Bab 7 Part 7. Cinta Lama Kembali Hadir
by Neng Gemoy
20:22,Dec 05,2023
Di masa lalu, mereka sering menatap bulan purnama bersama. Rasanya, menatap bulan purnama begitu mengasyikan. Saling menggenggam tangan, saling bertukar cerita, bahkan sambil mengungkap isi hati yang terpendam hingga angan-angan yang sempat melintas untuk kehidupan di masa depan. Semua itu pernah mereka lalui bersama dan semua kenangan itu masih tersimpan di ingatan Li Quan.
"Apa yang kamu lakukan di sini? Masuklah, di sini sangat dingin," ucap Li Quan sambil menatap gadis yang kini mengalihkan perhatiannya.
"Apa cahaya bulan purnama memang seindah itu hingga Tuan menatapnya tanpa jemu?"
Zhi Ruo masih menatap bulan purnama dan berharap menemukan jawaban atas pertanyaannya sendiri. Tidak bisa dipungkiri kalau ternyata bulan purnama di malam itu memang bersinar dengan terang dan terlihat begitu indah.
Suasana kembali hening. Keduanya larut dalam keindahan bulan purnama yang membuat mereka bagai terhipnotis. Mereka diam dan terpaku.
Sejenak, Zhi Ruo menatap punggung Li Quan yang masih menatap keindahan bulan purnama. Rasanya, ada sesuatu yang aneh saat melihat lelaki itu. Entah mengapa, dia seakan-akan mengenali sosok di balik punggung yang terlihat bidang dan sempurna. Namun, dia kembali mengalihkan pandangannya dan menatap ke arah bulan purnama.
"Apa kamu suka saat melihat bulan purnama?"
Pertanyaan Li Quan mengalihkan pandangan Zhi Ruo. Gadis itu lantas duduk di atas sebuah batu yang teronggok di depan mulut goa. Dia kembali menatap bulan purnama.
"Aku menyukainya. Entah mengapa, aku sangat suka melihat keindahan bulan purnama. Bahkan, aku terkadang menitikkan air mata saat melihatnya. Seperti ada sesuatu yang hilang dalam hidupku, tetapi itu tidak mengubah pandanganku tentang bulan purnama. Bagiku, dia terlalu indah untuk dilewatkan begitu saja."
Zhi Ruo masih menatap bulan yang perlahan tertutup awan hitam. "Lihatlah, awan hitam itu akan menutupinya. Andai aku mampu, aku akan mengempaskan awan-awan itu agar menjauh. Ah, apalah dayaku yang hanya manusia biasa."
Zhi Ruo lantas bangkit dan hendak masuk ke goa karena rintik air hujan perlahan turun.
"Tuan, masuklah. Sepertinya, malam ini akan turun hujan."
"Tidak, hujan tidak akan turun! Lihatlah, awan-awan hitam itu telah pergi," ucap Li Quan sambil menunjuk ke arah bulan dan benar saja, gumpalan awan hitam kini tidak lagi terlihat. Bahkan, cahaya bulan bersinar semakin terang.
Zhi Ruo menghentikan langkahnya dan kembali duduk di atas batu. Kali ini, bulan terlihat sangat berbeda. Seakan-akan ada suatu kekuatan yang menggerakkan awan-awan hitam untuk menjauh dari bulan. Cahayanya pun tampak bersinar lebih terang hingga menembus sela-sela ranting dan dahan pepohonan.
Bagi Li Quan, itu bukan sesuatu yang sulit untuk dilakukan. Walau terkurung, tetapi kekuatannya tidak hilang. Dengan mudah, dia bisa menggerakkan awan hitam agar menjauh dari bulan. Dengan mudah, dia bisa mendatangkan dan menghentikan hujan. Bahkan, dia bisa membalikkan awan yang terang menjadi gelap dan membuat cahaya bulan terang benderang.
Li Quan adalah putra seorang dewa yang menguasai separuh alam semesta. Dan itu artinya, dia juga memilki kekuatan yang sama walau tidak sehebat sang ayah.
Li Quan terlahir dari ibu yang juga seorang dewi. Ibunya adalah Dewi Bulan yang tentu saja memiliki kecantikan abadi.
Li Quan memiliki separuh dari ketampanan ayahnya dan separuh keindahan dari kecantikan ibunya. Bahkan, kekuatannya pun tak kalah dengan orang tuanya. Hanya saja, cintanya pada Zhi Ruo di masa lalu telah membuatnya melakukan kesalahan fatal hingga dirinya harus terkurung di dalam hutan larangan.
Keindahan bulan di malam itu membuat Zhi Ruo takjub. Selama hidupnya, dia belum pernah melihat keindahan bulan yang baginya tak seperti biasa.
Sedari kecil, Zhi Ruo suka dengan pemandangan bulan purnama. Dari balik jendela, dia sering memperhatikan keindahan bulan hingga sering ditegur oleh ibunya. Baginya, bulan purnama seakan-akan menjadi daya tarik yang dia sendiri tidak mampu untuk memahaminya.
"Apakah bulan purnama mengingatkanmu pada seseorang?" tanya Li Quan tanpa menatap Zhi Ruo. Dia seakan-akan ingin menguji ingatan Zhi Ruo tentang masa lalu mereka. Karena dirinya yakin, Zhi Ruo adalah wanita yang sama. Wanita yang membuatnya jatuh cinta hingga menanggung hukuman yang teramat lama dan begitu menyiksa.
"Ya, bulan purnama dengan cahayanya yang terang mengingatkanku pada seseorang."
Seketika, Li Quan membalikkan tubuhnya dan menatap Zhi Ruo dengan penuh rasa cinta.
"Di dalam mimpiku, aku sering melihat bulan purnama bersama seseorang yang bahkan aku tidak tahu itu siapa. Wajahnya selalu tertutup hingga aku tidak bisa melihatnya. Yang kutahu, dia adalah seorang lelaki yang selalu menemaniku menatap bulan purnama. Ah, jika melihat bulan, aku pasti teringat akan mimpiku itu."
Zhi Ruo tampak tersenyum. Bibirnya merekah indah. Li Quan menatap senyuman yang sudah lama dia rindukan. Senyuman yang membuatnya tidak bisa melupakan gadis itu.
"Tuan, kalau aku boleh tahu, siapakah nama Tuan? Maaf, aku hanya tidak ingin melupakan kebaikan Tuan karena sudah menolongku. Namaku Zhi Ruo."
Li Quan terdiam sejenak dan menatapnya. Ada sedikit rasa kecewa karena gadis itu tidak mengingatnya. Bahkan, dalam mimpinya pun, Zhi Ruo tidak bisa melihat wajahnya.
"Namaku Li Quan."
Li Quan masih menatap Zhi Ruo yang tampak biasa saja saat mendengar namanya. Padahal, dia begitu merindukan namanya disebut oleh gadis itu sama seperti dulu.
"Li Quan? Apa mungkin kita pernah bertemu sebelumnya? Namamu sepertinya tidak asing di telingaku."
Zhi Ruo mengernyitkan alisnya dan menatap Li Quan dengan saksama. Li Quan hanya tersenyum dan kembali menatap bulan.
Malam itu, mereka habiskan dengan menatap bulan yang entah mengapa menjadi candu bagi mereka. Rasanya, mereka tidak bosan menatap bulan yang nyatanya terlihat biasa saja di mata manusia pada umumnya. Namun, bagi keduanya itu bukan pemandangan yang biasa karena ada sesuatu yang tidak bisa diartikan saat melihat bulan yang memancar indah.
"Masuk dan tidurlah. Malam makin larut dan sebentar lagi matahari terbit. Bukankah, besok kamu akan meninggalkan hutan ini?" tanya Li Quan yang duduk di samping Zhi Ruo.
"Kalau aku pergi, aku harus pergi kemana? Lelaki itu, dia sangat baik padaku, tetapi aku tidak ingin ikut dengannya karena dia adalah suami orang. Li Quan, aku hanya ingin menjalani hidupku dengan tenang. Bagiku, hutan ini sangat damai. Walau hutan ini ditakuti semua orang, tetapi bagiku hutan ini adalah tempat teraman dan ternyaman. Tidakkah, kamu berpikir hal yang sama denganku?"
