Bab 5 Jatuh Cinta Padamu?
by MilaBsa
20:33,Aug 08,2024
Jatuh Cinta Padamu?
Bagai terhantam batu besar di dadanya saat ini begitu mendengar ucapan yang menyakitkan itu keluar dari mulut Alaric. Aria merasakan sakit di hatinya, seolah-olah hatinya diiris dengan pisau, dan dia bahkan bisa merasakan darahnya menetes. Padahal ia sudah sering mendengar kalimat menyakitkan itu selama empat tahun ini, namun tetap saja ia tidak terbiasa dan tetap merasakan sakitnya itu.
Dia menarik napas dalam-dalam untuk menahan rasa pahitnya, lalu membuka matanya, menatap Alaric sambil tersenyum, dan berkata, "Tn. Hawthorne, mengapa kau begitu takut aku jatuh cinta padamu?" Ia ingin mendengar jawaban dari Alaric, meskipun ia tahu apa jawaban yang akan keluar dari mulut pria itu. Tapi, tetap saja ia keras kepala untuk tetap mendengar jawaban itu.
Alaric terdiam sebentar mendengar pertanyaan dari istrinya itu. Terlihat tak ada niatan dari Alaric untuk menjawabnya. Sama seperti sebelumnya, jika pertanyaan seperti itu keluar, ia Alaric akan selalu menghindarinya. Hingga Alaric mengangkat seprai dari tubuhnya dan turun dari tempat tidur, memperlihatkan tubuhnya yang kuat dan telanjang.
Dengan sigap ia mengambil pakaiannya dan memakainya, dengan merendahkan diri ia menatap Aria yang masih terbaring di atas ranjang, "Aria, aku sudah tidak cocok denganmu. Singkirkan apa yang kau sebut dengan cinta, atau aku akan mempertimbangkan untuk mengakhiri pernikahan kita lebih awal. Harusnya kau tau kalau aku paling tidak suka jika kau terus melontarkan pertanyaan seperti itu. Lain kali, jangan lagi menanyakan hal yang sama."
Aria turun dari tempat tidur juga, dan berjalan ke arah Alaric, mengulurkan tangan untuk melingkari pinggangnya yang kuat. Jujur saja, ia sebenarnya agak bingung dengan dirinya sendiri. Apakah ia benar-benar menyukai Alaric Hawthorne? Dia sebenarnya tidak mempermasalahkan perceraian yang semakin dekat itu. Namun, entah mengapa ada sisi lain dari dirinya yang tak rela jika perceraian itu terjadi. Apa itu hanya karena ketampanan dan kekayaan pria itu?
"Tuan Hawthorne, tidakkah kau berpikir bahwa kau terlalu tidak berperasaan? Lagi pula, aku masih istri sahmu. Kau tidak akan kehilangan apapun jika kau mengatakan sesuatu yang baik padaku, kan? Kau tidak pernah mengatakan hal yang baik dan lembut padaku. Kau selalu saja menggunakan nada dinginmu itu padaku. Padahal aku ingin sekali mendengarmu berbicara lembut padaku." Aria berkata dengan nada terisak. Aria tidak mengertia kenapa dirinya jadi tiba-tiba sangat emosional saat ini. Padahal biasanya ia akan biasa saja dengan nada dingin itu. Akhhh, apa yang terjadi pada dirinya saat ini?
Sambil mengancingkan kancing kemejanya, Alaric terdiam sejenak, karena tiba-tiba ia menyadari bahwa Aria, yang selalu kebal, telah menangis. Ia jadi sedikit heran dengan perilaku Aria yang tiba-tiba berubah.
Perasaan Alaric jadi campur aduk. Alaric berbalik badan dan melihat Aria yang menundukkan wajahnya. Ia menghela napas pelan dan mendekati istrinya itu. Ia mengangkat dagu Aria, hanya untuk melihat senyumnya yang lebar, dan tidak ada sedikitpun kesedihan di wajahnya. Apakah wanita ini tadi benar-benar menangis? Kenapa cepat sekali sudah terbit senyum yang lebar itu?
Alaric mencubit dagunya dan berkata, "Selama kau bersikap baik dan menghentikan fantasimu itu, kau bisa menyandang gelar Ny. Hawthorne untuk waktu yang lebih lama. Mengenai uangnya, aku akan memastikan kau mendapatkan apa yang pantas kau dapatkan. Kau jangan khawatirkan apa pun, aku akan menyiapkan semua yang kau butuhkan. Uang sebanyak apa pun, aku akan memenuhinya. Asal kau bisa bersikap sesuai yang aku perintahkan."
”Tapi yang aku butuhkan bukan hanya uang.” Aria hanya mengucapkan hal itu di dalam hatinya. Tanpa ada keberanian untuk mengucapkannya dengan lantang.
Aria membungkuk, menggigit perlahan dagunya, dan berkata dengan nada manis, "Jangan khawatir, Tn. Hawthorne, aku tidak layak untuk menjalin hubungan denganmu. Aku hanya bercanda. Kau tau kan kalau aku suka bercanda mengenai hal itu. Dan kau tidak akan mungkin terbawa perasaan dengan apa yang aku ucapkan." Meskipun Aria sangat berharap, apakah Alaric akan memikirkan apa yang ia ucapkan.
Alaric tersenyum miring setelah mendengarnya. Ia sudah tahu kalau Aria tidak akan mungkin serius mengatakan itu semua. Karena ia sangat yakin yang diincar wanita itu pada dirinya, hanyalah uang semata. Jadi, tidak mungkin Aria akan memiliki perasaan lebih padanya. "Sangat baik bagimu untuk mengetahui posisimu." Kata Alaric.
Dia menyukai kepribadian Aria yang tahan banting. Empat tahun yang lalu, ia memilih untuk menikahinya berdasarkan dua pertimbangan: pertama, ia mirip Selene; dan kedua, ia memuja uang. Seorang wanita yang dapat diatur dengan uang tidak akan menjadi masalah baginya di masa depan, dan itulah mengapa dia menikahinya sejak awal. Dalam empat tahun terakhir, dia cukup puas dengan sikapnya yang patuh.
Aria yang selalu patuh dengan apa pun yang ia ucapkan, membuat Alaric sangat dimudahkan. Ia tidak perlu direpotkan dengan wanita yang akan selalu mengganggu ketenangannya. Bisa dibilang itulah poin tambahan Aria dibandingkan dengan wanita lain yang mendekati dirinya, bahkan kelebihan itu tidak dimiliki oleh mantannya, Selene Hart.
Alaric meremas dagunya, dan berkata, "Jaga sikapmu! Aku telah meminta pengacara untuk menyusun perjanjian perceraian. Kau bisa langsung pergi ke firma hukum minggu depan dan menandatangani surat-suratnya. Mengenai biaya kompensasi, aku yakin akan mentransfer sejumlah uang yang cukup besar untukmu."
Aria hanya tersenyum manis mendengarnya. "Kalau begitu, aku ucapkan terima kasih sebelumnya, Tn. Hawthorne."
Mendengar kata-katanya, Alaric menciumnya dengan agresif di bibirnya, memulai ronde "kenikmatan" lainnya di tempat tidur.
Setelah itu, Aria meringkuk di pelukan Alaric, dan berkata dengan genit, "Tuan Hawthorne, maukah kau menggendongku ke kamar mandi? Aku ingin mandi"
Alaric membelai punggungnya dengan penuh kenikmatan, tetapi berkata dengan dingin, "Aku sedikit lelah sekarang. Kau bisa mandi besok pagi. Ayo kita tidur sekarang."
Ada sedikit kekecewaan di mata Aria. Ia sudah mengenal Alaric selama empat tahun, tapi ia hanya menjadi alat seks baginya. Alaric tidak pernah menganggapnya sebagai wanita, hanya alat pemuas nafsu saja. Yang bisa dibuang kapanpun pria itu menginginkannya.
Alaric tidak peduli dengan apa yang dipikirkan Aria, dan dengan cepat tertidur.
Aria masuk ke kamar mandi dan berendam di bak mandi air panas untuk menghilangkan rasa lelahnya. Kemudian, ia keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit tubuhnya.
Berdiri di samping tempat tidur, Aria menatap Alaric dengan perasaan yang kompleks, dan akhirnya menghela napas panjang.
Apakah ini benar-benar adalah akhir dari pernikahannya dengan Alaric? Selama empat tahun ini, Aria benar-benar penasaran. Apakah tidak pernah sekalipun pria itu menaruh perasaan padanya? Apakah Alaric sedikitpun tidak menaruh perasaan lebih padanya?
