Bab 3

by Raessyyy 17:30,Aug 07,2023
Masih setengah sadar, aku merasa seseorang menyentuh tubuhku dengan sensual. Tangan kekar dengan permukaan kasar itu terasa geli saat bersentuhan dengan kulitku.

Dibukanya sebelah tali baju di bahuku hingga terjatuh ke lengan. Angin di sekitar yang menusuk kulit, membuatku gemetar kedinginan.

Sentuhannya sangat perlahan dari bahu hingga ke tanganku seakan sedang memancing sesuatu dalam diriku. Tidak hanya itu, tubuhku pun terasa berat seperti ada seseorang yang sedang menghimpitnya.

Dengan tidak nyaman, aku berniat pindah posisi. Sayang, badanku tidak bisa bergerak sama sekali. Aku merasakan kedua tangan itu menahan bahuku saat akan berbalik.

"Kau harus memenuhi janjimu, sayang. Aku sudah diam di kursi itu selama lima belas menit. Setidaknya biarkan aku meminjam tanganmu," ucapnya dengan suara serak basah, membuat telingaku kegelian.

Dengan sedikit membuka mata, aku hanya dapat melihat figur seseorang yang tampak tersenyum di tengah gelapnya ruangan.

Masih merasa mengantuk, mataku pun kembali tertutup dan tidak mempedulikannya.

Aku merasakan bajuku semakin turun hingga ke perut. Tangannya tampak tergesa-gesa menariknya dan tidak lupa juga untuk menciumnya.

Udara terasa semakin dingin saat angin itu mengenai dadaku. Rasanya aku ingin bergelung pada selimut.

Seseorang di atasku bergerak liar seakan sedang membuka sesuatu di bawah sana, menyebabkan kasurku bergoyang tidak teratur.

Kurasakan sentuhannya yang lembut pada tanganku dan dibawanya ke tempat menonjol yang aku tidak tahu apa itu.

Dengan aktif dia menggerakkannya, membuatku merasakan sesuatu yang semakin membesar di sana.

"Ahh nikmat sekali," lirihnya dengan tertatih.

Keningku mengerut merasa tidak nyaman pada tanganku, seperti sedang dipaksa berbuat sesuatu. Akan tetapi aku tidak bisa menariknya.

Rasanya seperti sedang menyentuh timun, bedanya ini hangat dan bentuknya aneh. Aku tidak pernah merasakannya sebelumnya.

"Bisakah kita memperkosanya saja sekalian? Ini sangat nanggung, ahh," ucap orang lain dengan suara yang berbeda.

Suara-suara ini terasa tidak asing di telingaku, aku seperti pernah mendengarnya.

Tanganku bergerak maju mundur dibantu oleh tangan kekar tersebut. Beberapa kali juga terasa jilatan di telapak tanganku seakan sengaja ingin membasahinya.

Tidak nyaman, mataku kembali sedikit terbuka dan melihat seseorang tengah mendongak dengan mulut menganga, mengeluarkan desahan.

Apa aku mimpi basah? Entah mengapa bagian dada ku pun terasa geli akibat sentuhan tangannya, tanpa sadar aku menggeliat.

Namun tidak membuatku membuka mata, biarlah hanya menjadi mimpi. Mataku kembali terpejam dengan mulut yang terkadang mendesah, merasakan nikmatnya.

Kurasa hal ini terjadi selama sepuluh menitan, aku pun tidak tahu dan tidak sanggup untuk melihat jam.

Terasa miliknya yang mulai membesar di genggaman tanganku. Dengan kasar, dia semakin menggerakkan tanganku tidak teratur diiringi dengan erangan frustrasinya.

"Ahh Nat," desahnya bersamaan dengan cairan yang menyemprotku. Bahkan sampai mengenai wajah, spontan alisku menyatu dan mengerang tidak nyaman.

Setelahnya tubuhku semakin terasa berat karena seseorang meletakkan kepalanya di dadaku. Napas terengah-engah itu mengganggu pendengaranku, ditambah dengan tangannya yang tidak berhenti bermain di dadaku.

Aku merasa ketindihan.

Untungnya tidak berapa lama, dia bangkit, membuatku bernapas lega.

Sekali lagi, tanganku ditarik olehnya dan terasa benda empuk yang menjilatinya. Rasanya sangat menggelikan saat merasakan tanganku penuh salivanya.

Mengingatkan pada anjingku yang sudah meninggal beberapa tahun yang lalu, dia juga selalu menjilati tanganku jika sedang manja-manjanya
Mengingatkan pada anjingku yang sudah meninggal beberapa tahun yang lalu, dia juga selalu menjilati tanganku jika sedang manja-manjanya.

Tanpa sadar aku mengelus kepalanya lembut dan menepuk-nepuknya masih dengan mata terpejam.

"Kau menyukainya, ya? Tanganmu nikmat, terima kasih sudah melunasi janjimu, cantik,"

------------

Mataku terasa sangat berat dan tidak mau terbuka, seperti ada lem yang melekatkannya.

Dengan paksaan, akhirnya dapat terbuka dan yang pertama kali ku lihat adalah kegelapan. Badanku terasa lengket dan dingin.

Tanpa sadar tanganku mencoba menarik selimut, akan tetapi tidak ada. Aku tidak ingat sejak kapan benda itu sudah terjatuh ke lantai.

Perlahan aku bangkit dan merasa sangat terkejut saat dadaku tidak tertutup apapun. Dress merah yang semalam ku pakai sudah sobek dan hanya menyisakan beberapa helai yang bahkan tidak menutupi tubuhku.

Spontan tanganku langsung menutupinya.

Melihat jam, keterkejutanku berubah dua kali lipat melihat jarum panjang menunjuk pada angka tujuh, astaga setengah jam lagi ada kuliah.

Dengan tergesa-gesa aku membereskan semua kekacauan ini dan mandi. Sepertinya benar bahwa semalam aku mimpi basah, buktinya bagian bawahku sudah banjir oleh cairanku sendiri.

Tubuhku pun berlendir dan terasa sangat tidak nyaman.

Jangan tanyakan seberapa terkejutnya aku saat mengaca, tubuhku dipenuhi oleh lebam-lebam keunguan seperti habis ditonjok seseorang.

Anehnya tidak terasa sakit sama sekali, hanya saja bercaknya sangat banyak memenuhi leher, dada, hingga perutku.

"Astaga, apa ini karena jendelaku terbuka semalaman? Banyak sekali gigitan nyamuknya, menyebalkan," keluhku dengan raut kesal.

Untung saja aku pandai menggunakan make up, bercak ini adalah hal sepele bagiku. Dengan cepat aku menutupinya dengan concealer dan bersiap-siap.

Seperti hari sial bagiku, aku lupa mencuci baju semalam. Padahal aku sudah mengingatnya kemarin, saking sibuknya aku malah langsung tertidur. Bahkan pakaian dalam pun tidak ada?!

Sudah keburu terlambat, akhirnya aku mengenakan sweater, tanpa memakai dalaman. Ya, anggap saja ini gila. Seharusnya tidak ada yang tahu, kan.

Sesampainya di tempat kuliah, aku bernapas lega masih ada beberapa menit lagi sebelum mulai pelajaran
Sesampainya di tempat kuliah, aku bernapas lega masih ada beberapa menit lagi sebelum mulai pelajaran. Juga tidak ada yang membicarakan pakaianku, syukurlah jika tidak ada yang menyadarinya.

"Apa kau melihat tonjolannya? Dia menggoda kita, Al," ucap seseorang dengan suara yang dejavu.

Sontak aku melihat sekitar, mencari siapa yang sedang melihat ke arahku. Akan tetapi tidak ada siapapun.

Saat ini aku sedang berada di taman belakang untuk menikmati sarapan. Tempat ini memang terkenal sepi dan tidak banyak orang, karena itulah aku menyukainya.

Namun, suara-suara itu masih saja menggangguku, kemanapun ku pergi.

"Shit, kau benar, tapi dia tetap sangat cantik, Rolf. Aku bisa gila hanya dengan melihatnya dari jauh," ucap seorang laki-laki dengan mesumnya.

Mengingat semalam, sepertinya aku kenal dengan suara-suara ini.

Dengan kening mengerut, aku kembali melihat kanan kiri mencari keberadaannya. Tidak salah lagi, sudah pasti lelaki itu.

"Alex?" panggilku dengan ragu-ragu. Tiba-tiba saja terdengar suara gerusukan dari pohon, membuatku lantas mendongak.

Benar saja, ada seseorang yang sedang menggantung di sana. Wajahnya tertutupi daun, akan tetapi aku bisa melihat ekor serigalanya yang melambai di bawahnya.

"Dia mengenali kita, Rolf. Astaga aku harus bagaimana? Apa kita harus kabur?"

Tanpa sadar aku tersenyum geli mendengar ucapannya. Alex tidak tahu jika aku dapat membaca pikirannya. Lelaki itu manis sekali.

Tidak tidak, aku tidak benar-benar memujinya.

Mendengar ucapan Rolf, yang entah siapanya, membuatku tidak dapat menahan tawa lagi. Mereka berdebat dengan lucunya di hadapanku. Tubuhnya terlihat bergetar dan takut-takut untuk turun ke bawah.

"Berpura-puralah tidak terjadi apa-apa, kau tampak sangat bodoh sekarang, bisa-bisa Nat ilfeel melihatmu. Dia tidak mungkin melihat kita, kan? Ini semua salahmu jika tiba-tiba saja Nat menjauhi kita!"

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

53