Zhi Ruo mengalihkan pandangannya dan menatap Li Quan yang kini menatapnya. Sejenak, ada sesuatu yang dia rasakan saat melihat wajah pemuda itu dari dekat. Wajah yang tidak asing dan terlihat familiar di matanya.
Tanpa dia sadari, tangannya menyentuh wajah tampan yang kini menghipnotis dirinya. Namun, dia terkejut dan melepaskan tangannya dari wajah lelaki itu.
"Maaf, maafkan aku!" Zhi Ruo lantas berdiri dan masuk ke goa. Entah apa yang dia rasakan karena wajahnya tiba-tiba merona merah. Sementara Li Quan hanya tersenyum melihat tingkahnya yang masih sama seperti dulu.
"Ah, tidakkah itu yang sering kamu lakukan padaku dulu?" batin Li Quan yang masih tersenyum sambil menyentuh sudut bibirnya yang disentuh oleh gadis itu.
Di dalam goa, Zhi Ruo menutupi wajahnya. Dia merasa malu atas sikapnya pada Li Quan. "Dasar bodoh! Apa yang sudah aku lakukan? Kenapa aku melakukan hal memalukan seperti itu?" Zhi Ruo mengumpat dirinya sendiri karena sikapnya yang begitu nekat. Dia merasa tidak tenang dan gelisah.
"Kenapa? Apa yang kamu pikirkan hingga membuatmu gelisah seperti itu?"
Zhi Ruo terkejut saat melihat Li Quan masuk dan duduk bersandar di dinding goa. Seketika, dia memunggungi lelaki itu. Wajahnya bersemu merah.
Li Quan hanya tersenyum. Perlahan, dia menjentikkan jarinya. Tiba-tiba, suasana di dalam goa menjadi tenang tanpa terdengar suara binatang malam. Aroma bunga menyeruak hingga memanjakan indera penciuman dengan semerbak harum taman surgawi. Hawa dingin berubah menjadi hangat hingga membuat Zhi Ruo tertidur pulas dengan senyum yang terukir indah dari sudut bibirnya.
Hal inilah yang sering dia lakukan di masa lalu. Dengan kekuatan yang dimilikinya, Li Quan bisa dengan mudah menumbuhkan bunga yang hampir mati. Tanpa menunggu musim, dia bisa memekarkan bunga sakura hingga berbunga.
Saat mendung, dia akan menyingkirkan awan-awan hitam dan menyebar awan putih hingga langit kembali cerah. Dan itu dia lakukan tanpa diketahui oleh Zhi Ruo. Hingga mereka berpisah, gadis itu tidak pernah tahu kalau kekasihnya adalah seorang dewa.
Hanya karena ingin melihat senyuman Zhi Ruo, dia akan melakukan apa pun. Baginya, Zhi Ruo adalah kehidupannya. Dan untuk gadis itu dia rela menanggung hukuman.
Kini, takdir kembali mempertemukan mereka. Namun, Zhi Ruo masih tidak mengenalinya dan Li Quan berharap agar gadis itu tidak mengingatnya. Mungkin itu lebih baik bagi mereka. Walau tersiksa dengan rindu yang membuncah, Li Quan berusaha tegar dan menepis perasaannya.
Kini, yang bisa dilakukannya hanya menatap wajah gadis itu sambil mengelus lembut dahinya. "Zhi Ruo, maafkan aku karena kita tidak bisa bersama lagi. Aku sangat mencintaimu sejak dulu bahkan hingga kini, tetapi aku sadar kalau dunia kita sangat jauh berbeda. Bahagialah di luar sana dan lupakanlah aku karena memang aku pantas untuk kamu lupakan. Biarlah kenangan masa lalu kita akan aku simpan dan menjadi kenangan terindah bagiku."
Li Quan menitikkan air mata dan menatap Zhi Ruo dengan penuh rasa cinta. Perlahan, lelaki itu mengecup dahinya seraya membelai rambutnya dengan lembut.
Setelah itu, dia pun meninggalkan goa yang mulai diterangi cahaya matahari pagi.
Perlahan, Zhi Ruo membuka matanya. Dia menyeka air mata yang tiba-tiba mengalir di sudut matanya. Dia terlihat sedih seperti seseorang yang ditinggal pergi oleh sang kekasih hati.