Bagai terhantam batu besar di dadanya saat ini begitu mendengar ucapan yang menyakitkan itu keluar dari mulut Alaric. Aria merasakan sakit di hatinya, seolah-olah hatinya diiris dengan pisau, dan dia bahkan bisa merasakan darahnya menetes. Padahal ia sudah sering mendengar kalimat menyakitkan itu selama empat tahun ini, namun tetap saja ia tidak terbiasa dan tetap merasakan sakitnya itu.
Dia menarik napas dalam-dalam untuk menahan rasa pahitnya, lalu membuka matanya, menatap Alaric sambil tersenyum, dan berkata, "Tn. Hawthorne, mengapa kau begitu takut aku jatuh cinta padamu?" Ia ingin mendengar jawaban dari Alaric, meskipun ia tahu apa jawaban yang akan keluar dari mulut pria itu. Tapi, tetap saja ia keras kepala untuk tetap mendengar jawaban itu.
Alaric terdiam sebentar mendengar pertanyaan dari istrinya itu. Terlihat tak ada niatan dari Alaric untuk menjawabnya. Sama seperti sebelumnya, jika pertanyaan seperti itu keluar, ia Alaric akan selalu menghindarinya. Hingga Alaric mengangkat seprai dari tubuhnya dan turun dari tempat tidur, memperlihatkan tubuhnya yang kuat dan telanjang.
Dengan sigap ia mengambil pakaiannya dan memakainya, dengan merendahkan diri ia menatap Aria yang masih terbaring di atas ranjang, "Aria, aku sudah tidak cocok denganmu. Singkirkan apa yang kau sebut dengan cinta, atau aku akan mempertimbangkan untuk mengakhiri pernikahan kita lebih awal. Harusnya kau tau kalau aku paling tidak suka jika kau terus melontarkan pertanyaan seperti itu. Lain kali, jangan lagi menanyakan hal yang sama."
Aria turun dari tempat tidur juga, dan berjalan ke arah Alaric, mengulurkan tangan untuk melingkari pinggangnya yang kuat. Jujur saja, ia sebenarnya agak bingung dengan dirinya sendiri. Apakah ia benar-benar menyukai Alaric Hawthorne? Dia sebenarnya tidak mempermasalahkan perceraian yang semakin dekat itu. Namun, entah mengapa ada sisi lain dari dirinya yang tak rela jika perceraian itu terjadi. Apa itu hanya karena ketampanan dan kekayaan pria itu?
"Tuan Hawthorne, tidakkah kau berpikir bahwa kau terlalu tidak berperasaan? Lagi pula, aku masih istri sahmu. Kau tidak akan kehilangan apapun jika kau mengatakan sesuatu yang baik padaku, kan? Kau tidak pernah mengatakan hal yang baik dan lembut padaku. Kau selalu saja menggunakan nada dinginmu itu padaku. Padahal aku ingin sekali mendengarmu berbicara lembut padaku." Aria berkata dengan nada terisak. Aria tidak mengertia kenapa dirinya jadi tiba-tiba sangat emosional saat ini. Padahal biasanya ia akan biasa saja dengan nada dingin itu. Akhhh, apa yang terjadi pada dirinya saat ini?
Sambil mengancingkan kancing kemejanya, Alaric terdiam sejenak, karena tiba-tiba ia menyadari bahwa Aria, yang selalu kebal, telah menangis. Ia jadi sedikit heran dengan perilaku Aria yang tiba-tiba berubah.
Perasaan Alaric jadi campur aduk. Alaric berbalik badan dan melihat Aria yang menundukkan wajahnya. Ia menghela napas pelan dan mendekati istrinya itu. Ia mengangkat dagu Aria, hanya untuk melihat senyumnya yang lebar, dan tidak ada sedikitpun kesedihan di wajahnya. Apakah wanita ini tadi benar-benar menangis? Kenapa cepat sekali sudah terbit senyum yang lebar itu?
Alaric mencubit dagunya dan berkata, "Selama kau bersikap baik dan menghentikan fantasimu itu, kau bisa menyandang gelar Ny. Hawthorne untuk waktu yang lebih lama. Mengenai uangnya, aku akan memastikan kau mendapatkan apa yang pantas kau dapatkan. Kau jangan khawatirkan apa pun, aku akan menyiapkan semua yang kau butuhkan. Uang sebanyak apa pun, aku akan memenuhinya. Asal kau bisa bersikap sesuai yang aku perintahkan."
”Tapi yang aku butuhkan bukan hanya uang.” Aria hanya mengucapkan hal itu di dalam hatinya. Tanpa ada keberanian untuk mengucapkannya dengan lantang.
Aria membungkuk, menggigit perlahan dagunya, dan berkata dengan nada manis, "Jangan khawatir, Tn. Hawthorne, aku tidak layak untuk menjalin hubungan denganmu. Aku hanya bercanda. Kau tau kan kalau aku suka bercanda mengenai hal itu. Dan kau tidak akan mungkin terbawa perasaan dengan apa yang aku ucapkan." Meskipun Aria sangat berharap, apakah Alaric akan memikirkan apa yang ia ucapkan.
Alaric tersenyum miring setelah mendengarnya. Ia sudah tahu kalau Aria tidak akan mungkin serius mengatakan itu semua. Karena ia sangat yakin yang diincar wanita itu pada dirinya, hanyalah uang semata. Jadi, tidak mungkin Aria akan memiliki perasaan lebih padanya. "Sangat baik bagimu untuk mengetahui posisimu." Kata Alaric.
Dia menyukai kepribadian Aria yang tahan banting. Empat tahun yang lalu, ia memilih untuk menikahinya berdasarkan dua pertimbangan: pertama, ia mirip Selene; dan kedua, ia memuja uang. Seorang wanita yang dapat diatur dengan uang tidak akan menjadi masalah baginya di masa depan, dan itulah mengapa dia menikahinya sejak awal. Dalam empat tahun terakhir, dia cukup puas dengan sikapnya yang patuh.
Aria yang selalu patuh dengan apa pun yang ia ucapkan, membuat Alaric sangat dimudahkan. Ia tidak perlu direpotkan dengan wanita yang akan selalu mengganggu ketenangannya. Bisa dibilang itulah poin tambahan Aria dibandingkan dengan wanita lain yang mendekati dirinya, bahkan kelebihan itu tidak dimiliki oleh mantannya, Selene Hart.
Alaric meremas dagunya, dan berkata, "Jaga sikapmu! Aku telah meminta pengacara untuk menyusun perjanjian perceraian. Kau bisa langsung pergi ke firma hukum minggu depan dan menandatangani surat-suratnya. Mengenai biaya kompensasi, aku yakin akan mentransfer sejumlah uang yang cukup besar untukmu."
Aria hanya tersenyum manis mendengarnya. "Kalau begitu, aku ucapkan terima kasih sebelumnya, Tn. Hawthorne."
Mendengar kata-katanya, Alaric menciumnya dengan agresif di bibirnya, memulai ronde "kenikmatan" lainnya di tempat tidur.
Setelah itu, Aria meringkuk di pelukan Alaric, dan berkata dengan genit, "Tuan Hawthorne, maukah kau menggendongku ke kamar mandi? Aku ingin mandi"
Alaric membelai punggungnya dengan penuh kenikmatan, tetapi berkata dengan dingin, "Aku sedikit lelah sekarang. Kau bisa mandi besok pagi. Ayo kita tidur sekarang."
Ada sedikit kekecewaan di mata Aria. Ia sudah mengenal Alaric selama empat tahun, tapi ia hanya menjadi alat seks baginya. Alaric tidak pernah menganggapnya sebagai wanita, hanya alat pemuas nafsu saja. Yang bisa dibuang kapanpun pria itu menginginkannya.
Alaric tidak peduli dengan apa yang dipikirkan Aria, dan dengan cepat tertidur.
Aria masuk ke kamar mandi dan berendam di bak mandi air panas untuk menghilangkan rasa lelahnya. Kemudian, ia keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit tubuhnya.
Berdiri di samping tempat tidur, Aria menatap Alaric dengan perasaan yang kompleks, dan akhirnya menghela napas panjang.
Apakah ini benar-benar adalah akhir dari pernikahannya dengan Alaric? Selama empat tahun ini, Aria benar-benar penasaran. Apakah tidak pernah sekalipun pria itu menaruh perasaan padanya? Apakah Alaric sedikitpun tidak menaruh perasaan lebih padanya?
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved