. Salah satu ksatria tiba-tiba batuk dan bergerak. Tidak hanya dia, yang lain juga mulai bergerak.



"Apa yang terjadi?" tanya Achlys kebingungan.



"Bukankah mereka semua sudah mati?" Achlys bertanya di dalam hati.



Achlys pikir, Duke Julian sudah memeriksa semua ksatrianya sehingga dengan mudahnya mengatakan mereka semua sudah mati.



"Selain berlatih pedang, mereka juga berlatih sihir pemulihan," kata Duke Julian dingin.



"Apa?" kaget Achlys. "Namun, jika sudah mati, bagaimana mereka bisa mengeluarkan sihirnya?" tanyanya dengan wajah bingung.

Duke Julian terdiam sejenak kemudian tersenyum. "Apakah kamu pikir mereka benar-benar sudah mati nona Achlys? Para ksatriaku itu..."

Para ksatria Duke Julian menghampiri Duke Julian kemudian berlutut dengan satu kaki di hadapan Duke Julian.

"Tangguh!"

"Tidak mungkin," bisik Achlys.

"Tuan duke...kamu...apakah kamu mencoba mempermainkanku?" batin Achlys.

Achlys menghampiri Duke Julian dengan langkah cepat. "Tuan duke sedang mempermainkan saya kan? Tuan duke bilang mereka semua sudah mati. Itu artinya tuan duke sudah memeriksa mereka kan?"

"Ya. Kupikir mereka semua sudah mati. Aku mengatakan pada mereka agar tidak bergerak dan mengeluarkan sihir pemulihan! Lakukan itu sampai aku selesai berurusan dengan nona Achlys! Tidak ada satupun dari mereka yang bergerak jadi kupikir mereka sudah mati. Tadi itu aku mencoba mengecek mereka sudah mati apa belum dan ternyata mereka belum mati!"

"Saya tidak percaya. Tuan duke pasti merencanakan semua ini kan? Tuan dukelah yang telah mengirim para perampok itu untuk menyerang saya. Iya kan?!" tanya Achlys setengah berteriak.

"Para perampok itu sudah terkenal sejak lama dan sampai sekarang mereka selalu berhasil lolos," jawab Duke Julian.

"Bohong!"

"Terserah padamu mau percaya atau tidak nona Achlys. Yang terpenting sekarang kamu sudah menandatangani kontrak itu! Mulai besok kamu harus bekerja di kantor utama Kynleigh!" tegas Duke Julian.

Achlys ingin memberontak lagi pada Duke Julian. Namun kelihatannya Duke Julian sudah di ambang batas. Jika dia menekannya lagi, dia yakin Duke Julian marah. Selain itu, para ksatrianya juga menatapnya dengan penuh kebencian. Jika dia memang harus menerima semua ini, maka...

"Dengan beberapa syarat!" teriak Achlys.

"Kamu tidak bisa memberikan syarat!" tukas Duke Julian.

Achlys mengambil pedang salah satu ksatria Duke Julian.

"Menarik. Mau melawanku?" tanya Duke Julian tenang.

Duke Julian menjadi semakin penasaran dengan Achlys karena sebelumnya tidak pernah ada gadis yang menyodorkan pedang padanya.

"Tuan duke pasti percaya diri tidak akan kalah dari saya. Saya juga berpikir demikian. Dan untuk membuktikan keraguan di dalam hati saya, saya akan melakukan ini."

Achlys menaruh pedang itu di pergelangan tangan kirinya. Dia hendak menebas pergelangan tangannya. Namun, kedua matanya mengintip ekspresi Duke Julian.


Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

53