"Kenapa aku menangis? Kenapa aku merasakan sakit di dadaku ini?"
Zhi Ruo memukul dadanya pelan, seakan-akan ingin menepis rasa sakit yang sulit untuk diartikan. Dia lantas bersandar di dinding goa sambil memejamkan matanya. Perlahan, dia menyentuh dahinya seolah-olah sedang membayangkan mimpi yang baru saja dialaminya.
Seorang lelaki tampak mengecup dahi dan membelai mesra puncak kepalanya seraya mengucapkan kata perpisahan. Namun sayangnya, dia tidak melihat dengan jelas wajah lelaki itu.
Zhi Ruo membuka mata dan melihat sosok lelaki tampan duduk tepat di depannya. Dia terdiam dan tidak mengelak saat lelaki itu mengulurkan tangan padanya.
"Ayo, sarapanmu sudah aku siapkan. Setelah itu, aku akan mengantarmu keluar dari hutan ini."
Li Quan tersenyum sambil mengulurkan tangan padanya. Zhi Ruo lalu menerima uluran tangannya dan bangkit menuju tengah goa di mana sudah tersedia ubi bakar dan beberapa potong ikan bakar.
"Apa kamu yang menyiapkan semua ini?" tanya Zhi Ruo sambil duduk menatap hidangan yang disiapkan Li Quan untuknya.
"Sudahlah, bagiku kamu adalah tamu. Bukankah tamu harus dihormati?"
Li Quan tersenyum sambil mengambil sepotong ubi bakar dan mengupas kulitnya. Setelah itu, ubi bakar yang sudah dikupas diberikan pada Zhi Ruo. "Makanlah."
Zhi Ruo lalu mengambil ubi bakar itu dan menatap Li Quan dengan lekat. Ada perasaan aneh yang tiba-tiba muncul saat dia mengunyah ubi bakar yang terasa aneh di lidahnya. Walau itu bukanlah makanan baru baginya, tetapi rasa ubi bakar itu sangat jauh berbeda dari yang sudah-sudah.
Dia melihat Li Quan yang asyik mengupas ubi bakar satu per satu. Sesaat, dia merasakan kalau kejadian seperti itu pernah dialaminya. Bagaikan sebuah peristiwa lama yang terulang kembali.
Zhi Ruo hanya terdiam dan mencoba menikmati suasana di pagi itu. Rasanya aneh karena Li Quan seakan-akan tahu dengan kesukaannya pada ubi bakar. Dia sangat menggemari ubi bakar, tetapi dia tidak suka jika harus berlama-lama mengupas kulitnya. Dan rasanya, seseorang pernah melakukan hal itu padanya, tetapi lagi-lagi itu hanya terjadi di dalam mimpinya.
Selesai makan, mereka akhirnya pergi menuju perbatasan hutan. Li Quan berjalan di bagian depan. Sementara Zhi Ruo berjalan mengikutinya dari belakang. Dia memperhatikan punggung pemuda itu yang rasanya tak asing. Namun, lagi-lagi dia bingung dengan perasaannya hingga lamunannya terusik saat mendengar namanya dipanggil dari arah luar perbatasan hutan. Dari balik pepohonan, dia bisa melihat Zu Min dan beberapa anak buahnya. Mereka berseru memanggil namanya.
"Pergilah dan lanjutkan hidupmu. Aku yakin, lelaki itu pasti bisa menjagamu," ucap Li Quan seraya memaksa untuk tersenyum, tetapi tidak bagi Zhi Ruo.
"Li Quan, tidakkah aku mengenalimu?"
Sontak, lelaki itu terkejut dan menutupi keterkejutannya dengan tawa kecil yang dipaksakan.
"Bagaimana mungkin kamu mengenaliku? Bukankah, kita baru pertama kali bertemu? Ah, sudahlah, sekarang pergilah."
Li Quan lantas membelakangi Zhi Ruo dan melangkah pergi meninggalkannya. Terlihat, air matanya jatuh. Dia lalu menyeka air matanya itu.
Melihat Li Quan pergi, tanpa sadar Zhi Ruo menitikkan air mata. Punggung lelaki itu begitu mengganggunya hingga tanpa sadar dia berlari dan memeluk Li Quan dari belakang.
Zhi Ruo menyandarkan kepalanya di punggung lelaki itu dan dia bisa merasakan satu rasa yang pernah hilang.
"Li Quan, aku merindukanmu."
To Be Continued...
"Apa yang kamu lakukan di sini? Masuklah, di sini sangat dingin," ucap Li Quan sambil menatap gadis yang kini mengalihkan perhatiannya.
"Apa cahaya bulan purnama memang seindah itu hingga Tuan menatapnya tanpa jemu?"
Zhi Ruo masih menatap bulan purnama dan berharap menemukan jawaban atas pertanyaannya sendiri. Tidak bisa dipungkiri kalau ternyata bulan purnama di malam itu memang bersinar dengan terang dan terlihat begitu indah.
Suasana kembali hening. Keduanya larut dalam keindahan bulan purnama yang membuat mereka bagai terhipnotis. Mereka diam dan terpaku.
Sejenak, Zhi Ruo menatap punggung Li Quan yang masih menatap keindahan bulan purnama. Rasanya, ada sesuatu yang aneh saat melihat lelaki itu. Entah mengapa, dia seakan-akan mengenali sosok di balik punggung yang terlihat bidang dan sempurna. Namun, dia kembali mengalihkan pandangannya dan menatap ke arah bulan purnama.
"Apa kamu suka saat melihat bulan purnama?"
Pertanyaan Li Quan mengalihkan pandangan Zhi Ruo. Gadis itu lantas duduk di atas sebuah batu yang teronggok di depan mulut goa. Dia kembali menatap bulan purnama.
"Aku menyukainya. Entah mengapa, aku sangat suka melihat keindahan bulan purnama. Bahkan, aku terkadang menitikkan air mata saat melihatnya. Seperti ada sesuatu yang hilang dalam hidupku, tetapi itu tidak mengubah pandanganku tentang bulan purnama. Bagiku, dia terlalu indah untuk dilewatkan begitu saja."
Zhi Ruo masih menatap bulan yang perlahan tertutup awan hitam. "Lihatlah, awan hitam itu akan menutupinya. Andai aku mampu, aku akan mengempaskan awan-awan itu agar menjauh. Ah, apalah dayaku yang hanya manusia biasa."
Zhi Ruo lantas bangkit dan hendak masuk ke goa karena rintik air hujan perlahan turun.
"Tuan, masuklah. Sepertinya, malam ini akan turun hujan."
"Tidak, hujan tidak akan turun! Lihatlah, awan-awan hitam itu telah pergi," ucap Li Quan sambil menunjuk ke arah bulan dan benar saja, gumpalan awan hitam kini tidak lagi terlihat. Bahkan, cahaya bulan bersinar semakin terang.
Zhi Ruo menghentikan langkahnya dan kembali duduk di atas batu. Kali ini, bulan terlihat sangat berbeda. Seakan-akan ada suatu kekuatan yang menggerakkan awan-awan hitam untuk menjauh dari bulan. Cahayanya pun tampak bersinar lebih terang hingga menembus sela-sela ranting dan dahan pepohonan.
Bagi Li Quan, itu bukan sesuatu yang sulit untuk dilakukan. Walau terkurung, tetapi kekuatannya tidak hilang. Dengan mudah, dia bisa menggerakkan awan hitam agar menjauh dari bulan. Dengan mudah, dia bisa mendatangkan dan menghentikan hujan. Bahkan, dia bisa membalikkan awan yang terang menjadi gelap dan membuat cahaya bulan terang benderang.
Li Quan adalah putra seorang dewa yang menguasai separuh alam semesta. Dan itu artinya, dia juga memilki kekuatan yang sama walau tidak sehebat sang ayah.
Li Quan terlahir dari ibu yang juga seorang dewi. Ibunya adalah Dewi Bulan yang tentu saja memiliki kecantikan abadi.
Li Quan memiliki separuh dari ketampanan ayahnya dan separuh keindahan dari kecantikan ibunya. Bahkan, kekuatannya pun tak kalah dengan orang tuanya. Hanya saja, cintanya pada Zhi Ruo di masa lalu telah membuatnya melakukan kesalahan fatal hingga dirinya harus terkurung di dalam hutan larangan.
Keindahan bulan di malam itu membuat Zhi Ruo takjub. Selama hidupnya, dia belum pernah melihat keindahan bulan yang baginya tak seperti biasa.
Sedari kecil, Zhi Ruo suka dengan pemandangan bulan purnama. Dari balik jendela, dia sering memperhatikan keindahan bulan hingga sering ditegur oleh ibunya. Baginya, bulan purnama seakan-akan menjadi daya tarik yang dia sendiri tidak mampu untuk memahaminya.
"Apakah bulan purnama mengingatkanmu pada seseorang?" tanya Li Quan tanpa menatap Zhi Ruo. Dia seakan-akan ingin menguji ingatan Zhi Ruo tentang masa lalu mereka. Karena dirinya yakin, Zhi Ruo adalah wanita yang sama. Wanita yang membuatnya jatuh cinta hingga menanggung hukuman yang teramat lama dan begitu menyiksa.
"Ya, bulan purnama dengan cahayanya yang terang mengingatkanku pada seseorang."
Seketika, Li Quan membalikkan tubuhnya dan menatap Zhi Ruo dengan penuh rasa cinta.
"Di dalam mimpiku, aku sering melihat bulan purnama bersama seseorang yang bahkan aku tidak tahu itu siapa. Wajahnya selalu tertutup hingga aku tidak bisa melihatnya. Yang kutahu, dia adalah seorang lelaki yang selalu menemaniku menatap bulan purnama. Ah, jika melihat bulan, aku pasti teringat akan mimpiku itu."
Zhi Ruo tampak tersenyum. Bibirnya merekah indah. Li Quan menatap senyuman yang sudah lama dia rindukan. Senyuman yang membuatnya tidak bisa melupakan gadis itu.
"Tuan, kalau aku boleh tahu, siapakah nama Tuan? Maaf, aku hanya tidak ingin melupakan kebaikan Tuan karena sudah menolongku. Namaku Zhi Ruo."
Li Quan terdiam sejenak dan menatapnya. Ada sedikit rasa kecewa karena gadis itu tidak mengingatnya. Bahkan, dalam mimpinya pun, Zhi Ruo tidak bisa melihat wajahnya.
"Namaku Li Quan."
Li Quan masih menatap Zhi Ruo yang tampak biasa saja saat mendengar namanya. Padahal, dia begitu merindukan namanya disebut oleh gadis itu sama seperti dulu.
"Li Quan? Apa mungkin kita pernah bertemu sebelumnya? Namamu sepertinya tidak asing di telingaku."
Zhi Ruo mengernyitkan alisnya dan menatap Li Quan dengan saksama. Li Quan hanya tersenyum dan kembali menatap bulan.
Malam itu, mereka habiskan dengan menatap bulan yang entah mengapa menjadi candu bagi mereka. Rasanya, mereka tidak bosan menatap bulan yang nyatanya terlihat biasa saja di mata manusia pada umumnya. Namun, bagi keduanya itu bukan pemandangan yang biasa karena ada sesuatu yang tidak bisa diartikan saat melihat bulan yang memancar indah.
"Masuk dan tidurlah. Malam makin larut dan sebentar lagi matahari terbit. Bukankah, besok kamu akan meninggalkan hutan ini?" tanya Li Quan yang duduk di samping Zhi Ruo.
"Kalau aku pergi, aku harus pergi kemana? Lelaki itu, dia sangat baik padaku, tetapi aku tidak ingin ikut dengannya karena dia adalah suami orang. Li Quan, aku hanya ingin menjalani hidupku dengan tenang. Bagiku, hutan ini sangat damai. Walau hutan ini ditakuti semua orang, tetapi bagiku hutan ini adalah tempat teraman dan ternyaman. Tidakkah, kamu berpikir hal yang sama denganku?"
Zhi Ruo mengalihkan pandangannya dan menatap Li Quan yang kini menatapnya. Sejenak, ada sesuatu yang dia rasakan saat melihat wajah pemuda itu dari dekat. Wajah yang tidak asing dan terlihat familiar di matanya.
Tanpa dia sadari, tangannya menyentuh wajah tampan yang kini menghipnotis dirinya. Namun, dia terkejut dan melepaskan tangannya dari wajah lelaki itu.
"Maaf, maafkan aku!" Zhi Ruo lantas berdiri dan masuk ke goa. Entah apa yang dia rasakan karena wajahnya tiba-tiba merona merah. Sementara Li Quan hanya tersenyum melihat tingkahnya yang masih sama seperti dulu.
"Ah, tidakkah itu yang sering kamu lakukan padaku dulu?" batin Li Quan yang masih tersenyum sambil menyentuh sudut bibirnya yang disentuh oleh gadis itu.
Di dalam goa, Zhi Ruo menutupi wajahnya. Dia merasa malu atas sikapnya pada Li Quan. "Dasar bodoh! Apa yang sudah aku lakukan? Kenapa aku melakukan hal memalukan seperti itu?" Zhi Ruo mengumpat dirinya sendiri karena sikapnya yang begitu nekat. Dia merasa tidak tenang dan gelisah.
"Kenapa? Apa yang kamu pikirkan hingga membuatmu gelisah seperti itu?"
Zhi Ruo terkejut saat melihat Li Quan masuk dan duduk bersandar di dinding goa. Seketika, dia memunggungi lelaki itu. Wajahnya bersemu merah.
Li Quan hanya tersenyum. Perlahan, dia menjentikkan jarinya. Tiba-tiba, suasana di dalam goa menjadi tenang tanpa terdengar suara binatang malam. Aroma bunga menyeruak hingga memanjakan indera penciuman dengan semerbak harum taman surgawi. Hawa dingin berubah menjadi hangat hingga membuat Zhi Ruo tertidur pulas dengan senyum yang terukir indah dari sudut bibirnya.
Hal inilah yang sering dia lakukan di masa lalu. Dengan kekuatan yang dimilikinya, Li Quan bisa dengan mudah menumbuhkan bunga yang hampir mati. Tanpa menunggu musim, dia bisa memekarkan bunga sakura hingga berbunga.
Saat mendung, dia akan menyingkirkan awan-awan hitam dan menyebar awan putih hingga langit kembali cerah. Dan itu dia lakukan tanpa diketahui oleh Zhi Ruo. Hingga mereka berpisah, gadis itu tidak pernah tahu kalau kekasihnya adalah seorang dewa.
Hanya karena ingin melihat senyuman Zhi Ruo, dia akan melakukan apa pun. Baginya, Zhi Ruo adalah kehidupannya. Dan untuk gadis itu dia rela menanggung hukuman.
Kini, takdir kembali mempertemukan mereka. Namun, Zhi Ruo masih tidak mengenalinya dan Li Quan berharap agar gadis itu tidak mengingatnya. Mungkin itu lebih baik bagi mereka. Walau tersiksa dengan rindu yang membuncah, Li Quan berusaha tegar dan menepis perasaannya.
Kini, yang bisa dilakukannya hanya menatap wajah gadis itu sambil mengelus lembut dahinya. "Zhi Ruo, maafkan aku karena kita tidak bisa bersama lagi. Aku sangat mencintaimu sejak dulu bahkan hingga kini, tetapi aku sadar kalau dunia kita sangat jauh berbeda. Bahagialah di luar sana dan lupakanlah aku karena memang aku pantas untuk kamu lupakan. Biarlah kenangan masa lalu kita akan aku simpan dan menjadi kenangan terindah bagiku."
Li Quan menitikkan air mata dan menatap Zhi Ruo dengan penuh rasa cinta. Perlahan, lelaki itu mengecup dahinya seraya membelai rambutnya dengan lembut.
Setelah itu, dia pun meninggalkan goa yang mulai diterangi cahaya matahari pagi.
Perlahan, Zhi Ruo membuka matanya. Dia menyeka air mata yang tiba-tiba mengalir di sudut matanya. Dia terlihat sedih seperti seseorang yang ditinggal pergi oleh sang kekasih hati.
"Kenapa aku menangis? Kenapa aku merasakan sakit di dadaku ini?"
Zhi Ruo memukul dadanya pelan, seakan-akan ingin menepis rasa sakit yang sulit untuk diartikan. Dia lantas bersandar di dinding goa sambil memejamkan matanya. Perlahan, dia menyentuh dahinya seolah-olah sedang membayangkan mimpi yang baru saja dialaminya.
Seorang lelaki tampak mengecup dahi dan membelai mesra puncak kepalanya seraya mengucapkan kata perpisahan. Namun sayangnya, dia tidak melihat dengan jelas wajah lelaki itu.
Zhi Ruo membuka mata dan melihat sosok lelaki tampan duduk tepat di depannya. Dia terdiam dan tidak mengelak saat lelaki itu mengulurkan tangan padanya.
"Ayo, sarapanmu sudah aku siapkan. Setelah itu, aku akan mengantarmu keluar dari hutan ini."
Li Quan tersenyum sambil mengulurkan tangan padanya. Zhi Ruo lalu menerima uluran tangannya dan bangkit menuju tengah goa di mana sudah tersedia ubi bakar dan beberapa potong ikan bakar.
"Apa kamu yang menyiapkan semua ini?" tanya Zhi Ruo sambil duduk menatap hidangan yang disiapkan Li Quan untuknya.
"Sudahlah, bagiku kamu adalah tamu. Bukankah tamu harus dihormati?"
Li Quan tersenyum sambil mengambil sepotong ubi bakar dan mengupas kulitnya. Setelah itu, ubi bakar yang sudah dikupas diberikan pada Zhi Ruo. "Makanlah."
Zhi Ruo lalu mengambil ubi bakar itu dan menatap Li Quan dengan lekat. Ada perasaan aneh yang tiba-tiba muncul saat dia mengunyah ubi bakar yang terasa aneh di lidahnya. Walau itu bukanlah makanan baru baginya, tetapi rasa ubi bakar itu sangat jauh berbeda dari yang sudah-sudah.
Dia melihat Li Quan yang asyik mengupas ubi bakar satu per satu. Sesaat, dia merasakan kalau kejadian seperti itu pernah dialaminya. Bagaikan sebuah peristiwa lama yang terulang kembali.
Zhi Ruo hanya terdiam dan mencoba menikmati suasana di pagi itu. Rasanya aneh karena Li Quan seakan-akan tahu dengan kesukaannya pada ubi bakar. Dia sangat menggemari ubi bakar, tetapi dia tidak suka jika harus berlama-lama mengupas kulitnya. Dan rasanya, seseorang pernah melakukan hal itu padanya, tetapi lagi-lagi itu hanya terjadi di dalam mimpinya.
Selesai makan, mereka akhirnya pergi menuju perbatasan hutan. Li Quan berjalan di bagian depan. Sementara Zhi Ruo berjalan mengikutinya dari belakang. Dia memperhatikan punggung pemuda itu yang rasanya tak asing. Namun, lagi-lagi dia bingung dengan perasaannya hingga lamunannya terusik saat mendengar namanya dipanggil dari arah luar perbatasan hutan. Dari balik pepohonan, dia bisa melihat Zu Min dan beberapa anak buahnya. Mereka berseru memanggil namanya.
"Pergilah dan lanjutkan hidupmu. Aku yakin, lelaki itu pasti bisa menjagamu," ucap Li Quan seraya memaksa untuk tersenyum, tetapi tidak bagi Zhi Ruo.
"Li Quan, tidakkah aku mengenalimu?"
Sontak, lelaki itu terkejut dan menutupi keterkejutannya dengan tawa kecil yang dipaksakan.
"Bagaimana mungkin kamu mengenaliku? Bukankah, kita baru pertama kali bertemu? Ah, sudahlah, sekarang pergilah."
Li Quan lantas membelakangi Zhi Ruo dan melangkah pergi meninggalkannya. Terlihat, air matanya jatuh. Dia lalu menyeka air matanya itu.
Melihat Li Quan pergi, tanpa sadar Zhi Ruo menitikkan air mata. Punggung lelaki itu begitu mengganggunya hingga tanpa sadar dia berlari dan memeluk Li Quan dari belakang.
Zhi Ruo menyandarkan kepalanya di punggung lelaki itu dan dia bisa merasakan satu rasa yang pernah hilang.
"Li Quan, aku merindukanmu."
To Be Continued...
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved