Bab 11 Rahasia Charly
by Gembeel_Elite
12:40,Dec 16,2023
Banyak urusan pada hari Senin. Begitu Kiara tiba di perusahaan, ia begitu sibuk dan baru bernapas lega setelah jam makan siang.
Kiara pergi ke kantin perusahaan di lantai 21 bersama rekan-rekan dari departemen administrasi untuk makan. Begitu dia keluar dari lift, dia bertemu Nathan.
Sosok tinggi dan tegak itu berjalan keluar dari lift. Dengan auranya yang kuat, suasana di sekitar menjadi serius.
Semua karyawan mundur dengan hati-hati, menundukkan kepala tidak berani melihatnya.
Kiara sesekali melirik dan matanya bertemu dengan mata Nathan. Ia menundukkan kepala, jantungnya berdetak kencang, apakah Iblis itu tadi menatapku?
"Tidak perlu sungkan, semuanya bersikap biasa saja.”
Jarang-jarang Nathan berbicara.
Para karyawan terkejut. Ini pertama kalinya mereka mendengar Presdir berbicara, mereka semua bersemangat.
Nathan duduk di dekat jendela, di belakangnya berdiri dua pengawal, sementara Gerry pergi mengambil makanannya.
Kiara meliriknya, sinar matahari memantul ke badannya melalui jendela, benar-benar tampan seperti dewa!
Alangkah baiknya jika pria ini adalah ayah dari anak-anakku!
Pikiran ini terlintas di benaknya, Kiara terkejut, buru-buru menghapus pikiran itu. Ia pergi ke meja rekan-rekannya di departemen administrasi dengan membawa makanan di tangannya.
Begitu dia duduk, Elio yang menyebalkan mendekatinya, "Hai!”
Kiara memutar matanya, bergerak ke samping, menjaga jarak dengan Elio.
"Kenapa kamu makannya sedikit?" Tanya Elio sambil menyeringai, "Makan yang banyak. Makanan kantin perusahaan kita lebih bervariasi dari pada restoran bintang 5, dan semuanya gratis."
Kiara mengabaikannya, menundukkan kepala terus makan.
"Hei, hari ini ada apa? Mengapa Presdir Nathan datang ke kantin ini?" Millie, karyawan wanita bertanya dengan berbisik-bisik.
"Aku juga penasaran, Presdir Nathan biasanya tidak pernah datang ke kantin." Staf wanita lainnya, Lily, melirik meja di seberangnya. Ia berbicara dengan suara rendah, "Presdir Nathan ada di sini, suasananya berubah menjadi tegang, semua orang takut untuk bersuara."
"Ya, ya, tanganku juga sampai gemetar." Yuni terus menundukkan kepalanya.
"Oh, jangan terlalu tegang." Elio tampak santai, "Presdir Nathan di luar tampak dingin, tapi sebenarnya dia orang yang sangat santai.”
"Sepertinya manager Elio sangat mengenal presiden." Seorang rekan laki-laki bertanya dengan rasa ingin tahu, "Terakhir aku melihatmu menyapa Presdir Nathan."
"Tentu saja, hubunganku dengan Presdir Nathan tidak biasa...”
Elio ingin menyombongkan diri, namun ia masih ragu.
"Tidak heran belum sampai setengah tahun manajer Elio naik jabatan, ternyata teman lama Presdir Nathan." Beberapa rekan kerja menyanjung Elio," Manajer Elio, kedepannya mohon bantuannya!"
"Jangan khawatir, selama kalian baik-baik saja di Blue Sky, kedepannya akan banyak kesempatan untuk berkembang.”
Elio tampak sombong.
Kiara tidak tahan dengan tingkah lakunya, mengangkat piring dan pergi.
Elio segera mengikuti, "Kiara, tunggu sebentar!”
Kiara sangat jengkel dan mempercepat langkahnya.
Tapi Elio dengan cepat menyusul, menghentikannya dari depan, "Kenapa buru-buru, ayo pergi bersama.”
"Manajer Elio, aku tidak mengenalmu dengan baik...”
Kiara belum selesai berbicara, seseorang tiba-tiba menabraknya dari belakang.
Tubuh Kiara condong ke depan, spaghetti bolognese yang belum habis dimakan terciprat ke wajah Elio, perlahan jatuh ke bawah membentuk seperti topeng.
"Ah--" rekan kerja di sekitar terkejut.
Elio tertegun sejenak, lalu ia marah. Ia seperti badut, buru-buru menyeka spaghetti bolognese dari wajahnya.
"Puff--" Kiara tidak bisa menahan tawa. Tetapi ia merasa tidak sopan dan meminta maaf, "Maaf, maaf, aku tidak sengaja. Seseorang baru saja menabrakku, jadi...”
Ketika berbicara, dia tanpa sadar menolehkan kepalanya, ternyata yang menabraknya adalah Nathan!
Ekspresi Nathan terlihat dingin, lalu pergi menjauh darinya.
Kiara menatap punggungnya dengan bingung. Apakah dia barusan menabrakku?
Di tempat yang begitu besar, bahkan dilindungi oleh empat pengawal, bagaimana bisa dia menabrakku?
Mungkinkah...disengaja?
"Kiara, apakah saat bejalan kamu tidak pakai mata?" Elio meraung memarahinya.
"Maaf, maaf!" Kiara menunjuk ke arah Nathan pergi. Ia berkata dengan lemah, "Presdir Nathan yang menabrakku, aku tidak sengaja...”
"Kamu selalu melempar tanggung jawab...”
"Manajer Elio." Gerry menyela Elio dan bertanya dengan dingin, "Apa kamu menyalahkan Presdir Nathan?"
"Tidak, tidak, aku tidak berani..." Elio buru-buru menjelaskan," Maksudku dia...tidak, maksudku diriku sendiri. Aku yang berjalan tidak pakai mata."
"Bagus." Gerry mengangguk puas, lalu mengingatkan dengan serius, "Kedepannya hati-hati saat berjalan, terutama di kantin, jangan membuang makanan!"
"Baik!" Elio menundukkan kepala dengan lemas.
Melihat penampilan Elio, Kiara bertepuk tangan di dalam hati. Pria brengsek ini akhirnya kena batunya juga. Kedepannya dia tidak akan berani menggangguku lagi!
Melihat ekspresi Kiara senang, sudut bibir Nathan melengkung.
Setelah pintu lift tertutup, ponselnya berdering, Nathan menjawab panggilan, "Katakan!”
"Presdir Nathan, Macan Kumbang Hitam telah ditangkap, tapi tidak ada chip padanya. Mungkin disembunyikan di suatu tempat. Aku sudah berusaha dengan segala cara tapi dia tidak mau berbicara. Tampaknya harus melakukan cara yang lebih kejam!”
"Orang seperti ini telah melewati tahap yang lebih kejam, tidak ada gunanya menyiksanya." Nathan memerintahkan, "Periksa CCTV Grand Mall, lihat apakah dia menyerahkan chip itu kepada rekannya."
"Ya, segera kami selidiki!”
……
Sesampainya di rumah setelah pulang kerja, bibi Rohana sudah menyiapkan makan malam yang wangi. Keluarga beranggotakan 5 orang makan dengan gembira.
Cheeky terbang ke pundak Celine, mengusap kepala kecilnya ke wajah tembem Celine.
Celine memberinya biji melon. Nafsu makan Cheeky seperti biasanya, tetapi menggelengkan kepalanya dan tidak berhenti cegukan.
Celine melihat piring Cheeky, makanannya tidak di sentuh sama sekali. Dia buru-buru berkata, "Mami, sejak tadi malam Cheeky belum makan. Dia terus cegukan. Apakah sakit?"
"Apa yang terjadi?”
Kiara mengelus kepala berbulu Cheeky. Dia menemukan kepala Cheeky lemas dan tampak lesu.
"Mungkinkah rasa terkejutnya di mall waktu itu belum hilang?" Kata bibi Rohana, "Malam ini bawa ke dokter saja."
"Benar, harus di bawa ke dokter." Kiara setuju.
