Bab 12

by AM.assekop 15:49,Jul 12,2024


Pas seusai kepergian Wayne Chad, seorang pria berpakaian formal rapi masuk ke dalam mini ballroom hotel bersama beberapa tamu undangan lainnya. Saat itu, acara sudah dimulai dan sekitar seratus orang di sana sedang menikmati hidangan ala kadarnya. 

Dia adalah Kevin Hamilton, seorang pria yang sejak dulu mengidam-idamkan agar Vinna bisa menjadi istrinya. Kevin menjadi pengagum Vinna semenjak mereka masih di Universitas namun karena Vinna orangnya cuek minta ampun, hingga sekarang impian Kevin tetap terbengkalai.

Selain itu, Ferdy juga sempat menekankan kepada Vinna agar mau menjadi istri Kevin, tetapi tetap Vinna tidak bersedia. Tidak ada yang bisa melawan keputusan Vinna dan terlebih kalau Luis Charlton sudah memberian izin, semua tak bisa berubah.

Keluarga Hamilton tergolong sebagai keluarga kelas tiga di kota ini. H-Enterprise cukup berpengaruh, tetapi ketika Kevin merayu bapaknya agar mau membantu Keluarga Charlton, usulannya ditolak mentah-menta karena siapa yang mau membantu perusahaan yang bakal bangkrut?

Suasana di meja spesial tuan rumah sedang bahagia karena kehadiran Zavy. Namun, kehangatan itu seketika buyar ketika Kevin menyela pembicaraan. “Aku dengar barusan ada pria bernama Zavy yang memberikan hadiah jam tangan Rolex seharga ribuan dollar saja. Astaga! Kau pria bernama Zavy?” Kevin menyilangkan kedua tangannya di dada sambil menghunuskan tatapan tajam pas ke manik mata Zavy.

Jika dilihat dari posisi duduknya, sepertinya Zavy bukan orang lain di keluarga ini. Lantas, siapa dia?

Kevin mengerutkan kening dan bertanya, “Zavy, kau siapa?”

Vinna yang menjawabnya. “Zavy adalah calon suamiku!”

Deg!

Tetap tenang, Kevin meletakkan dua buah kado yang dia bawa. Satu plakat perak yang ada logo H-Enterprise dan sepatu kulit seharga delapan ribu dollar. “Hadiah spesial dari Keluarga Hamilton kepada Keluarga Charlton. Maaf karena hadiah yang aku bawa tampak biasa tetapi aku yakin tidak akan ada orang yang bisa memberikan hadiah seperti yang aku bawa.”

Tidak sampai di situ, Kevin juga mengejek Zavy yang mengakunya sebagai calon suami Vinna. “Kau membawa jam tangan Rolex murahan itu? Astaga! Sudahlah, kau pasti bercanda!” Kevin tertawa terbahak-bahak sampai terdengar oleh orang-orang di sekitarnya.

Keluarga Charlton mengenal dekat Kevin karena cukup sering dia bertemu, terutama Ferdy. Ferdy adalah orang yang paling suka kalau Vinna berjodoh dengan Kevin. Namun, sudah lebih dari lima tahun mereka tak kunjung menjalin hubungan serius apalagi sampai ke jenjang pernikahan.

Kendati pun begitu, Kevin tak pernah putus asa. Dia sangat bernafsu agar bisa menjadi suami sah Vinna. Dia sangat berambisi meskipun selama bertahun-tahun bersaing ketat dengan para kontestan lain dan kerap gagal juga. Baginya, Vinna ibarat dewi yang wajib dimiliki.

Semua orang di sana pun akhirnya menyadari bahwa Rolex yang dibawa oleh Zavy sangat tidak berharga. Namun, bukankah Zavy pria kaya yang punya saham di MR-25 Company? Bukankah dia investor hebat dari luar negeri?

“Kakek Charlton, kenapa pria itu bisa duduk begitu istimewa di sebelah mu. Apa kehebatan dia?” Kevin mendecap remeh. Sebagai kontestan terlama dan terbaik, pria yang tak kalah tampan dari Zavy itu sangat cemburu tatkala ada pesaing baru yang masuk ke kontestasi perebutan Vinna.

Vinna sangat cantik, tubuhnya seksi, dan sangat cerdas. Ditambah, dia masih gadis dan perawan. Setahu orang-orang, Vinna memang belum pernah berpacaran resmi apalagi sampai berhubungan badan. Di negeri ini, sulit menemukan wanita cantik dan perawan sekaligus.

Berulang kali Kevin menawarkan kerja sama dengan pihak Keluarga Charlton meskipun dia sendiri tidak punya kuasa lebih dalam mengelola H-Enterprise milik Keluarga Hamilton. Sebagai manager umum, dia memang punya pengaruh di perusahaan tetapi tidak punya hak kekuasaan mutlak.

Vinna menyenggol lengan Zavy, memberikan gestur agar Zavy segera bicara.

Zavy berdeham sekali sebelum berkata, “Aku tidak sempat pergi ke mall. Jika kalian tahu, pakaian ini pun baru aku beli, jadi tadi aku hanya bisa membeli jam tangan ini. Aku buru-buru, tidak sempat ke ATM lalu membeli hadiah mahal.”

“Alasan!” serobot Kevin menyeringai, lalu melangkah pendek mendekati meja spesial tuan rumah. “Aku tidak melihat keseriusan di wajahmu, Zavy. Aku yakin, kau berbohong!” sentaknya penuh curiga.

Kevin selalu punya alasan untuk menyingkirkan pesaingnya, apalagi kali ini pesaingnya sangat tampan dan keren, belum lagi pria tersebut disanjung karena punya saham di perusahaan besar. Kevin ketar-ketir kalau-kalau dewinya kena karungi oleh orang lain.

“Tuan Ferdy, dia sangat baru di keluarga ini. Dia pun baru sekali ini menghadiri pesta yang diadakan Keluarga Charlton. Apa kalian tidak meragukan dia? Aku saja ragu. Sepertinya ada yang tidak beres.” Kevin menebarkan pesan provokatif. “Kalau dia memang kaya, seharusnya dia bisa memesan hadiah mahal dan spesial, bukan malah hanya memberi jam tangan murah harga ribuan dollar.”

Ferdy mendenguskan napas berat, tatapan matanya tak lepas dari wajah Zavy yang selalu berusaha meyakinkan. ‘Ada yang tidak beres.’

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

200