chapter 6 Akupunktur

by Wisely 14:36,Jan 09,2024
Orang yang memanggil Danu Wanzel secara alami adalah kakek Cintya, Aries Chandra, presiden Chandra Group.

Sebagai keluarga finansial terkemuka di Kota Ramada, Chandra Group memiliki aset hampir 10 miliar dan terlibat dalam berbagai industri investasi.

Sebagai satu-satunya anak dari generasi ketiga keluarga Chandra, Cintya Chandra secara alami mendapatkan kasih sayag dari Aries Chandra dan seluruh keluarganya.

Sebelumnya, Aries Chandra merasa Danu Wanzel masih muda dan tidak mengindahkan perkataannya. Hingga saat hasil diagnosa rumah sakit keluar, hasilnya sama persis dengan penilaian pemuda itu. Lelaki tua itu benar-benar mulai membawanya dengan serius.

Sebagai bos besar di sektor keuangan di Kota Ramada, Aries Chandra dapat mengetahui keberadaan Danu Wanzel tanpa susah payah.

Ketika menelepon Danu Wanzel, Aries sudah bergegas menghampirinya secara pribadi.

Danu Wanzel bertemu Aries Chandra yang keluar dari mobil Lincoln di gerbang halaman.

Saat lelaki tua itu melihat Danu Wanzel, senyuman ramah langsung muncul di wajahnya.

"Adik kecil, lelaki tua itu meminta maaf padamu atas kesombonganku sebelumnya."

"Pak tua, tolong jangan berkata seperti itu." Danu Wanzel melambaikan tangannya dengan acuh tak acuh dan berkata, "Demi kesehatan anak, Anda lebih berhati-hati, itu juga sudah sepatutnya."

"Jarang ada adik laki-laki yang begitu murah hati." Aries Chandra mengangguk kepada Danu Wanzel, "Aku datang ke sini kali ini untuk mengundang adik untuk merawat cucu perempuanku. Jika adik benar-benar dapat membuat cucuku pulih sepenuhnya, kamu akan menjadi pahlawan bagi seluruh keluarga Chandra. Kami, keluarga Chandra, tidak akan pernah melupakan budi baikmu."

"Karena Cintya dan aku saling kenal, juga bisa dibilang takdir. Jangan khawatir, pak tua, aku akan melakukan yang terbaik."

"Baiklah, dik, masuklah ke dalam mobil. Kita akan membicarakan sisanya di jalan."

Atas ajakan Aries Chandra, Danu Wanzel tidak menolak dan langsung masuk ke dalam mobil mewah bersamanya.

Setelah itu, supir mengantarkan mereka berdua menuju vila keluarga Chandra.

Sebelum datang mengundang Danu Wanzel, Aries Chandra telah meminta seseorang untuk membawa Cintya pulang dan menunggu.

Dalam perjalanan, Danu Wanzel akhirnya mengetahui identitas Aries Chandra.

Di luar dugaan, Cintya ternyata adalah pewaris kedua konsorsium keluarga Chandra. Ini yang justru membuat Danu Wanzel diam-diam terpana.

Namun, Danu juga sebenarnya tidak terlalu peduli dengan hal ini.

Danu Wanzel adalah seorang dokter. Bagi seorang dokter, sudah menjadi kewajibannya untuk mengobati dan menyelamatkan nyawa orang. Tidak peduli pasien macam apa yang dia hadapi, dia akan memperlakukan mereka dengan setara.

Setelah tiba di vila keluarga Chandra, Danu Wanzel turun dari mobil bersama Aries Chandra. Keduanya dengan cepat masuk ke dalam vila.

Danu Wanzel memperhatikan bahwa gaya dekorasi vila keluarga Chandra sangat retro, banyak mengandung budaya tradisional Tiongkok.

Terlihat bahwa Aries Chandra adalah seorang pengusaha dengan latar belakang budaya yang sangat mendalam.

"Pelayan, hidangkan teh untuk Tuan Danu." Begitu masuk, Aries Chandra memerintahkan para pelayannya.

"Tidak perlu." Mendengar ini, Danu Wanzel segera melambaikan tangannya untuk menghentikannya, lalu menatap lelaki tua itu dan berkata, "Tidak perlu terburu-buru untuk minum teh. Sebaiknya aku pergi menemui Cintya dulu."

"Boleh juga. Kalau begitu, mohon bantuannya, Tuan Danu."

Aries Chandra berkata, dan secara pribadi membawa Danu Wanzel menuju lantai dua vila tersebut.

Sesampainya di sebuah kamar di lantai dua, Danu Wanzel melihat Cintya terbaring diam di tempat tidur.

Di depan tempat tidur, ada seorang wanita berusia awal tiga puluhan sedang duduk.

"Ayah." Ketika wanita itu melihat Aries Chandra masuk dari luar, dia segera berdiri.

"Ini Dr. Danu," Aries Chandra berkata kepada menantu perempuannya, "Aku secara khusus mengundang Dr. Danu ke rumah untuk merawat Cintya."

Mendengar ini, wanita itu melirik ke arah Danu Wanzel.

Melihat pria ini masih sangat muda, wanita itu sedikit ragu-ragu. Karena rasa hormat dan kepercayaan pada Aries Chandra, wanita itu tidak mengajukan pertanyaan apa pun.

"Kalau begitu, mohon bantuannya, Dr. Danu." Wanita itu membungkuk sedikit dan berkata kepada Danu Wanzel.

Danu Wanzel juga mengangguk kepada wanita itu sebagai salam, lalu berkata kepada mereka berdua: "Kalian berdua, jangan khawatir. Aku sangat yakin bisa menyembuhkan penyakit Cintya. Harap tunggu di bawah sebentar."

Wanita itu memandang ke arah Aries Chandra dan melihat lelaki tua itu mengangguk sedikit. Setelah kembali mengucapkan dua kata 'terima kasih', wanita itu keluar dari kamar bersama Aries.

Danu Wanzel menutup pintu dan duduk di kursi di depan tempat tidur. Untuk memastikan semuanya aman, dia sekali lagi menggunakan warisan Dato Dokter untuk memeriksa Cintya untuk kedua kalinya.

Setelah memastikannya, Danu Wanzel mengangkat selimut dan memperlihatkan tubuh bagian atas Cintya.

Setelah itu, Danu Wanzel mengeluarkan jarum perak tersebut dan memasukkan jarum tersebut ke sekitar jantung Cintya satu per satu sesuai dengan instruksi warisan Dato Dokter tersebut.

Saat jarum ditusukkan, ada aliran udara yang hampir tidak terdeteksi mengikuti jarum perak dan masuk ke dalam tubuh Cintya, mengalir melalui jalur energi dalam tubuhnya.

Meskipun sudah memulihkan banyak energi tubuhnya sebelumnya di tempat Rina Hazel, akupunktur kali ini masih membuat Danu Wanzel berkeringat deras dan merasa sangat lelah.

Hingga lebih dari sepuluh menit kemudian, saat Danu Wanzel menyingkirkan jarum perak itu, Cintya perlahan membuka matanya.

"Kakak." Cintya jelas sangat bingung ketika dia melihat Danu Wanzel muncul di kamarnya.

"Kamu baru saja pingsan." Danu Wanzel berkata dengan lembut kepada Cintya, "Kakek membawamu pulang. Kakak barusan memberimu akupunktur. Beberapa hari lagi, kamu akan menjadi seorang anak kecil yang sepenuhnya sehat."

"Benarkah?" Mendengar ini, mata Cintya tiba-tiba berbinar, "Kalau begitu tidak akan pernah dirawat di rumah sakit, tidak akan pernah pingsan lagi? Trus, sudah boleh makan apapun yang diinginkan?"

"Ya." Danu Wanzel terpengaruh oleh antusiasme Cintya dan mengangguk sambil tersenyum, "Namun, makan terlalu banyak ayam goreng tidak baik untuk kesehatanmu. Kedepannya, kakak bisa mengajakmu makan makanan yang lebih sehat."

"Bagus sekali. Terima kasih, kak," suara Cintya mengungkapkan kegembiraan yang tak terkendali.

Danu Wanzel menghabiskan waktu di kamar Cintya beberapa saat, berbincang-bincang dengannya sampai dia tertidur dengan tenang lalu turun ke bawah.

"Cintya sudah sadar." Melihat Aries Chandra dan wanita itu menatapnya, Danu Wanzel berkata dengan jujur, "Aku akan memberinya beberapa akupunktur lagi. Lalu menggunakan obat Tiongkok yang bergizi. Tubuhnya akan segera pulih sepenuhnya."

"Kalau begitu, sungguh perlu berterima kasih kepada Tuan Danu." Aries Chandra berkata dengan hormat.

"Pak Chandra tidak perlu sungkan. Aku seorang dokter. Ini hal yang memang sudah semestinya kulakukan." Danu Wanzel tersenyum tipis, dan kemudian meminta kertas dan pena kepada pelayan keluarga Chandra.

Setelah itu, Danu duduk di sofa, menundukkan kepala dan mulai menulis di kertas.

"Ini adalah resep obat untuk menutrisi tubuh." Setelah menulis resepnya, Danu Wanzel menyerahkannya ke tangan wanita itu dan berkata, "Kalian hanya perlu merebus obat sesuai dengan instruksi yang kutulis. Berikan kepada Cintya untuk minum setiap hari."

"Terima kasih banyak, Dr. Danu." Wanita itu dengan sungguh-sungguh menerima resepnya.

Setelah menyelesaikan semuanya, Danu Wanzel memandang dan berkata kepada Aries Chandra, "Pak Chandra, besok aku akan datang lagi untuk memberikan akupunktur kepada Cintya. Untuk sekarang pamit dulu."

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

100