Charly menatap Cheeky, lalu mengerutkan keningnya. Pada akhirnya dia tidak bisa menahan diri untuk menyembunyikannya lagi, "Mami, sebenarnya Cheeky menelan kepingan emas, jadi perutnya tidak enak.”
"Emas?" Kiara terkejut.
"Iya, kepingan emas sebesar ini..." Charly menggambarkannya dengan jari, "Ini seukuran jari kecilku."
"Sepertinya tidak ada emas seperti itu di rumah kita?" kata Kiara merasa bingung.
"Bukan di rumah. Saat aku di Mall, seorang paman berbaju hitam dan bertopeng memberikannya kepadaku..." Charly menjelaskan.
"Apakah kamu sudah terlalu banyak menonton kartun?" Calvin, anak sulung melirik Charly.
"Yang kukatakan itu benar..”
Charly menceritakan kejadian hari itu dengan rinci, sekeluarga tercengang mendengarnya.
"Hahaha." Bibi Rohana tertawa, "Charly, cerita yang kamu ceritakan benar-benar luar biasa."
"Aku baru saja bilang dia terlalu banyak menonton kartun." Calvin melirik Charly lagi lalu lanjut dengan makanannya.
"Kenapa kalian tidak percaya padaku..." Charly merasa cemas, "Mami, apakah Mami percaya padaku?"
"Percaya!" Kiara menaruh sepotong sayap ayam di mangkuk Charly, "Selesai makan nanti, kita bawa Cheeky ke dokter."
"Ya, bawa Cheeky ke dokter dulu." Celine hanya peduli pada Cheeky, bukan kebenarannya.
Charly mengerucutkan bibirnya, sangat kesal.
……
Setelah makan malam, Kiara dan ketiga anaknya membawa Cheeky ke dokter hewan. Dokter memeriksa Cheeky dan mengatakan bahwa itu adalah gangguan pencernaan, cukup diberikan obat saja.
Bibir Charly mengerucut dan berkata dalam hati, 'Hmm, tunggu Cheeky mengeluarkan kepingan emas itu, kalian akan tahu apakah yang aku katakan benar atau tidak!'.
Kiara pergi ke kantin perusahaan di lantai 21 bersama rekan-rekan dari departemen administrasi untuk makan. Begitu dia keluar dari lift, dia bertemu Nathan.
Sosok tinggi dan tegak itu berjalan keluar dari lift. Dengan auranya yang kuat, suasana di sekitar menjadi serius.
Semua karyawan mundur dengan hati-hati, menundukkan kepala tidak berani melihatnya.
Kiara sesekali melirik dan matanya bertemu dengan mata Nathan. Ia menundukkan kepala, jantungnya berdetak kencang, apakah Iblis itu tadi menatapku?
"Tidak perlu sungkan, semuanya bersikap biasa saja.”
Jarang-jarang Nathan berbicara.
Para karyawan terkejut. Ini pertama kalinya mereka mendengar Presdir berbicara, mereka semua bersemangat.
Nathan duduk di dekat jendela, di belakangnya berdiri dua pengawal, sementara Gerry pergi mengambil makanannya.
Kiara meliriknya, sinar matahari memantul ke badannya melalui jendela, benar-benar tampan seperti dewa!
Alangkah baiknya jika pria ini adalah ayah dari anak-anakku!
Pikiran ini terlintas di benaknya, Kiara terkejut, buru-buru menghapus pikiran itu. Ia pergi ke meja rekan-rekannya di departemen administrasi dengan membawa makanan di tangannya.
Begitu dia duduk, Elio yang menyebalkan mendekatinya, "Hai!”
Kiara memutar matanya, bergerak ke samping, menjaga jarak dengan Elio.
"Kenapa kamu makannya sedikit?" Tanya Elio sambil menyeringai, "Makan yang banyak. Makanan kantin perusahaan kita lebih bervariasi dari pada restoran bintang 5, dan semuanya gratis."
Kiara mengabaikannya, menundukkan kepala terus makan.
"Hei, hari ini ada apa? Mengapa Presdir Nathan datang ke kantin ini?" Millie, karyawan wanita bertanya dengan berbisik-bisik.
"Aku juga penasaran, Presdir Nathan biasanya tidak pernah datang ke kantin." Staf wanita lainnya, Lily, melirik meja di seberangnya. Ia berbicara dengan suara rendah, "Presdir Nathan ada di sini, suasananya berubah menjadi tegang, semua orang takut untuk bersuara."
"Ya, ya, tanganku juga sampai gemetar." Yuni terus menundukkan kepalanya.
"Oh, jangan terlalu tegang." Elio tampak santai, "Presdir Nathan di luar tampak dingin, tapi sebenarnya dia orang yang sangat santai.”
"Sepertinya manager Elio sangat mengenal presiden." Seorang rekan laki-laki bertanya dengan rasa ingin tahu, "Terakhir aku melihatmu menyapa Presdir Nathan."
"Tentu saja, hubunganku dengan Presdir Nathan tidak biasa...”
Elio ingin menyombongkan diri, namun ia masih ragu.
"Tidak heran belum sampai setengah tahun manajer Elio naik jabatan, ternyata teman lama Presdir Nathan." Beberapa rekan kerja menyanjung Elio," Manajer Elio, kedepannya mohon bantuannya!"
"Jangan khawatir, selama kalian baik-baik saja di Blue Sky, kedepannya akan banyak kesempatan untuk berkembang.”
Elio tampak sombong.
Kiara tidak tahan dengan tingkah lakunya, mengangkat piring dan pergi.
Elio segera mengikuti, "Kiara, tunggu sebentar!”
Kiara sangat jengkel dan mempercepat langkahnya.
Tapi Elio dengan cepat menyusul, menghentikannya dari depan, "Kenapa buru-buru, ayo pergi bersama.”
"Manajer Elio, aku tidak mengenalmu dengan baik...”
Kiara belum selesai berbicara, seseorang tiba-tiba menabraknya dari belakang.
Tubuh Kiara condong ke depan, spaghetti bolognese yang belum habis dimakan terciprat ke wajah Elio, perlahan jatuh ke bawah membentuk seperti topeng.
"Ah--" rekan kerja di sekitar terkejut.
Elio tertegun sejenak, lalu ia marah. Ia seperti badut, buru-buru menyeka spaghetti bolognese dari wajahnya.
"Puff--" Kiara tidak bisa menahan tawa. Tetapi ia merasa tidak sopan dan meminta maaf, "Maaf, maaf, aku tidak sengaja. Seseorang baru saja menabrakku, jadi...”
Ketika berbicara, dia tanpa sadar menolehkan kepalanya, ternyata yang menabraknya adalah Nathan!
Ekspresi Nathan terlihat dingin, lalu pergi menjauh darinya.
Kiara menatap punggungnya dengan bingung. Apakah dia barusan menabrakku?
Di tempat yang begitu besar, bahkan dilindungi oleh empat pengawal, bagaimana bisa dia menabrakku?
Mungkinkah...disengaja?
"Kiara, apakah saat bejalan kamu tidak pakai mata?" Elio meraung memarahinya.
"Maaf, maaf!" Kiara menunjuk ke arah Nathan pergi. Ia berkata dengan lemah, "Presdir Nathan yang menabrakku, aku tidak sengaja...”
"Kamu selalu melempar tanggung jawab...”
"Manajer Elio." Gerry menyela Elio dan bertanya dengan dingin, "Apa kamu menyalahkan Presdir Nathan?"
"Tidak, tidak, aku tidak berani..." Elio buru-buru menjelaskan," Maksudku dia...tidak, maksudku diriku sendiri. Aku yang berjalan tidak pakai mata."
"Bagus." Gerry mengangguk puas, lalu mengingatkan dengan serius, "Kedepannya hati-hati saat berjalan, terutama di kantin, jangan membuang makanan!"
"Baik!" Elio menundukkan kepala dengan lemas.
Melihat penampilan Elio, Kiara bertepuk tangan di dalam hati. Pria brengsek ini akhirnya kena batunya juga. Kedepannya dia tidak akan berani menggangguku lagi!
Melihat ekspresi Kiara senang, sudut bibir Nathan melengkung.
Setelah pintu lift tertutup, ponselnya berdering, Nathan menjawab panggilan, "Katakan!”
"Presdir Nathan, Macan Kumbang Hitam telah ditangkap, tapi tidak ada chip padanya. Mungkin disembunyikan di suatu tempat. Aku sudah berusaha dengan segala cara tapi dia tidak mau berbicara. Tampaknya harus melakukan cara yang lebih kejam!”
"Orang seperti ini telah melewati tahap yang lebih kejam, tidak ada gunanya menyiksanya." Nathan memerintahkan, "Periksa CCTV Grand Mall, lihat apakah dia menyerahkan chip itu kepada rekannya."
"Ya, segera kami selidiki!”
……
Sesampainya di rumah setelah pulang kerja, bibi Rohana sudah menyiapkan makan malam yang wangi. Keluarga beranggotakan 5 orang makan dengan gembira.
Cheeky terbang ke pundak Celine, mengusap kepala kecilnya ke wajah tembem Celine.
Celine memberinya biji melon. Nafsu makan Cheeky seperti biasanya, tetapi menggelengkan kepalanya dan tidak berhenti cegukan.
Celine melihat piring Cheeky, makanannya tidak di sentuh sama sekali. Dia buru-buru berkata, "Mami, sejak tadi malam Cheeky belum makan. Dia terus cegukan. Apakah sakit?"
"Apa yang terjadi?”
Kiara mengelus kepala berbulu Cheeky. Dia menemukan kepala Cheeky lemas dan tampak lesu.
"Mungkinkah rasa terkejutnya di mall waktu itu belum hilang?" Kata bibi Rohana, "Malam ini bawa ke dokter saja."
"Benar, harus di bawa ke dokter." Kiara setuju.
Charly menatap Cheeky, lalu mengerutkan keningnya. Pada akhirnya dia tidak bisa menahan diri untuk menyembunyikannya lagi, "Mami, sebenarnya Cheeky menelan kepingan emas, jadi perutnya tidak enak.”
"Emas?" Kiara terkejut.
"Iya, kepingan emas sebesar ini..." Charly menggambarkannya dengan jari, "Ini seukuran jari kecilku."
"Sepertinya tidak ada emas seperti itu di rumah kita?" kata Kiara merasa bingung.
"Bukan di rumah. Saat aku di Mall, seorang paman berbaju hitam dan bertopeng memberikannya kepadaku..." Charly menjelaskan.
"Apakah kamu sudah terlalu banyak menonton kartun?" Calvin, anak sulung melirik Charly.
"Yang kukatakan itu benar..”
Charly menceritakan kejadian hari itu dengan rinci, sekeluarga tercengang mendengarnya.
"Hahaha." Bibi Rohana tertawa, "Charly, cerita yang kamu ceritakan benar-benar luar biasa."
"Aku baru saja bilang dia terlalu banyak menonton kartun." Calvin melirik Charly lagi lalu lanjut dengan makanannya.
"Kenapa kalian tidak percaya padaku..." Charly merasa cemas, "Mami, apakah Mami percaya padaku?"
"Percaya!" Kiara menaruh sepotong sayap ayam di mangkuk Charly, "Selesai makan nanti, kita bawa Cheeky ke dokter."
"Ya, bawa Cheeky ke dokter dulu." Celine hanya peduli pada Cheeky, bukan kebenarannya.
Charly mengerucutkan bibirnya, sangat kesal.
……
Setelah makan malam, Kiara dan ketiga anaknya membawa Cheeky ke dokter hewan. Dokter memeriksa Cheeky dan mengatakan bahwa itu adalah gangguan pencernaan, cukup diberikan obat saja.
Bibir Charly mengerucut dan berkata dalam hati, 'Hmm, tunggu Cheeky mengeluarkan kepingan emas itu, kalian akan tahu apakah yang aku katakan benar atau tidak!'.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved