Bab 2 [BAB DUA - TIGA - EMPAT]
by Pena_Receh01
18:42,Aug 20,2023
BAB 2
jam sudah menunjukan angka lima pagi, Mona terbangun segera bangkit duduk di ranjang. Mata bengkak, mengambil cermin kecil di nakas lalu memandang pantulannya. Dada terasa sesak lagi, kejadian kemarin langsung hinggap di hati.
"Ternyata bukan mimpi," batin Mona berseru lirih.
"Dulu aku menganggumimu Kak," gumam Mona pelan.
"Tapi sekarang tidak, kamu bajingan menumbalkan aku untuk mengantikanmu," lanjut Mona memegang cermin dengan kencang.
"Apa yang harus aku la--," ucap Mona terpotong oleh teriakan Arka di depan pintu kamarnya.
"Mona cepat buatkan aku sarapan!" teriak Arka lalu lelaki itu melangkah pergi ke meja makan, duduk di kursi memainkan ponsel.
Mona lekas bangkit menaruh cermin, merapikan rambutnya asal lalu diikat menjadi satu. Melangkah ke bilik mandi untuk cuci muka dan gosok gigi. Setelah selesai segera pergi menuju dapur untuk memasak.
"Lain kali bangun lebih cepat dan siapkan sarapan!" perintah Arka tanpa melihat Mona yang menoleh.
"Iya Mas, " sahut Mona.
"Pasti kamu udah baca suratnya'kan," kata Arka dengan nada dingin
"Kamu menggantikan dia menjadi istriku," seru Arka lalu memandang Mona yang tengah mematung mendengar perkataannya.
"Cepat buatkan aku kopi!" perintah Arka lalu Mona segera menyiapkan apa yang disuruh.
"Ini, Mas." Mona menaruh kopi di meja sambil menunduk, ia tak berani menatap wajah Arka.
"Sehabis joging, sarapan dan pakaian kerja harus sudah siap!" seloroh Arka lalu bangkit keluar tanpa menunggu jawaban Mona.
Mona hanya menghela napas pelan, melakukan tugasnya lalu cepat-cepat berganti pakaian untuk sekolah. Beruntung lelaki itu masih mau menyekolahkannya bukan! Kalau tidak bagaimana nasib Mona. Dengan menyemangati diri, Mona bergegas melaksanakan pekerjaan rumah tangga.
"Akhirnya selesai juga," ucap Mona lalu bergegas ke kamar untuk membersihkan diri dan bersiap - siap.
Arka baru saja selesai joging, ia menatap meja makan yang telah terhidang sarapan. Melangkah mendekat dan duduk untuk menikmati nasi goreng buatan Mona. Lelaki tersebut melirik kopi yang telah dingin, dia tadi tak meminumnya, langsung pergi berolahraga. Arka meraih ponsel lalu mengirim pesan pada adik ipar.
[Siapkan kopi lagi, yang tadi sudah dingin. Cepatlah!] - Arka
Mona yang baru saja selesai menyisir rambut langsung meraih handphone karena bergetar tanda pesan masuk. Dengan tergesa-gesa ia mengikat surai lagi lalu mengambil tas dan berlari menuju dapur unruk menyiapkan kopi. Sehabis itu lekas menaruh di meja makan membuat Arka melirik sekilas.
"Aku sudah selesai, kamu sarapan gih!" Setelah mengatakan itu Arka melangkah menuju kamar membuat Mona menghela napas lalu duduk di kursi untuk sarapan.
"Sabar Mona, mendingan kamu sarapan," monolog Mona pada dirinya sendiri lalu melahap makanan yang di depan mata.
Arka selesai berpakaian ia langsung memegang tas dan melangkah keluar menuju dapur. Menaruh uang lima puluh ribu di meja. Melirik kopinya sebentar dan mengembuskan napas kasar.
"Ini uang untuk ongkosmu sekolah," kata Arka lalu pergi meninggalkan Mona tanpa meminum kopi yang dibuatkan gadis itu lagi.
Sehabis makan Mona langsung bangkit dan mengambil uang yang ditaruh Arka tadi. Memasukan ke saku lalu cepat membereskan piring kotor. Setelah itu melangkah cepat-cepat keluar dan menatap kosong bagasi.
"Bodohnya aku! Memangnya Mas Arka sudi, mengantarkan aku sekolah setelah pengkhianatan Kak Dinda," tutur Mona mengomeli dirinya sendiri, lalu melangkah memilih berjalan kaki ke sekolah karena jaraknya tidak terlalu jauh.
BAB 3
Pagi bergulir dengan cepat, jam telah menunjuk angka setengah empat sore. Mona telah di rumah melakukan pekerjaan rumah tangga, mengangkat jemuran lalu bergegas memasak makanan. Peluh membanjiri kening, rasa letih menyerang tubuh karena sehabis pulang sekolah langsung mengerjakan tugasnya.
"Ahhhhh, akhirnya selesai juga. Aku harus segera mandi, badan lengket banget," monolog Mona lalu memasuki kamar dan melakukan ritual membersihkan diri.
Sehabis mandi Mona menuju ruang tengah, menunggu Arka sambil berbaring di sofa. Perlahan ia terlelap karena kelelahan, menuju alam mimpi sampai akhirnya jam menunjuk angka tujuh. Bel rumah berbunyi tapi dia masih pulas, dengan kesal Arka mengambil kunci cadangan di mobil dan membuka pintu.
"Kenapa gadis sialan itu!" maki Arka melangkah dengan lebar lalu matanya menangkap Mona tengah tertidur pulas di sofa.
"Sialan! Gadis ini malah enak-enakan tidur," geram Arka lalu menendang kaki Mona membuat gadis tersebut terkejut dan langsung duduk.
"Ada apa, Mas?" tanya Mona masih belum sadar seratus persen.
"Ada apa, ada apa! Kamu ini, Mas pulang bukannya di sambut malah enakan tidur," sembur Arka dengan suara keras.
"Siapkan aku pakaian, dan kopi!" perintah Arka membuat Mona bangkit dari duduknya.
"Baju Mas sudah aku siapkan, aku pamit nyeduh kopi dulu," kata Mona menundukan kepalanya lalu melangkah menuju dapur.
Mona langsung menyiapkan kopi dan mengambil biskuit untuk cemilan juga. Dengan langkah hati-hati ia membawa nampan. Arka telah berganti pakaian, terlihat pria itu duduk santai di sofa.
"Ini Mas." Mona menaruh kopi dan biskuit di meja, lalu bergegas pergi ke dapur untuk menaruh nampan.
Baru saja kopi habis setengah, perut Arka sudah berbunyi minta diisi. Dengan langkah santai ia menuju meja makan, ia memandang Mona yang tengah mencuci buah-buahan. Arka memandang makanan, lalu melirik Mona.
"Mona!" panggil Arka membuat Mona langsung menoleh.
"Iya Mas?" tanya Mona balas memandang wajah Arka lalu ia langsung menunduk lagi.
"Belikan Mas Sate ayam, ini uangnya," tutur Arka menyerangkan selembaran warna merah.
"Tapi Mas, akukan masak sup ayam, dan di luar hujan juga," cicit Mona mendapatkan pelototan Arka.
"Jangan membantah! belikan dua puluh tusuk, pakai motor yang ada di garasi. Jangan manja, ada mantel'kan, pakai itu!" perintah Arka lalu melangkah menuju ruangan kerjanya.
Mona dengan lesu melangkah meraih jas hujan dan menuju motor. Mulai melajukan kendaraan roda dua itu menembus hujan. Air yang berjatuhan sangat deras, membuat Mona sedikit kesulitan melihat jalan. Ia berucap syukur saat selamat sampai tujuan dengan cepat memesan sate ayam.
"Mang dua puluh tusuk sate ayam ya," pinta Mona lalu cepat-cepat berteduh.
Jam sudah menunjuk angka setengah sembilan, akhirnya ia sampai rumah. Dengan cepat ia menuju ruang kerja Arka, terlihat lelaki itu tengah mengerjakan sesuatu. Mona masih belum melepaskan mantel itu sampai air hujan menetes ke lantai.
"Mas, ini satenya," ucap Mona menyodorkan sate ke hadapan Arka.
Arka melirik sekilas lalu melanjutkan pekerjaannya lagi. "Buang saja! Aku sudah gak berselera makannya, kamu lama sekali. Aku sudah makan jam delapan tadi," ujar Arka dengan menampilkan wajah tanpa dosa.
"Sabar Mona," batin Mona berseru sambil mengelus dadanya.
"Kenapa mengelus dada, kamu kesal!" seru Arka membuat Mona terkejut lalu menggeleng.
"Tidak Mas, Mona gak marah. Ini aku makan saja ya, sayang kalau dibuang," seloroh Mona hanya mendapatkan dengkusan Arka.
