Bab 3 [BAB LIMA - ENAM]
by Pena_Receh01
18:43,Aug 20,2023
Matahari sangat terik dan cuaca sangat panas, Mona terbangun dari tidur. Ia sedikit merasa baikan, melirik resep obat, ternyata siang ini harus meminum pil untuk menyembuhkan demam. Bangkit perlahan lalu menuju dapur menyiapkan bubur untuknya, makanan buat kakak ipar.
"Bismillah," kata Mona bangkit dari kasur menuju dapur dengan pelan.
Mona mulai memasak dengan tubuh lemas, ia harus mengerjakan pekerjaan rumah karena tak mau menyusahkan sang kakak ipar lagi. Dengan hati-hati menyiapkan bahan lalu menggoreng, ia mengulas senyuman saat semua telah beres. Pelan-pelan menuju ruang kerja Arka karena dia tau pasti lelaki itu tengah mengerjakan kesibukannya.
"Masss," panggil Mona dengan suara pelan sambil mengetuk pintu.
"Masuk!" perintah Arka tanpa menoleh ke pintu yang telah terbuka.
"Mas, makan siang sudah siap," tutur Mona membuat Arka menoleh sekilas lalu fokus tidak menghiraukan ucapan adik iparnya.
Mona berdiri diam di depan pintu, menunggu Arka menyahuti. Tiba-tiba terdengar suara perut berbunyi membuat Arka meruntuki lambung yang telah meronta minta di isi. Lelaki itu segera bangkit dan melewati Mona, adik iparnya mengikuti dari belakang.
"Mas mau minum kopi?" tanya Mona pelan saat sampai dapur, melihat lelaki itu duduk di kursi.
"Hm ... buat saja nanti kuminum," balas Arka lalu menyendok makanan.
Mona menyeduhkan kopi terlebih dahulu lalu mulai memakan bubur setelah selesai. Ia harus makan banyak agar cepat sehat, sehabis nasi yang lembek itu ia bangkit. Menuju kamar tak lupa membawa segelas air.
"Apa aku harus istirahat atau membersihkan rumah?" tanya Mona pada dirinya sendiri.
"Istirahat saja, kalau kerja nanti sakitnya makin parah aku yang susah," sambar Arka dingin dan tegas saat melewati kamar Mona yang pintunya terbuka.
"Makasih Mas sudah diizinkan istirahat, maaf merepotkan," ujar Mona menundukan kepala lalu melangkah ke pintu untuk menutup karena Arka telah pergi.
Malam tiba suara bel membuat Arka yang bersantai di ruang tengah bergegas menuju pintu. Tatapannya langsung bertemu dengan beberapa anak muda seusia Mona. Ia menatap dingin, memandang satu persatu membuat mereka menunduk.
"Kenapa kalian datang kemari?" tanya Arka dengan nada dingin.
"Anu Omm, kami ingin menjenguk Mona kenapa dia tidak masuk kuliah," balas seorang pria dengan suara gemetar.
"Mona sedang sakit," seru Arka masih berdiam di pintu.
"Boleh kami menjenguk Mona, Om?" tanya lelaki itu berusaha agar suaranya tak bergetar karena merasakan aura yang menyeramkan keluar dari tubuh Arka.
Arka hanya mengembuskan napas kasar, lalu berdehem membuat jantung mereka semua memompa lebih cepat. "Jangan lama-lama karena ini sudah malam!" Perintah Arka dibalas anggukan semuanya, Arka memerintah mereka masuk dan mengikuti sampai kamar Mona.
"Monaaa, temanmu jenguk nih," ucap Arka dingin sambil mengetuk pintu, Mona yang mendengar langsung bergegas membuka pintu.
"Iya Mas," sahut Mona lemah lalu memandang mereka semua.
"Jangan lama-lama, ini sudah malam," kata Arka tidak seperti menasehati tapi memerintah.
"Iya Mas, makasih udah ngebolehin mereka masuk," balas Mona tidak ditanggapi Arka, lelaki itu langsung pergi.
"Mona lo gak papa?" tanya lelaki yang tadi berbicara dengan Arka.
"Gak papa, Raka. Makasih kalian udah jengukin gue," tutur Mona pelan mengajak mereka masuk dan duduk, tanpa menutup pintu.
"Iya sama-sama, Raka nih yang ngebet banget pengen ngeliat keadaan lo," sungut Mirna menunjuk Raka.
"Gue buatin minuman dulu ya," seru Mona dibalas gelengan semuanya.
"Gak deh, kita cuma sebentar. Om lo serem Mon," ucap Dimas dibalas anggukan semua.
BAB 6
Tiga hari berlalu akhirnya Mona sudah sembuh total, ia langsung bebenah. Rencana besok baru mau masuk sekolah, hari ini harus melakukan pekerjaan rumah tangga terlebih dahulu. Menata makanan di meja, membuatkan kopi seperti biasa. Setelah dilihat telah beres semua, dia melangkah menuju kamar Arka untuk memberitahu waktunya sarapan.
"Massss, sudah waktunya sarapan," panggil Mona sambil mengetuk pintu.
"Kamu sudah sembuh?" tanya Arka saat membuka pintu membuat Mona terkejut dan mengelus dadanya.
"Su-sudah Mas, ayo sarapan sudah aku buatkan, kopi juga udah ada," terang Mona hanya dibalas deheman oleh Arka.
Lelaki itu duduk mulai menikmati sarapan, ia memandang Mona yang sehabis makan langsung beberes lagi membuat ia mengeryitkan alis. "Apa kamu tidak masuk kuliah?" tanya Arka tanpa basa-basi membuat pekerjaan Mona terhenti dan menoleh membalas tatapan Arka yang sangat tajam.
"Tidak, Mas. Mona mau kuliahnya besok, sekarang mau bebenah dulu," sahut Mona hanya dibalas anggukan Arka lalu laki-laki itu pergi bekerja.
***
Seminggu berlalu Mona tengah di kampus, hari ini tidak ada pelajaran. Mereka pulang cepat, gadis itu masih berkumpul berbincang-bincang untuk mengerjakan tugas kelompok. Mona duduk disamping Raka, lelaki tersebut tak melepaskan genggaman tangan semenjak bel bunyi.
"Gimana, kita kerja kelompok di rumah siapa?" tanya Mirna sambil menyeruput pop ice rasa stoberi.
"Gue gak bisa ke mana-mana," kata Mona membuat semua temannya memandang dia.
"Ya sudah, di rumah kamu aja," usul Raka membuat semua melotot.
"Gak ah, gue takut ama Omnya, auranya serem banget," tolak Dimas sambil bergidig ngeri.
"Tapi dia ganteng, Dim." Mirna sambil membayangkan wajah tampan Arka.
"Ya sudah, tapi gue izin dulu ya," ucap Mona dibalas anggukan semuanya.
Mona merogoh handphone di saku. Mengetik setiap huruf menjadi kata. Lalu mengirim pada kakak iparnya.
[Mas, Mona izin bawa temen ke rumah, buat ngerjain tugas kelompok,] - Mona
Mona masih menatap layar ponsel, menunggu jawaban sang kakak ipar. Ia tak berani mengajak teman-temannya sebelum di izinkan pemilik kediaman. Dengan gelisah dia menunggu jawaban, saat bunyi pesan masuk Mona langsung cepat mengecek.
[Boleh,] - Arka
Mona tersenyum senang saat diperbolehkan oleh kakak iparnya, ia langsung menunjukan pada teman-temannya. Mirna bersorak bahagia, dia lekas mengajak mereka ke minimarket dulu untuk membeli cemilan.
Sehabis belanja, semua lekas menuju kediaman Arka.
"Om lo ada di rumah gak?" tanya Dimas saat menaiki motor masing-masing.
"Jangan lupa pake halm," kata Raka menyerahkan halm pada Mona.
"Mas Arka lagi kerja. Oke aku pake halmnya ayoooo! Biar cepat selesai tugasnya," seru Mona menaiki motor Raka.
"Ngapain buru-buru, Mon?" tanya Raka mulai melajukan motornya.
"Gue'kan harus bebenah Ka, gue harus tau dirilah numpang di rumah kakak ipar gue," balas Mona dibalas anggukan Raka.
"Bukanya lo dulu selalu dianterin Om, Lo? kok sekarang enggak sih?" tanya Mirna karena motor dimas berlaju sejajar dengan Raka.
"Mungkin Mas Arka lagi sibuk, Mir. Jadi gak sempet anter gue," sahut Mona lalu memandang jalanan di depan.
"Itu karena Kak Dinda yang berkhianat," geram Mona dalam hati tanpa sadar tangannya mengepal.
Sehabis sampai kediaman Arka, mereka langsung memarkirkan motor. Sedangkan Mona cepat membuka pintu lalu mengajak Mirna agar membantu menyiapkan minuman dan cemilan. Mirna menatap dapur minimalis itu dengan mata berbinar.
"Kalau Om lo masih lajang mah, gue mau jadi istrinya deh," ucap Mirna membuat Mona menoleh menatap sahabatnya.
"Bismillah," kata Mona bangkit dari kasur menuju dapur dengan pelan.
Mona mulai memasak dengan tubuh lemas, ia harus mengerjakan pekerjaan rumah karena tak mau menyusahkan sang kakak ipar lagi. Dengan hati-hati menyiapkan bahan lalu menggoreng, ia mengulas senyuman saat semua telah beres. Pelan-pelan menuju ruang kerja Arka karena dia tau pasti lelaki itu tengah mengerjakan kesibukannya.
"Masss," panggil Mona dengan suara pelan sambil mengetuk pintu.
"Masuk!" perintah Arka tanpa menoleh ke pintu yang telah terbuka.
"Mas, makan siang sudah siap," tutur Mona membuat Arka menoleh sekilas lalu fokus tidak menghiraukan ucapan adik iparnya.
Mona berdiri diam di depan pintu, menunggu Arka menyahuti. Tiba-tiba terdengar suara perut berbunyi membuat Arka meruntuki lambung yang telah meronta minta di isi. Lelaki itu segera bangkit dan melewati Mona, adik iparnya mengikuti dari belakang.
"Mas mau minum kopi?" tanya Mona pelan saat sampai dapur, melihat lelaki itu duduk di kursi.
"Hm ... buat saja nanti kuminum," balas Arka lalu menyendok makanan.
Mona menyeduhkan kopi terlebih dahulu lalu mulai memakan bubur setelah selesai. Ia harus makan banyak agar cepat sehat, sehabis nasi yang lembek itu ia bangkit. Menuju kamar tak lupa membawa segelas air.
"Apa aku harus istirahat atau membersihkan rumah?" tanya Mona pada dirinya sendiri.
"Istirahat saja, kalau kerja nanti sakitnya makin parah aku yang susah," sambar Arka dingin dan tegas saat melewati kamar Mona yang pintunya terbuka.
"Makasih Mas sudah diizinkan istirahat, maaf merepotkan," ujar Mona menundukan kepala lalu melangkah ke pintu untuk menutup karena Arka telah pergi.
Malam tiba suara bel membuat Arka yang bersantai di ruang tengah bergegas menuju pintu. Tatapannya langsung bertemu dengan beberapa anak muda seusia Mona. Ia menatap dingin, memandang satu persatu membuat mereka menunduk.
"Kenapa kalian datang kemari?" tanya Arka dengan nada dingin.
"Anu Omm, kami ingin menjenguk Mona kenapa dia tidak masuk kuliah," balas seorang pria dengan suara gemetar.
"Mona sedang sakit," seru Arka masih berdiam di pintu.
"Boleh kami menjenguk Mona, Om?" tanya lelaki itu berusaha agar suaranya tak bergetar karena merasakan aura yang menyeramkan keluar dari tubuh Arka.
Arka hanya mengembuskan napas kasar, lalu berdehem membuat jantung mereka semua memompa lebih cepat. "Jangan lama-lama karena ini sudah malam!" Perintah Arka dibalas anggukan semuanya, Arka memerintah mereka masuk dan mengikuti sampai kamar Mona.
"Monaaa, temanmu jenguk nih," ucap Arka dingin sambil mengetuk pintu, Mona yang mendengar langsung bergegas membuka pintu.
"Iya Mas," sahut Mona lemah lalu memandang mereka semua.
"Jangan lama-lama, ini sudah malam," kata Arka tidak seperti menasehati tapi memerintah.
"Iya Mas, makasih udah ngebolehin mereka masuk," balas Mona tidak ditanggapi Arka, lelaki itu langsung pergi.
"Mona lo gak papa?" tanya lelaki yang tadi berbicara dengan Arka.
"Gak papa, Raka. Makasih kalian udah jengukin gue," tutur Mona pelan mengajak mereka masuk dan duduk, tanpa menutup pintu.
"Iya sama-sama, Raka nih yang ngebet banget pengen ngeliat keadaan lo," sungut Mirna menunjuk Raka.
"Gue buatin minuman dulu ya," seru Mona dibalas gelengan semuanya.
"Gak deh, kita cuma sebentar. Om lo serem Mon," ucap Dimas dibalas anggukan semua.
BAB 6
Tiga hari berlalu akhirnya Mona sudah sembuh total, ia langsung bebenah. Rencana besok baru mau masuk sekolah, hari ini harus melakukan pekerjaan rumah tangga terlebih dahulu. Menata makanan di meja, membuatkan kopi seperti biasa. Setelah dilihat telah beres semua, dia melangkah menuju kamar Arka untuk memberitahu waktunya sarapan.
"Massss, sudah waktunya sarapan," panggil Mona sambil mengetuk pintu.
"Kamu sudah sembuh?" tanya Arka saat membuka pintu membuat Mona terkejut dan mengelus dadanya.
"Su-sudah Mas, ayo sarapan sudah aku buatkan, kopi juga udah ada," terang Mona hanya dibalas deheman oleh Arka.
Lelaki itu duduk mulai menikmati sarapan, ia memandang Mona yang sehabis makan langsung beberes lagi membuat ia mengeryitkan alis. "Apa kamu tidak masuk kuliah?" tanya Arka tanpa basa-basi membuat pekerjaan Mona terhenti dan menoleh membalas tatapan Arka yang sangat tajam.
"Tidak, Mas. Mona mau kuliahnya besok, sekarang mau bebenah dulu," sahut Mona hanya dibalas anggukan Arka lalu laki-laki itu pergi bekerja.
***
Seminggu berlalu Mona tengah di kampus, hari ini tidak ada pelajaran. Mereka pulang cepat, gadis itu masih berkumpul berbincang-bincang untuk mengerjakan tugas kelompok. Mona duduk disamping Raka, lelaki tersebut tak melepaskan genggaman tangan semenjak bel bunyi.
"Gimana, kita kerja kelompok di rumah siapa?" tanya Mirna sambil menyeruput pop ice rasa stoberi.
"Gue gak bisa ke mana-mana," kata Mona membuat semua temannya memandang dia.
"Ya sudah, di rumah kamu aja," usul Raka membuat semua melotot.
"Gak ah, gue takut ama Omnya, auranya serem banget," tolak Dimas sambil bergidig ngeri.
"Tapi dia ganteng, Dim." Mirna sambil membayangkan wajah tampan Arka.
"Ya sudah, tapi gue izin dulu ya," ucap Mona dibalas anggukan semuanya.
Mona merogoh handphone di saku. Mengetik setiap huruf menjadi kata. Lalu mengirim pada kakak iparnya.
[Mas, Mona izin bawa temen ke rumah, buat ngerjain tugas kelompok,] - Mona
Mona masih menatap layar ponsel, menunggu jawaban sang kakak ipar. Ia tak berani mengajak teman-temannya sebelum di izinkan pemilik kediaman. Dengan gelisah dia menunggu jawaban, saat bunyi pesan masuk Mona langsung cepat mengecek.
[Boleh,] - Arka
Mona tersenyum senang saat diperbolehkan oleh kakak iparnya, ia langsung menunjukan pada teman-temannya. Mirna bersorak bahagia, dia lekas mengajak mereka ke minimarket dulu untuk membeli cemilan.
Sehabis belanja, semua lekas menuju kediaman Arka.
"Om lo ada di rumah gak?" tanya Dimas saat menaiki motor masing-masing.
"Jangan lupa pake halm," kata Raka menyerahkan halm pada Mona.
"Mas Arka lagi kerja. Oke aku pake halmnya ayoooo! Biar cepat selesai tugasnya," seru Mona menaiki motor Raka.
"Ngapain buru-buru, Mon?" tanya Raka mulai melajukan motornya.
"Gue'kan harus bebenah Ka, gue harus tau dirilah numpang di rumah kakak ipar gue," balas Mona dibalas anggukan Raka.
"Bukanya lo dulu selalu dianterin Om, Lo? kok sekarang enggak sih?" tanya Mirna karena motor dimas berlaju sejajar dengan Raka.
"Mungkin Mas Arka lagi sibuk, Mir. Jadi gak sempet anter gue," sahut Mona lalu memandang jalanan di depan.
"Itu karena Kak Dinda yang berkhianat," geram Mona dalam hati tanpa sadar tangannya mengepal.
Sehabis sampai kediaman Arka, mereka langsung memarkirkan motor. Sedangkan Mona cepat membuka pintu lalu mengajak Mirna agar membantu menyiapkan minuman dan cemilan. Mirna menatap dapur minimalis itu dengan mata berbinar.
"Kalau Om lo masih lajang mah, gue mau jadi istrinya deh," ucap Mirna membuat Mona menoleh menatap sahabatnya.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved