chapter 3 Penyakit Jantung

by Wisely 14:36,Jan 09,2024
Pengobatan tradisional Tiongkok sangat luas dan mendalam, tetapi tidak pernah terpikirkan bahwa akan ada resep yang benar-benar dapat menyembuhkan penyakit jantung bawaan.

"Cintya."

Saat Danu Wanzel tertegun, seorang lelaki tua berusia enam puluhan tahun datang mendekat. Ketika dia melihat Cintya, senyuman tak berdaya muncul di wajahnya, kemudian dia berjalan mendekat.

"Kakek."

Cintya langsung menunjukkan ekspresi ceria. Wajah kecilnya yang rupawan penuh dengan senyuman. Tingkahnya yang lincah dan imut segera membuat senyuman di wajah lelaki tua itu menjadi semakin kuat.

"Kamu sudah kangen sama Cintya, kan? Makanya sengaja datang ke sini untuk menemuiku?"

Cintya berkata dengan serius. Suaranya yang lembut dan manis memberi kesan cerdas dan pintar.

"Iya. Kakek sudah merindukan Cintya."

Orang tua itu mengangguk sambil tersenyum. Dia kemudian berjongkok dan menggendong Cintya yang sedang tersenyum ceria. Ketika pandangannya beralih ke Danu Wanzel yang terbaring di atas ranjang rumah sakit, lelaki tua itu tersenyum sambil mengangguk.

"Anak ini memang seperti itu. Sangat ramah dan juga sangat lengket dengan orang."

Saat suara lelaki tua itu turun, Danu Wanzel melambaikan tangannya dan segera duduk dari ranjang rumah sakit.

"Sangat menggemaskan."

Danu Wanzel memujinya dan segera menggerakkan tubuhnya, merasakan sensasi yang memenuhi seluruh tubuhnya.

Setelah menerima warisan dari Dato Dokter, dia bisa merasakan aliran udara lembut di tubuhnya. Beberapa luka yang dia derita sebelumnya anehnya tiba-tiba sembuh.

Memikirkan Luna Linardi dan pria paruh baya gemuk yang mengendarai BMW, mata gelap Danu Wanzel sedikit menyipit membentuk lengkungan berbahaya.

"Gubrakkk"

Saat Danu Wanzel sedang tenggelam dalam pikirannya, tiba-tiba terdengar suara dari klinik. Danu Wanzel memalingkan muka hampir secara refleks dan ekspresinya sedikit berubah.

"Dokter"

Orang tua itu juga kaget dengan keadaan yang tiba-tiba ini. Cucunya yang tadinya lincah dan ceria langsung terjatuh ke tempat tidur dan wajahnya memucat.

Seketika keributan dalam kamar pasien. Segera, beberapa perawat dan dokter perawat, Inggrid Jaw, datang dengan cepat. Setelah melakukan pemeriksaan sistematis, Inggrid Jaw mengerutkan kening.

Inggrid Jaw adalah seorang ahli bedah terkenal di rumah sakit trauma. Setelah serangkaian pemeriksaan, Cintya hanya mengalami luka kulit di betisnya, sama persis seperti sebelumnya.

Pengalaman kerja yang kaya membuat Inggrid Jaw menyadari bahwa anak kecil lucu di ranjang rumah sakit itu lebih dari sekadar cedera kecil di kakinya.

"Ambil darahnya untuk diperiksa. Kita tunggu sampai hasil tesnya keluar."

Inggrid Jaw berkata dan segera setelah memberikan instruksi kepada perawat yang bertugas, dia berbalik dan berjalan keluar.

"Aihh."

Orang tua itu menghela nafas dan menatap Cintya dengan penuh kasih di ranjang rumah sakit, menunjukkan ekspresi tertekan. Danu Wanzel merenung sejenak dan berjalan menuju orang tua itu.

"Pak Tua, apakah keluargamu menderita penyakit jantung bawaan?"

Danu Wanzel bertanya langsung. Saat suaranya turun, lelaki tua itu terkejut. Saat segera mengangkat kepalanya, matanya menatap Danu Wanzel dengan sedikit terkejut.

Hal ini bukanlah rahasia di keluarganya, namun bagi orang luar merupakan rahasia yang sulit diketahui. Hanya saja mereka tidak menyangka pemuda yang juga seorang pasien ini akan benar-benar melihatnya.

"Cintya kemungkinan besar mewarisi penyakit jantung bawaan dari keluargamu."

Danu Wanzel berkata lagi dalam keheningan. Saat suaranya turun, wajah lelaki tua itu sedikit berubah. Dia lalu mengerutkan kening dan menatap Danu Wanzel dengan sedikit rasa tidak percaya.

Penyakit jantung bawaan keluarga mereka terbilang istimewa dan selalu diturunkan dari laki-laki ke perempuan. Oleh karena itu, meskipun Cintya kadang-kadang merasa tidak fit, mereka tidak pernah menyangka bahwa penyakit ini akan diturunkan dari Cintya.

"Kok kamu bisa mengetahui hal ini? Lagipula, sepertinya kamu juga seorang pasien, kan?"

Lelaki tua itu bertanya dengan tatapan mata yang kompleks. Tidak banyak orang di keluarganya yang mengetahui kondisi ini. Bahkan Cintya pun tidak mengetahuinya. Ini seperti secara langsung mengesampingkan alasan Cintya memberitahu pemuda tersebut.

"Uhukkmm"

Jejak rasa malu melintas di wajah Danu Wanzel. Dia segera melihat gaun rumah sakit di tubuhnya dan tersenyum pahit.

"Aku seorang mahasiswa pengobatan Tiongkok. Kamu juga mungkin tahu bahwa pengobatan Tiongkok fokus pada penglihatan, pendengaran, pertanyaan, dan pemahaman. Aku samar-samar menyadarinya ketika mengobrol dengan Cintya barusan."

Danu Wanzel membuat kebohongan putih, menutupi sedikit rasa malunya, dan berkata kepada orang tua itu.

"Bocah malang ini."

Orang tua itu menghela nafas dengan mata muram dan berkata tanpa daya.

Penyakit jantung bawaan tidak bisa disembuhkan sama sekali. Dia mengidapnya, putranya mengidapnya. Tanpa diduga, di generasi ini, bahkan cucu perempuan tercintanya, Cintya, pun mewarisinya.

Pada saat ini, jejak keputusasaan muncul di hati lelaki tua itu. Melihat Cintya yang tampak pucat di atas ranjak, jejak kepahitan muncul di sudut bibirnya.

"Sebenarnya penyakit jantung bawaan seperti ini bukan tidak mungkin bisa disembuhkan sepenuhnya."

Melihat kepahitan di wajah lelaki tua itu, Danu Wanzel menarik napas dalam-dalam lalu berbicara sambil berpikir keras. Saat kata-katanya jatuh, lelaki tua itu sedikit terkejut, tetapi tidak berkata apa-apa lagi.

Bagaimanapun, Danu Wanzel hanyalah seorang pemuda berusia sekitar dua puluhan tahun. Penyakit jantung yang diturunkan dalam keluarganya telah dikonsultasikan oleh banyak ahli selama bertahun-tahun namun masih menjadi masalah besar di bidang medis.

Apalagi Danu Wanzel sendiri masih sakit, jadi lelaki tua itu hanya tersenyum pahit mendengar perkataan Danu Wanzel.

"Jika kamu percaya dengan perkataanku, aku bisa mencobanya. Mungkin aku bisa menyembuhkan penyakit Cintya."

Melihat lelaki tua itu tidak bergeming, Danu Wanzel berbicara lagi.

Kebaikan dan kegemasan Cintya sebelumnya sangat menyentuh bagian lembut hati Danu Wanzel. Justru karena itulah dia berinisiatif ingin membantu mengobati Cintya.

"Kamu"

Orang tua itu tersenyum pahit dan langsung melambaikan tangannya, "Mari kita tunggu sampai hasil pemeriksaan rumah sakit keluar."

Danu Wanzel mengangguk. Dia bisa memahami suasana hati lelaki tua itu. Dia berbalik dan mengemas barang-barang di ranjang rumah sakit. Karena lelaki tua itu tidak mempercayainya sama sekali, dia tidak perlu terus-menerus mengganggunya.

Bagaimanapun, dia akan segera lulus. Karena dia adalah mahasiswa terbaik, dia telah diterima di pusat pertama. Bahkan setelah kehilangan Lunafia pun, masa depannya masih terbilang cerah.

Terlebih lagi, kini setelah memiliki warisan Dato Dokter di benak pikirannya, Danu Wanzel yakin bahwa selama dia diberi waktu, dia pasti akan bersinar di kalangan ahli medis.

Hanya saja tidak tahu seperti apa ekspresi Lunafia ketika dia memilih pria paruh baya yang gemuk.

Terhadap wanita yang sudah dikencaninya hampir setahun lebih, saat ini, Danu Wanzel sudah tidak terlalu memiliki perasaan kepadanya lagi.

"Dinggg"

Saat Danu Wanzel sedang menyelesaikan persiapannya, nada dering sms di ponselnya berdering pelan.

Danu dengan santai mengambil telepon dan membuka sms. Melihat font halus di atasnya, wajah Danu Wanzel perlahan menjadi gelap.

Pesan teks tersebut dikirim oleh Kantor Penerimaan Luar Negeri pusat pertama. Intinya adalah karena Danu Wanzel ikut serta dalam perkelahian, kualifikasi penerimaan yang sebelumnya telah dibatalkan.

Danu Wanzel tahu dalam hatinya bahwa pasti ada seseorang di balik masalah ini.

Toh pria gemuk paruh baya itu yang duluan memprovokasinya hari ini. Danu hanya marah dan menanyai Lunafia untuk beberapa patah kata langsung dipukuli oleh beberapa anak muda yang bergegas keluar.

Danu benar-benar korban. Kok malah jadi terlibat perkelahian?

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

100