"Terserah!"
BAB 4
Hari ini libur, Mona sedikit pusing dan badannya panas. Ia hanya mencuci wajah lalu mengosok gigi saja, melihat ke dalam kulkas ternyata tidak ada bahan untuk di masak. Melangkah dengan ragu menuju kamar Arka, baru saja hendak diketuk pintu itu sudah terbuka.
"Mau ngapain," tanya Arka dingin.
"I-itu, bahan makanan sudah habis," seloroh Mona dengan gugup lalu ia bersin.
"Kamu sakit?" tanya Arka masih dengan nada dingin.
Mona menggeleng dengan cepat. "Tidak Mas, Mona tidak sakit," sahut Mona dengan suara gemetar.
"Bahan untuk sarapan tidak ada?" tanya Arka lagi dibalas gelengan oleh Mona.
"Ya sudah, ayo kita belanja," lanjut Arka masuk ke kamar lagi untuk mengambil kunci mobil.
Arka mengendarai mobil di kecepatan rata-rata, perutnya sudah bergejolak minta diisi. Akhirnya mampir ke tukang bubur ayam dulu untuk makan. Alis Mona mengeryit saat Arka bukan pergi ke minimarket tetapi dia takut bertanya.
"Turun! Kita makan bubur dulu," seru Arka lalu melangkah meninggalkan Mona, gadis itu langsung turun karena ia juga lapar.
"Bubur dua," pinta Arka dibalas anggukan pelayan.
Pelayan langsung menghidangkan bubur di meja saat telah siap. Dia memandang wajah Mona yang pucat, sesekali gadis itu bersin. Ia menyodorkan air hangat untuk Mona membuat Mona mendongak.
"Apa Adek sakit? Mukanya pucet banget, ini air hangat buat minum," ucap pelayan itu.
"Makasih Bang, enggak kok." Mona menunduk lagi saat mendapatkan tatapan tajam dari Arka.
Setelah bubur mereka habis, Arka langsung membayar dan bergegas ke mobil melanjutkan perjalanan. Akhirnya sampai juga di pasar, lelaki itu bukan membawa ke minimarket. Arka telah memakai masker lalu memerintahkan Mona keluar.
"Beli bahan makanan untuk sebulan," perintah Arka dibalas anggukan Mona, gadis itu langsung melangkah dan memilih bahan makanan lalu lelaki tersebut yang membayar.
Setelah membeli semua bahan, Arka lekas menuju mobil meninggalkan Mona yang kesusahan membawa belanjaan. Jalannya mulai oleng, kepala gadis itu semakin berdenyut nyeri. Kaki sudah tak kuat menahan bobot, ia langsung ambruk membuat Arka menoleh dan berlari melihat Mona yang tergeletak tak sadarkan diri.
"Ishhh, kamu menyusahkan saja," gerutu Arka pelan lalu membopong masuk ke mobil, tak lupa mengambil belanjaan.
Setelah itu ia langsung menelepon dokter pribadi dan menyuruh ke rumah. Dia melajukan mobil untuk pulang, sehabis sampai menaruh Mona di kamarnya. Arka langsung menyuruh Hans yang baru sampai memeriksa adik ipar.
"Dia kenapa, Hans?" tanya Arka langsung setelah Hans selesai memeriksa Mona.
"Dia demam, ini obat Tuan berikan saat dia sudah bangun. Kompres juga agar panasnya agak turun," ujar Hans menyodorkan beberapa obat dan sudah ia tulis berapa kali harus di minum.
"Saya pamit pulang, Tuan," kata Hans dibalas anggukan Arka, lelaki itu langsung mengantar Hans keluar.
Arka lekas ke dapur mengambil air untuk mengompres Mona. Melangkah menuju kamar dan duduk disamping adik ipar yang berbaring. Dengan telaten ia menempelkan kain ke kening Mona lalu mengambil laptop untuk mengerjakan pekerjaan di sini, sambil merawat gadis tersebut.
"Eughhhhh," erang Mona lalu perlahan membuka kelopak mata, tatapannya langsung beradu dengan manik tajam Arka.
"Mas kok kita ada di sini?" tanya Mona dengan suara lemah.
"Terus di parkiran gitu! Ninggalin kamu di sana, terus Mas langsung viral karena ninggal kamu," sinis Arka membuat Mona terdiam.
"Ini minum obatmu, menyusahkan saja!" Arka langsung pergi meninggalkan Mona sendiri di kamar.
jam sudah menunjukan angka lima pagi, Mona terbangun segera bangkit duduk di ranjang. Mata bengkak, mengambil cermin kecil di nakas lalu memandang pantulannya. Dada terasa sesak lagi, kejadian kemarin langsung hinggap di hati.
"Ternyata bukan mimpi," batin Mona berseru lirih.
"Dulu aku menganggumimu Kak," gumam Mona pelan.
"Tapi sekarang tidak, kamu bajingan menumbalkan aku untuk mengantikanmu," lanjut Mona memegang cermin dengan kencang.
"Apa yang harus aku la--," ucap Mona terpotong oleh teriakan Arka di depan pintu kamarnya.
"Mona cepat buatkan aku sarapan!" teriak Arka lalu lelaki itu melangkah pergi ke meja makan, duduk di kursi memainkan ponsel.
Mona lekas bangkit menaruh cermin, merapikan rambutnya asal lalu diikat menjadi satu. Melangkah ke bilik mandi untuk cuci muka dan gosok gigi. Setelah selesai segera pergi menuju dapur untuk memasak.
"Lain kali bangun lebih cepat dan siapkan sarapan!" perintah Arka tanpa melihat Mona yang menoleh.
"Iya Mas, " sahut Mona.
"Pasti kamu udah baca suratnya'kan," kata Arka dengan nada dingin
"Kamu menggantikan dia menjadi istriku," seru Arka lalu memandang Mona yang tengah mematung mendengar perkataannya.
"Cepat buatkan aku kopi!" perintah Arka lalu Mona segera menyiapkan apa yang disuruh.
"Ini, Mas." Mona menaruh kopi di meja sambil menunduk, ia tak berani menatap wajah Arka.
"Sehabis joging, sarapan dan pakaian kerja harus sudah siap!" seloroh Arka lalu bangkit keluar tanpa menunggu jawaban Mona.
Mona hanya menghela napas pelan, melakukan tugasnya lalu cepat-cepat berganti pakaian untuk sekolah. Beruntung lelaki itu masih mau menyekolahkannya bukan! Kalau tidak bagaimana nasib Mona. Dengan menyemangati diri, Mona bergegas melaksanakan pekerjaan rumah tangga.
"Akhirnya selesai juga," ucap Mona lalu bergegas ke kamar untuk membersihkan diri dan bersiap - siap.
Arka baru saja selesai joging, ia menatap meja makan yang telah terhidang sarapan. Melangkah mendekat dan duduk untuk menikmati nasi goreng buatan Mona. Lelaki tersebut melirik kopi yang telah dingin, dia tadi tak meminumnya, langsung pergi berolahraga. Arka meraih ponsel lalu mengirim pesan pada adik ipar.
[Siapkan kopi lagi, yang tadi sudah dingin. Cepatlah!] - Arka
Mona yang baru saja selesai menyisir rambut langsung meraih handphone karena bergetar tanda pesan masuk. Dengan tergesa-gesa ia mengikat surai lagi lalu mengambil tas dan berlari menuju dapur unruk menyiapkan kopi. Sehabis itu lekas menaruh di meja makan membuat Arka melirik sekilas.
"Aku sudah selesai, kamu sarapan gih!" Setelah mengatakan itu Arka melangkah menuju kamar membuat Mona menghela napas lalu duduk di kursi untuk sarapan.
"Sabar Mona, mendingan kamu sarapan," monolog Mona pada dirinya sendiri lalu melahap makanan yang di depan mata.
Arka selesai berpakaian ia langsung memegang tas dan melangkah keluar menuju dapur. Menaruh uang lima puluh ribu di meja. Melirik kopinya sebentar dan mengembuskan napas kasar.
"Ini uang untuk ongkosmu sekolah," kata Arka lalu pergi meninggalkan Mona tanpa meminum kopi yang dibuatkan gadis itu lagi.
Sehabis makan Mona langsung bangkit dan mengambil uang yang ditaruh Arka tadi. Memasukan ke saku lalu cepat membereskan piring kotor. Setelah itu melangkah cepat-cepat keluar dan menatap kosong bagasi.
"Bodohnya aku! Memangnya Mas Arka sudi, mengantarkan aku sekolah setelah pengkhianatan Kak Dinda," tutur Mona mengomeli dirinya sendiri, lalu melangkah memilih berjalan kaki ke sekolah karena jaraknya tidak terlalu jauh.
BAB 3
Pagi bergulir dengan cepat, jam telah menunjuk angka setengah empat sore. Mona telah di rumah melakukan pekerjaan rumah tangga, mengangkat jemuran lalu bergegas memasak makanan. Peluh membanjiri kening, rasa letih menyerang tubuh karena sehabis pulang sekolah langsung mengerjakan tugasnya.
"Ahhhhh, akhirnya selesai juga. Aku harus segera mandi, badan lengket banget," monolog Mona lalu memasuki kamar dan melakukan ritual membersihkan diri.
Sehabis mandi Mona menuju ruang tengah, menunggu Arka sambil berbaring di sofa. Perlahan ia terlelap karena kelelahan, menuju alam mimpi sampai akhirnya jam menunjuk angka tujuh. Bel rumah berbunyi tapi dia masih pulas, dengan kesal Arka mengambil kunci cadangan di mobil dan membuka pintu.
"Kenapa gadis sialan itu!" maki Arka melangkah dengan lebar lalu matanya menangkap Mona tengah tertidur pulas di sofa.
"Sialan! Gadis ini malah enak-enakan tidur," geram Arka lalu menendang kaki Mona membuat gadis tersebut terkejut dan langsung duduk.
"Ada apa, Mas?" tanya Mona masih belum sadar seratus persen.
"Ada apa, ada apa! Kamu ini, Mas pulang bukannya di sambut malah enakan tidur," sembur Arka dengan suara keras.
"Siapkan aku pakaian, dan kopi!" perintah Arka membuat Mona bangkit dari duduknya.
"Baju Mas sudah aku siapkan, aku pamit nyeduh kopi dulu," kata Mona menundukan kepalanya lalu melangkah menuju dapur.
Mona langsung menyiapkan kopi dan mengambil biskuit untuk cemilan juga. Dengan langkah hati-hati ia membawa nampan. Arka telah berganti pakaian, terlihat pria itu duduk santai di sofa.
"Ini Mas." Mona menaruh kopi dan biskuit di meja, lalu bergegas pergi ke dapur untuk menaruh nampan.
Baru saja kopi habis setengah, perut Arka sudah berbunyi minta diisi. Dengan langkah santai ia menuju meja makan, ia memandang Mona yang tengah mencuci buah-buahan. Arka memandang makanan, lalu melirik Mona.
"Mona!" panggil Arka membuat Mona langsung menoleh.
"Iya Mas?" tanya Mona balas memandang wajah Arka lalu ia langsung menunduk lagi.
"Belikan Mas Sate ayam, ini uangnya," tutur Arka menyerangkan selembaran warna merah.
"Tapi Mas, akukan masak sup ayam, dan di luar hujan juga," cicit Mona mendapatkan pelototan Arka.
"Jangan membantah! belikan dua puluh tusuk, pakai motor yang ada di garasi. Jangan manja, ada mantel'kan, pakai itu!" perintah Arka lalu melangkah menuju ruangan kerjanya.
Mona dengan lesu melangkah meraih jas hujan dan menuju motor. Mulai melajukan kendaraan roda dua itu menembus hujan. Air yang berjatuhan sangat deras, membuat Mona sedikit kesulitan melihat jalan. Ia berucap syukur saat selamat sampai tujuan dengan cepat memesan sate ayam.
"Mang dua puluh tusuk sate ayam ya," pinta Mona lalu cepat-cepat berteduh.
Jam sudah menunjuk angka setengah sembilan, akhirnya ia sampai rumah. Dengan cepat ia menuju ruang kerja Arka, terlihat lelaki itu tengah mengerjakan sesuatu. Mona masih belum melepaskan mantel itu sampai air hujan menetes ke lantai.
"Mas, ini satenya," ucap Mona menyodorkan sate ke hadapan Arka.
Arka melirik sekilas lalu melanjutkan pekerjaannya lagi. "Buang saja! Aku sudah gak berselera makannya, kamu lama sekali. Aku sudah makan jam delapan tadi," ujar Arka dengan menampilkan wajah tanpa dosa.
"Sabar Mona," batin Mona berseru sambil mengelus dadanya.
"Kenapa mengelus dada, kamu kesal!" seru Arka membuat Mona terkejut lalu menggeleng.
"Tidak Mas, Mona gak marah. Ini aku makan saja ya, sayang kalau dibuang," seloroh Mona hanya mendapatkan dengkusan Arka.
"Terserah!"
BAB 4
Hari ini libur, Mona sedikit pusing dan badannya panas. Ia hanya mencuci wajah lalu mengosok gigi saja, melihat ke dalam kulkas ternyata tidak ada bahan untuk di masak. Melangkah dengan ragu menuju kamar Arka, baru saja hendak diketuk pintu itu sudah terbuka.
"Mau ngapain," tanya Arka dingin.
"I-itu, bahan makanan sudah habis," seloroh Mona dengan gugup lalu ia bersin.
"Kamu sakit?" tanya Arka masih dengan nada dingin.
Mona menggeleng dengan cepat. "Tidak Mas, Mona tidak sakit," sahut Mona dengan suara gemetar.
"Bahan untuk sarapan tidak ada?" tanya Arka lagi dibalas gelengan oleh Mona.
"Ya sudah, ayo kita belanja," lanjut Arka masuk ke kamar lagi untuk mengambil kunci mobil.
Arka mengendarai mobil di kecepatan rata-rata, perutnya sudah bergejolak minta diisi. Akhirnya mampir ke tukang bubur ayam dulu untuk makan. Alis Mona mengeryit saat Arka bukan pergi ke minimarket tetapi dia takut bertanya.
"Turun! Kita makan bubur dulu," seru Arka lalu melangkah meninggalkan Mona, gadis itu langsung turun karena ia juga lapar.
"Bubur dua," pinta Arka dibalas anggukan pelayan.
Pelayan langsung menghidangkan bubur di meja saat telah siap. Dia memandang wajah Mona yang pucat, sesekali gadis itu bersin. Ia menyodorkan air hangat untuk Mona membuat Mona mendongak.
"Apa Adek sakit? Mukanya pucet banget, ini air hangat buat minum," ucap pelayan itu.
"Makasih Bang, enggak kok." Mona menunduk lagi saat mendapatkan tatapan tajam dari Arka.
Setelah bubur mereka habis, Arka langsung membayar dan bergegas ke mobil melanjutkan perjalanan. Akhirnya sampai juga di pasar, lelaki itu bukan membawa ke minimarket. Arka telah memakai masker lalu memerintahkan Mona keluar.
"Beli bahan makanan untuk sebulan," perintah Arka dibalas anggukan Mona, gadis itu langsung melangkah dan memilih bahan makanan lalu lelaki tersebut yang membayar.
Setelah membeli semua bahan, Arka lekas menuju mobil meninggalkan Mona yang kesusahan membawa belanjaan. Jalannya mulai oleng, kepala gadis itu semakin berdenyut nyeri. Kaki sudah tak kuat menahan bobot, ia langsung ambruk membuat Arka menoleh dan berlari melihat Mona yang tergeletak tak sadarkan diri.
"Ishhh, kamu menyusahkan saja," gerutu Arka pelan lalu membopong masuk ke mobil, tak lupa mengambil belanjaan.
Setelah itu ia langsung menelepon dokter pribadi dan menyuruh ke rumah. Dia melajukan mobil untuk pulang, sehabis sampai menaruh Mona di kamarnya. Arka langsung menyuruh Hans yang baru sampai memeriksa adik ipar.
"Dia kenapa, Hans?" tanya Arka langsung setelah Hans selesai memeriksa Mona.
"Dia demam, ini obat Tuan berikan saat dia sudah bangun. Kompres juga agar panasnya agak turun," ujar Hans menyodorkan beberapa obat dan sudah ia tulis berapa kali harus di minum.
"Saya pamit pulang, Tuan," kata Hans dibalas anggukan Arka, lelaki itu langsung mengantar Hans keluar.
Arka lekas ke dapur mengambil air untuk mengompres Mona. Melangkah menuju kamar dan duduk disamping adik ipar yang berbaring. Dengan telaten ia menempelkan kain ke kening Mona lalu mengambil laptop untuk mengerjakan pekerjaan di sini, sambil merawat gadis tersebut.
"Eughhhhh," erang Mona lalu perlahan membuka kelopak mata, tatapannya langsung beradu dengan manik tajam Arka.
"Mas kok kita ada di sini?" tanya Mona dengan suara lemah.
"Terus di parkiran gitu! Ninggalin kamu di sana, terus Mas langsung viral karena ninggal kamu," sinis Arka membuat Mona terdiam.
"Ini minum obatmu, menyusahkan saja!" Arka langsung pergi meninggalkan Mona sendiri di kamar.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved