chapter 11 Sombong Sekali
by Pixy
20:27,Nov 30,2023
Cindy melihat ke belakang dan tampak terkejut karena semua anak buahnya terlihat seperti profesional. Mereka semua memfoto dengan baik tanpa sedikit pun keraguan.
Itu pasti adalah Felix!
"Haha, orang yang kamu benci justru sekarang menyelamatkanmu. Ini sangat lucu."
Cindy hanya mendengus kesal ketika mendengar cemooh Yaya.
"Kita masih belum bisa menarik kesimpulannya. Sekalipun sosok Felix tidak bisa dijelaskan, tapi aku yakin bahwa dia bukan orang itu, selain itu, dia juga tidak layak! Kalau dia memang punya keterampilan itu, seharusnya dia sudah menunjukkannya padaku sejak dulu. Aku sangat cantik jelita, pria mana yang tidak menginginkanku? Apa Felix adalah pengecualian? Dia merobek surat nikah kami semata-mata hanya karena tidak terima aku rendahkan. Cara berpikirnya juga tidak berbeda dari laki-laki lain."
Yaya hanya mengangguk tanpa henti. Meskipun pernyataan Cindy agak berlebihan, dia memang mempunyai tendensi narsis, jadi tidak heran dia mengatakan semua hal itu.
"Apa kamu masih belum menemukan pemilik vila di danau itu?"
Sehari penuh sudah terlewatkan tetapi masih belum ada informasi lebih lanjut mengenai hal itu.
"Seharusnya sebentar lagi. Setelah acara lelang tahun itu, semua data daftar tamu sudah dihapus, jadi tidak ada orang yang tahu mengenai orang yang membeli vila itu. "
Setelah berkata demikian, ponsel Yaya berdering. Sesaat setelah mengangkat telepon, wajah Yaya tampak berseri-seri.
"Haha! Ini sangat menarik. Hak kepemilikan vila di danau itu entah bagaimana jatuh di tangan Tuan Besar Zhang yang adalah orang terkaya di Kota Rama."
Cindy berkata sambil tersenyum sinis.
"Ternyata semuanya terjadi dengan alasan tertentu. Secara teori, harusnya Felix masih punya surat nikah dari Keluarga Zhang. Melihatnya muncul di mobil Linda, itu sudah menjelaskan bahwa Felix tentu punya hak untuk pergi ke vila danau itu. Lebih jelasnya lagi, dia memang adalah seorang pria yang tidak bisa diandalkan."
Seiringan dengan itu, seorang pria dengan jubah putih berjalan mendekat sambil membawa dokumen laporan dan piring kecil.
"Nyonya, hasil otopsi sudah keluar. Zimo Mao meninggal oleh karena terbentur di jalan dengan keras. Namun, alasan utama dari kematiannya adalah jarum ini. Jarum ini langsung menusuk ke titik akupunktur Zimo dan membuat sekujur tubuhnya menjadi kaku."
Cindy terlihat penasaran ketika melihat jarum perak itu.
"Bos! Bukankah jarum ini biasa digunakan untuk akupunktur dalam Pengobatan Tradisional? Kalau dihubungkan dengan dokter ajaib yang menyelamatkanmu, bukankah itu berarti selalu ada dokter yang melindungimu secara diam-diam?"
Karena tidak ada penjelasan lain, Cindy juga agak memercayainya.
"Lagipula, dokter ajaib itu juga adalah pemilik vila tengah danau yang sesungguhnya. Pemilik awal, Tuan Besar Zhang hanyalah berperan sebagai kedok. Tampaknya ada sesuatu yang disembunyikannya."
Cindy terlihat makin bersemangat saat berkata demikian.
"Sampaikan perintah ini, suruh orang untuk mengawasi Yun'an Mansion di danau itu selama 24 jam setiap harinya. Mereka harus melaporkan setiap gerak gerik yang terlihat bahkan ketika ada seekor lalat yang masuk sekalipun. Aku yakin aku akan menemukan orang misterius itu."
Bicara sejujurnya, Cindy mempunyai firasat bahwa penyelamatnya yang sudah menolongnya berulang kali itu tentu adalah jodohnya. Dari sebab itu, dia harus menemukan orang itu bagaimana pun caranya.
Di Perusahaan Bintang Jaya, Manajer Umum Donny Cao sedang meminum teh di dalam kantornya.
Donny mempunyai perut besar dengan penampilan yang sederhana. Wajahnya dihias dengan kacamata bingkai emas. Sosoknya terlihat begitu santai, namun sesungguhnya, orang yang mengenalnya tidak akan menilainya dengan cara seperti itu.
Di seberang Donny, duduklah Samuel. Meskipun sesungguhnya dia tidak mau menolong, sekedar duduk di sini saja sudah cukup untuk berjaga-jaga seandainya Jinny menguntitnya.
"Aku suka teh ini, rasanya enak."
Samuel hanya tersenyum.
"Baguslah kalau Paman Cao suka. Ini adalah jenis teh baru yang aku cari dari daerah selatan. Saat mendengar Paman menyukainya, aku segera mencarikan dan membawakannya untukmu."
Donny lalu menaruh gelasnya dan membenarkan letak kacamatanya.
"Sudah. Kamu bukanlah orang yang datang ke sini hanya untuk basa-basi, langsung katakan saja kemauanmu."
Samuel menggosok kedua tangannya dan menjelaskan.
"Sebenarnya begini, Paman Cao, aku mempunyai hubungan yang cukup baik dengan putri Xander. Dia memohon padaku agar mau menjadi perantara antara paman dan dia. Tetapi aku hanya ke sini untuk mengunjungimu saja, Xander memang pantas mendapatkannya karena sudah merendahkan Paman Cao. Semua masalah ini memang adalah buah dari perbuatannya sendiri."
Donny terkekeh.
"Hehe, aku suka kelicikanmu. Pulanglah."
"Baik, kalau begitu aku pamit pulang."
Tidak lama setelah Samuel pergi, Donny mendapatkan sebuah telepon. Melihat dari raut wajah Donny, dia terlihat jauh berbeda dari bagaimana dia menanggapi Samuel tadi.
"Oh... kamu terlalu sungkan, Linda. Apapun yang kamu katakan, aku pasti akan mendukungmu, aku juga akan menerimanya dengan simbolis."
Donny merasa sangat kaget begitu menutup telepon.
"Benar-benar di luar perkiraan. Aku tidak berpikir Xander bisa meminta putri keluarga terkaya untuk mewakilinya bicara denganku."
Tepat pada saat itu, Samuel berpapasan dengan Felix di pintu gerbang Perusahaan Bintang Jaya. Saat musuh bertemu dengan lawannya, bisa dikatakan itu adalah hal yang menarik.
"Felix Qin? Apa kamu pantas menginjakkan kaki ke sini?"
Felix langsung melotot.
"Obat oles apa yang kamu pakai? Aku lihat lebam di mukamu sudah sembuh dengan cepat. Kalau kamu tidak mau aku memukulmmu lagi, lebih baik kamu pergi!"
"Kamu!"
Samuel merasa murka, tetapi dia tidak berani membuat keributan karena sedang berada di Perusahaan Bintang Jaya. Donny adalah tipe orang yang sangat menjaga reputasinya, dia tidak akan pandang bulu dan membiarkan siapa saja yang membuat keributan di kantornya.
Mengingat acara makan malam yang disiapkan oleh Jinny, Samuel hanya bisa menahan diri.
"Akan tiba saatnya kamu akan menyesal."
Sesampainya ke kantor manajer, Felix akhirnya bertemu dengan Donny yang terkenal. Pada saat bertemu untuk pertama kali, Donny tampak seperti seorang yang murah senyum dengan pikiran licik.
Donny yang sudah menerima informasi dari sekretarisnya langsung tersenyum dan menjabat tangan Felix.
"Anda tentu adalah Tuan Felix, 'kan? Linda sudah bicara denganku."
Felix hanya bisa menyapa balik. Dia berencana untuk memeras Donny habis-habisan.
"Benar, Tuan Cao. Aku tidak akan basa-basi, katakan saja jumlah uang kompensasinya."
Bocah ini sombong sekali! Kalau bukan karena Linda yang menjadi perantaranya, aku tidak akan membiarkanmu keluar dari sini hari ini.
"Bagus. Linda juga sudah bilang, jadi biaya kompensasinya adalah 10 milyar. Akan tetapi, aku pribadi lebih menyukai uang dalam bentuk tunai. Sekarang ini masih pukul 3 sore, seharusnya kamu bisa memberikan 10 milyar itu sebelum pukul 5 sore, 'kan?"
Sebenarnya, Donny tidak ingin mempersulit Felix, namun perilaku Felix membuatnya tidak senang, jadi dia ingin memberi sedikit pelajaran pada Felix.
"Oke, aku akan datang lagi sebelum pukul 5 sore."
Bocah, uang tunai senilai 10 milyar tidak akan bisa disiapkan secara langsung, aku akan lihat bagaimana kamu menyiapkannya.
Begitu keluar dari Perusahaan Bintang Jaya, Felix merogoh ponselnya dan menelepon Jinny.
"Jinny, apa paman sudah bangun?"
"Belum, dia minum sebanyak hampir 1 liter, mana mungkin dia bangun secepat itu?"
Nada gusar Jinny itu menandakan kekesalannya dengan masalah Donny.
"Kalau paman sudah bangun nanti, beri tahu dia bahwa urusan dengan Donny sudah beres. Suruh dia melakukan apa saja yang dia mau."
Itu pasti adalah Felix!
"Haha, orang yang kamu benci justru sekarang menyelamatkanmu. Ini sangat lucu."
Cindy hanya mendengus kesal ketika mendengar cemooh Yaya.
"Kita masih belum bisa menarik kesimpulannya. Sekalipun sosok Felix tidak bisa dijelaskan, tapi aku yakin bahwa dia bukan orang itu, selain itu, dia juga tidak layak! Kalau dia memang punya keterampilan itu, seharusnya dia sudah menunjukkannya padaku sejak dulu. Aku sangat cantik jelita, pria mana yang tidak menginginkanku? Apa Felix adalah pengecualian? Dia merobek surat nikah kami semata-mata hanya karena tidak terima aku rendahkan. Cara berpikirnya juga tidak berbeda dari laki-laki lain."
Yaya hanya mengangguk tanpa henti. Meskipun pernyataan Cindy agak berlebihan, dia memang mempunyai tendensi narsis, jadi tidak heran dia mengatakan semua hal itu.
"Apa kamu masih belum menemukan pemilik vila di danau itu?"
Sehari penuh sudah terlewatkan tetapi masih belum ada informasi lebih lanjut mengenai hal itu.
"Seharusnya sebentar lagi. Setelah acara lelang tahun itu, semua data daftar tamu sudah dihapus, jadi tidak ada orang yang tahu mengenai orang yang membeli vila itu. "
Setelah berkata demikian, ponsel Yaya berdering. Sesaat setelah mengangkat telepon, wajah Yaya tampak berseri-seri.
"Haha! Ini sangat menarik. Hak kepemilikan vila di danau itu entah bagaimana jatuh di tangan Tuan Besar Zhang yang adalah orang terkaya di Kota Rama."
Cindy berkata sambil tersenyum sinis.
"Ternyata semuanya terjadi dengan alasan tertentu. Secara teori, harusnya Felix masih punya surat nikah dari Keluarga Zhang. Melihatnya muncul di mobil Linda, itu sudah menjelaskan bahwa Felix tentu punya hak untuk pergi ke vila danau itu. Lebih jelasnya lagi, dia memang adalah seorang pria yang tidak bisa diandalkan."
Seiringan dengan itu, seorang pria dengan jubah putih berjalan mendekat sambil membawa dokumen laporan dan piring kecil.
"Nyonya, hasil otopsi sudah keluar. Zimo Mao meninggal oleh karena terbentur di jalan dengan keras. Namun, alasan utama dari kematiannya adalah jarum ini. Jarum ini langsung menusuk ke titik akupunktur Zimo dan membuat sekujur tubuhnya menjadi kaku."
Cindy terlihat penasaran ketika melihat jarum perak itu.
"Bos! Bukankah jarum ini biasa digunakan untuk akupunktur dalam Pengobatan Tradisional? Kalau dihubungkan dengan dokter ajaib yang menyelamatkanmu, bukankah itu berarti selalu ada dokter yang melindungimu secara diam-diam?"
Karena tidak ada penjelasan lain, Cindy juga agak memercayainya.
"Lagipula, dokter ajaib itu juga adalah pemilik vila tengah danau yang sesungguhnya. Pemilik awal, Tuan Besar Zhang hanyalah berperan sebagai kedok. Tampaknya ada sesuatu yang disembunyikannya."
Cindy terlihat makin bersemangat saat berkata demikian.
"Sampaikan perintah ini, suruh orang untuk mengawasi Yun'an Mansion di danau itu selama 24 jam setiap harinya. Mereka harus melaporkan setiap gerak gerik yang terlihat bahkan ketika ada seekor lalat yang masuk sekalipun. Aku yakin aku akan menemukan orang misterius itu."
Bicara sejujurnya, Cindy mempunyai firasat bahwa penyelamatnya yang sudah menolongnya berulang kali itu tentu adalah jodohnya. Dari sebab itu, dia harus menemukan orang itu bagaimana pun caranya.
Di Perusahaan Bintang Jaya, Manajer Umum Donny Cao sedang meminum teh di dalam kantornya.
Donny mempunyai perut besar dengan penampilan yang sederhana. Wajahnya dihias dengan kacamata bingkai emas. Sosoknya terlihat begitu santai, namun sesungguhnya, orang yang mengenalnya tidak akan menilainya dengan cara seperti itu.
Di seberang Donny, duduklah Samuel. Meskipun sesungguhnya dia tidak mau menolong, sekedar duduk di sini saja sudah cukup untuk berjaga-jaga seandainya Jinny menguntitnya.
"Aku suka teh ini, rasanya enak."
Samuel hanya tersenyum.
"Baguslah kalau Paman Cao suka. Ini adalah jenis teh baru yang aku cari dari daerah selatan. Saat mendengar Paman menyukainya, aku segera mencarikan dan membawakannya untukmu."
Donny lalu menaruh gelasnya dan membenarkan letak kacamatanya.
"Sudah. Kamu bukanlah orang yang datang ke sini hanya untuk basa-basi, langsung katakan saja kemauanmu."
Samuel menggosok kedua tangannya dan menjelaskan.
"Sebenarnya begini, Paman Cao, aku mempunyai hubungan yang cukup baik dengan putri Xander. Dia memohon padaku agar mau menjadi perantara antara paman dan dia. Tetapi aku hanya ke sini untuk mengunjungimu saja, Xander memang pantas mendapatkannya karena sudah merendahkan Paman Cao. Semua masalah ini memang adalah buah dari perbuatannya sendiri."
Donny terkekeh.
"Hehe, aku suka kelicikanmu. Pulanglah."
"Baik, kalau begitu aku pamit pulang."
Tidak lama setelah Samuel pergi, Donny mendapatkan sebuah telepon. Melihat dari raut wajah Donny, dia terlihat jauh berbeda dari bagaimana dia menanggapi Samuel tadi.
"Oh... kamu terlalu sungkan, Linda. Apapun yang kamu katakan, aku pasti akan mendukungmu, aku juga akan menerimanya dengan simbolis."
Donny merasa sangat kaget begitu menutup telepon.
"Benar-benar di luar perkiraan. Aku tidak berpikir Xander bisa meminta putri keluarga terkaya untuk mewakilinya bicara denganku."
Tepat pada saat itu, Samuel berpapasan dengan Felix di pintu gerbang Perusahaan Bintang Jaya. Saat musuh bertemu dengan lawannya, bisa dikatakan itu adalah hal yang menarik.
"Felix Qin? Apa kamu pantas menginjakkan kaki ke sini?"
Felix langsung melotot.
"Obat oles apa yang kamu pakai? Aku lihat lebam di mukamu sudah sembuh dengan cepat. Kalau kamu tidak mau aku memukulmmu lagi, lebih baik kamu pergi!"
"Kamu!"
Samuel merasa murka, tetapi dia tidak berani membuat keributan karena sedang berada di Perusahaan Bintang Jaya. Donny adalah tipe orang yang sangat menjaga reputasinya, dia tidak akan pandang bulu dan membiarkan siapa saja yang membuat keributan di kantornya.
Mengingat acara makan malam yang disiapkan oleh Jinny, Samuel hanya bisa menahan diri.
"Akan tiba saatnya kamu akan menyesal."
Sesampainya ke kantor manajer, Felix akhirnya bertemu dengan Donny yang terkenal. Pada saat bertemu untuk pertama kali, Donny tampak seperti seorang yang murah senyum dengan pikiran licik.
Donny yang sudah menerima informasi dari sekretarisnya langsung tersenyum dan menjabat tangan Felix.
"Anda tentu adalah Tuan Felix, 'kan? Linda sudah bicara denganku."
Felix hanya bisa menyapa balik. Dia berencana untuk memeras Donny habis-habisan.
"Benar, Tuan Cao. Aku tidak akan basa-basi, katakan saja jumlah uang kompensasinya."
Bocah ini sombong sekali! Kalau bukan karena Linda yang menjadi perantaranya, aku tidak akan membiarkanmu keluar dari sini hari ini.
"Bagus. Linda juga sudah bilang, jadi biaya kompensasinya adalah 10 milyar. Akan tetapi, aku pribadi lebih menyukai uang dalam bentuk tunai. Sekarang ini masih pukul 3 sore, seharusnya kamu bisa memberikan 10 milyar itu sebelum pukul 5 sore, 'kan?"
Sebenarnya, Donny tidak ingin mempersulit Felix, namun perilaku Felix membuatnya tidak senang, jadi dia ingin memberi sedikit pelajaran pada Felix.
"Oke, aku akan datang lagi sebelum pukul 5 sore."
Bocah, uang tunai senilai 10 milyar tidak akan bisa disiapkan secara langsung, aku akan lihat bagaimana kamu menyiapkannya.
Begitu keluar dari Perusahaan Bintang Jaya, Felix merogoh ponselnya dan menelepon Jinny.
"Jinny, apa paman sudah bangun?"
"Belum, dia minum sebanyak hampir 1 liter, mana mungkin dia bangun secepat itu?"
Nada gusar Jinny itu menandakan kekesalannya dengan masalah Donny.
"Kalau paman sudah bangun nanti, beri tahu dia bahwa urusan dengan Donny sudah beres. Suruh dia melakukan apa saja yang dia mau."
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved