chapter 13 Menarik

by Pixy 20:27,Nov 30,2023
Begitu menerima kartu transparan dari Felix, kepala cabang itu hanya melihatnya sekilas dan raut wajahnya langsung berubah drastis. Dia bergegas berjalan ke arah lampu sorot.

Ssh!

Seketika itu juga, kepala cabang itu terkesiap dan tubuhnya gemetaran.

Astaga! Kartu Berlian Sembilan Bintang?

Gila! Bank Gold Rim hanya mengeluarkan total tiga kartu seperti mainan ini. Kartu itu bisa digunakan di semua bank besar seluruh dunia, di dalamnya ada jumlah uang yang tidak terbayangkan jumlahnya. Identitas nasabah yang memegang kartu ini juga sangat berlebihan hingga membuat orang itu bisa menjadi topik terpanas dalam sebuah wawancara negara-negara kecil.

Kepala cabang itu sama sekali tidak mengira bahwa akan tiba saatnya cabang Bank Gold Rim di Distrik Rama akan melihat Kartu Berlian Sembilan Bintang!

Setelah menata pikirannya, kepala cabang itu bergegas menghampiri Felix dan menyerahkan kartu itu kembali dengan sangat hormat.

"Tuan, saya akan langsung memecat semua pegawai yang tidak menghormati Anda tadi. Sebagai kepala cabang, saya juga ikut bertanggung jawab dalam kesalahan ini. Besok saya akan langsung mengajukan pengunduran diri!"

Dia juga tidak bodoh Pada saat itu, orang yang dibilang pembuat onar dalah Felix, tapi sekarang? Status Felix tiba-tiba melejit, oleh karena itu, dia juga tidak bisa melakukan apa-apa lagi.

Begitu mendengar ucapan itu, semua pegawai bank dan nasabah yang ada di lobi tampak tercengang.

Kepala cabang itu bahkan mengambil inisiatif untuk mengundurkan diri. Hal itu menunjukkan betapa tingginya status Felix di sini. Sungguh menggelikan rasanya kalau menganggapnya sebagai seorang idiot pembuat onar...

Manajer lobi juga para pegawai yang lain tampak sangat ketakutan. Posisi pekerjaan di Bank Gold Rim adalah sebuah hal yang sangat sulit didapatkan. Kalau mereka sampai dipecat, mereka sungguh akan merasa sangat sedih.

"Tuan! Kami salah, tolong beri kami satu kesempatan lagi!"

Mereka semua saling sahut menyahut dan Felix melambaikan tangan dengan agak kesal. Dia tidak suka diawasi seperti sebuah tontonan.

"Sudahlah, mereka juga tidak sengaja melakukannya. Carikan tempat yang tenang."

Kepala cabang itu menghela napas lega. Kalau para pegawai ini bisa dimaafkan, maka posisinya pasti juga bisa terselamatkan.

"Tuan, silakan ikut saya ke ruang tunggu."

Lima menit kemudian, Levi turun untuk mendapatkan kabar selanjutnya dari konter. Saat mendapati lobi sudah kosong, dia segera menghampiri manajer lobi sambil tersenyum.

"Kak Wang, apa bocah bodoh itu akhirnya bisa diusir?"

Manajer lobi itu memandang ke arah Levi dengan tatapan aneh dan berkata dengan sungguh-sungguh.

"Bocah bodoh yang kamu bicarakan itu diundang secara pribadi ke ruang tunggu oleh kepala cabang. Levi, lebih baik kamu berdoa untuk keberuntunganmu."

Setelah berkata demikian, manajer lobi itu pergi. Dia tidak akan lagi berhubungan dengan Levi, itu sama saja dengan mencari masalah untuk dirinya sendiri.

Levi hanya berdiri termangu dan memandang tempat itu dengan tidak percaya.

Mana mungkin! Si miskin yang kata kakakku membawa kartu mainan sebagai gertakan justru diundang ke ruang tunggu secara pribadi oleh kepala cabang? Tidak mungkin! Ini sama sekali tidak mungkin!

Di waktu yang sama, di dalam ruang tunggu, kepala cabang meletakkan beberapa tas besar di samping Felix.

"Tuan Qin, ini adalah 10 milyar RMB itu. Aku akan segera mengatur mobil pengawal untuk mengantarmu."

Felix menggelengkan kepala, lalu bangkit berdiri.

"Tidak perlu. Aku akan membawanya sendiri."

Kalau ada orang yang bisa merebut uang iitu darinya, itu sungguh akan menjadi lelucon seluruh dunia.

"Oh iya, ada seoragng pegawai bernama Levi di bank ini. Pecat dia."

"Baik."

Hanya karena dia memaafkan orang-orang yang tidak sengaja itu, bukan berarti dia tidak akan memberi pelajaran pada Cintya. Itu adikmu, 'kan? Baiklah, aku akan membuatnya kehilangan pekerjaan yang sangat sulit didapatkannya ini.

Selama ini, Levi terus menunggu di lobi. Ketika melihat Felix turun membawa beberapa tas besar dengan kepala cabang yang menemaninya dengan sangat hormat, dia langsung menutupi mulutnya. Keringat dingin mengucur deras di dahinya.

Mana mungkin!

Setelah Felix pergi dan kepala cabang menghampirinya, barulah Levi tersadar.

"Levi, pergilah ke pihak HRD untuk mengurus bayaranmu. Besok kamu tidak perlu datang."

Levi tersenyum getir. Dia tahu akhirnya akan menjadi seperti ini. Dia bahkan tidak memohon, dia hanya merogoh ponselnya dan menelepon Cintya.

"Adikku, apa Felix sudah dihajar oleh satpam?"

Karena merasa sangat getir, Levi bahkan tidak mau marah. Kali ini, dia ikut dirugikan oleh kakak sepupunya.

Setelah mendengar cerita langsung yang disaksikan oleh Levi, Cintya tercengang.

"Apa kamu yakin dia sungguh bisa menarik tunai sebesar 10 milyar RMB? Kepala cabang kalian juga memperlakukannya dengan sangat sopan?"

"Benar kak, mengapa kamu harus memprovokasi orang sehebat itu? Sudahlah, lagipula kamu juga harus membantu mencarikan pekerjaan lagi bagiku. Kalau tidak, aku sungguh tidak tahu bagaimana kelanjutan hidupku."

Setelah terdiam sesaat, barulah jawaban Cintya terdengar.

"Aku mengerti, soal pekerjaanmu itu mudah... Menarik, Felix ternyata bukan hanya seorang parasit? Aku harus mengamatinya lebih dalam."

Di Perusahaan Bintang Jaya. Donny tampak tertegun saat melihat tumpukan uang tunai rapi di dalam tas.

"Hehe, Tuan Qin sungguh cepat dalam mengurus sesuatu. Kalau begitu masalah kita sudah selesai."

Felix mengangguk kemudian pergi. Donny juga tidak menganggapnya serius. Bagaimanapun juga, rasanya aneh kalau orang yang bisa meminta Linda untuk bicara tidak mempunyai kemampuan semacam ini.

Ponsel Donny berdering, melihat bahwa Samuel yang meneleponnya, Donny langsung menjawabnya.

"Paman Cao, bisakah kamu...bisakah kamu membantuku lagi?"

"Katakan!"

Samuel terdengar seperti sedang memohon.

"Jinny, putri Xander, kembali meneleponku. Dia bilang dia tidak bisa menunggu lagi dan merasa kesal. Dia mau agar aku mengundang Paman untuk makan malam. Bisakah Paman menyetujuinya untukku? Setidaknya agar dia merasa lega nanti malam. Selain itu, bisakah Paman pergi ke suatu tempat nanti?"

Setelah memikirkannya untuk beberapa saat, Donny juga merasa itu menarik. Masalah Xander sudah selesai, seharusnya Felix sudah memberitahunya, 'kan? Mengapa Jinny masih seperti kebakaran jenggot?

"Baiklah, aku akan pergi."

Ketika memikirkan bagaimana dia bersedia untuk datang, tetapi Xander tidak menghargainya, dia juga merasa agak kesal. Namun dia juga tidak mungkin menolak ketika ada hal baik yang menghampirinya. Jadi, dia tetap akan membiarkan Jinny menemuinya untuk meredakan kekesalannya. Lagipula, masih ada Samuel di depannya, jadi dia tidak akan terlalu dirugikan.

"Terima kasih, Paman Cao."

"Tapi ada sesuatu yang harus kujelaskan padamu saat kita bertemu."

Saat jam makan malam tiba, Felix duduk seorang diri di dalam ruangan pribadi sebuah restoran.

Dia melirik ponselnya dan melihat waktu sudah menunjukkan pukul setengah delapan. Jinny berjanji akan datang pukul tujuh, tapi sampai saat ini belum terlihat batang hidungnya.

Felix sudah mencoba untuk meneleponnya beberapa kali, tetapi semua panggilannya selau ditolak. Hal itu membuat Felix merasa agak tidak nyaman.

Bang!

Tiba-tiba, pintu ruang pribadi itu ditendang terbuka dan enam orang pria kekar menerobos masuk. Meskipun mereka tidak membawa apa-apa, fisik mereka yang besar dan kekar itu juga cukup menakutkan.

"Apa kamu adalah Felix Qin?"

Felix perlahan bangkit berdiri dan menyentuh dagunya.

Apa aku tidak hanya sedang dibohongi, tetapi juga dipermainkan?

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

249