Bab 10 Takdir
by Nietha_setiaji
22:00,May 19,2023
Takdir
Reynold terlihat sibuk di kantornya, pekerjaan seolah tak ada habisnya, begitu banyak hal yang harus dia kerjakan.
Beberapa kali sekretaris Pete membantu Reynold menyiapkan beberapa berkas yang harus dia tanda tangani. Mereka berdua sama sibuknya, tidak ada waktu sedikitpun untuk sekedar menenggak secangkir kopi yang sudah tersaji di meja, masih utuh dan sudah menjadi dingin.
"Tuan muda, hari ini ada meeting dengan pak William di Hotel Graha jam 11 siang, lalu saya ingatkan lagi nanti sore ada peringatan meninggalnya nyonya Elle dan tuan Alex," sekretaris Pete mengingatkan beberapa jadwal yang hari ini harus dikerjakan oleh Reynold.
"Iya, aku sudah tahu itu, kau selesaikan saja semua berkas ini, kita tidak boleh menundanya lagi," ucap Reynold yang terlihat masih sangat sibuk, tangannya begitu terampil membolak balik beberapa berkas, dan sesekali mengamati laptop yang sedari tadi hidup dan menemani kesibukannya.
Terdengar suara pintu diketuk.
"Masuk!" teriak Reynold, ternyata Maria yang muncul dari balik pintu itu.
"Tuan, ada nona Monalisa di luar, katanya ada hal penting yang harus disampaikan," ucap maria memberi informasi.
Reynold terlihat menghentikan kesibukannya, beberapa detik seolah berpikir.
"Minta dia menunggu sepuluh menit," ucapnya, lalu kembali lagi mengerjakan pekerjaanya.
Maria terlihat menyampaikan apa yang dimandatkan kepadanya, mendengar itu Monalisa sedikit kesal namun dia tetap menunggu.
Monalisa terlihat begitu menggoda dengan gaun merah tanpa lengan yang tingginya di atas lutut. Tipis, seolah melekat bagai lem di tubuhnya.
Rambutnya yang berwarna kecoklatan, panjang ikal dan bergelombang, terlihat begitu rapi. Riasannya sedikit berani, polesan pewarna bibir merah merekah, menjadi penegasan tersendiri betapa seksi dan beraninya dia.
Jari lentiknya berhias kuku cantik berwarna senada dengan bibirnya, semakin membuatnya terlihat memikat.
"Baiklah, aku akan menunggunya," ucap Monalisa, dia terlihat menuju ke kursi tunggu yang ada di depan ruang resepsionis. Dia duduk santai, beberapa kali merapikan bajunya, lalu mengangkat sebelah kakinya, menumpuk dengan kakinya yang lain.
Beberapa orang terlihat mengamati, dengan pandangan nakal. Monalisa memang sangat cantik, namun hampir semua orang di kantor itu mengetahui jika Monalisa adalah wanita penghibur dan sering menemani tuan Reynold.
***
Di dalam ruang kerja Reynold, dia masih terlihat sangat sibuk, belum ada penurunan aktivitas, tangannya masih aktif dan matanya begitu fokus.
"Tuan muda, sekarang sudah pukul 10.30, tiga puluh menit lagi kita harus sudah ada di hotel Graha," ucap sekretaris Pete mengingatkan.
"Ok, aku selesai, siapkan semua berkas, kita ke hotel Graha sekarang," ucap Reynold yang terlihat sudah merapikan pekerjaannya dan berdiri tegak seolah siap untuk melaksanakan pekerjaan selanjutnya.
"Baik tuan, lalu bagaimana dengan Nona, hmmm," belum selesai sekretaris Pete menyampaikan ucapannya, Reynold terlihat mengibaskan tangan sebagai tanda bahwa dia yang akan mengurus hal itu, lalu dia beranjak pergi dari posisinya semula. Sekretaris Pete berusaha menyiapkan semua berkas yang harus dibawanya dan bergegas mengikuti langkah tuan muda Reynold.
Reynold keluar dari kantornya, melihat itu Monalisa segera berdiri dan berlari manja menuju ke arah pria tampan pujaannya itu.
"Rey, kau membuatku menunggu lama," ucap Monalisa manja.
"Iya dan sepertinya akan lebih lama, aku ada meeting, aku tidak bisa menemanimu," ucap Reynold memberi informasi.
"Bolehkah aku ikut?" ucap Monalisa manja seraya menyentuh pipi Reynold. Monalisa semakin berani mendekat ke arah Reynold, hanya beberapa centi dari tubuh pria tampan itu. Dia membelai pipi Reynold dengan lembut, sesekali memainkan jarinya hingga turun ke leher, lalu menjatuhkan pelukan hangat penuh hasrat yang begitu terpancar jelas dari wajahnya. Melihat hal itu sekretaris Pete memalingkan wajah, pemandangan ini adalah hal biasa, namun tetap saja sekretaris Pete tidak nyaman berlama lama menyaksikan pemandangan itu.
"Tuan, saya tunggu di mobil," ucap sekretaris Pete, mendengar itu Reynold hanya memberi isyarat jika dia menyetujui apa yang disampaikan oleh sekretaris Pete, setelahnya dia berlalu pergi menjauh dari dua orang yang sedang bercengkrama mesra itu.
Tidak ada penolakan dari Reynold, dia terlihat menikmati perlakuan manja Monalisa. Beberapa pasang mata terlihat melirik ke arah mereka berdua, namun berusa untuk tidak diperlihatkan, mereka semua sudah sedikit banyak mengetahui perangai bos mudah nya tersebut.
Mereka hanya saling berhadapan, tidak melakukan hal yang berlebihan, namun tetap saja itu bukan hal wajar jika diperlihatkan di tempat umum, sepertinya Monalisa sudah tidak masalah jika dianggap sebagai wanita penggoda yang sedikit centil dan kegatelan, karena baginya, bisa sedekat itu dengan Reynold adalah tujuan utama, apalagi dia memiliki modal yang cukup, kecantikan paripurna, sudah bisa dipastikan tidak ada satu pria manapun yang mampu menolak pesonanya.
Di dalam mobil terlihat sekretaris Pete, duduk diam dalam posisi siap siaga, menunggu tuan mudanya. Dia bersama supir Aldo, supir kepercayaan tuan muda Reynold dan juga keluarganya.
"Di mana tuan muda?" tanya Supir Aldo.
"Seperti biasa, kau pasti sudah tau," ucap sekretaris Pete tanpa ekspresi yang dibalas dengan senyum kecil sopir Aldo.
Aldo masih berusia sekitar dua puluh lima tahun, masih muda dan cukup tampan. Dia sudah bekerja sebagai supir pribadi keluarga Hamzah sejak berusia dua puluh tiga tahun, dia adalah generasi kedua, karena sebelumnya sang ayah sudah lebih dulu menjadi supir kepercayaan keluarga Hamzah.
Keluarga Hamzah banyak memberikan bantuan kepada keluarganya, membantu pengobatan ibunya, biaya sekolah dia dan adik adiknya bahkan biaya tak terduga yang mungkin menimpa keluarganya, karena itu setelah lulus kuliah dari ilmu komunikasi, dia lebih memilih menggantikan ayahnya yang sudah mulai sakit sakitan karena usia tua, mengabdi di keluarga Hamzah, dan menjadi supir setia seperti ayahnya.
Dia tidak terlalu formal seperti halnya sekretaris Pete, dia lebih santai dan cukup humoris. Penampilannya hampir sama dengan sopir pribadi kebanyakan, namun lebih santai dan casual.
Beberapa menit setelahnya, tuan muda Reynold memasuki mobil mewah berwarna biru tua itu, bersama Monalisa, seperti biasa mereka akan menghabiskan waktu bersama sepanjang perjalanan, saling bermesraan, saat itu juga suasana akan hening, supir Aldo dan sekretaris Pete tidak akan mengeluarkan suara sedikitpun, mereka fokus melihat ke arah depan, bahkan supir Aldo akan merubah posisi kaca spion tengah supaya tidak terlalu fokus menangkap keberadaan penumpangnya di belakang.
Perjalanan yang ditempuh sekitar lima belas menit, akhirnya mobil memasuki lobby hotel Graha.
"Aldo, antarkan Monalisa ke tempat tujuannya," ucap Reynold sebelum dia dan sekretaris Pete turun dari mobil.
"Baik tuan," ucap Supir Aldo singkat.
Reynold dan sekretaris Pete turun dari mobil, mereka terlihat memasuki hotel Graha dengan cepat.
Di dalam mobil hanya ada Monalisa dan supir Aldo, seperti biasa Monalisa terlihat menatap Aldo dengan pandangan menggoda.
"Aldo, kau siap mengantarkanku?" tanya Monalisa dengan suara genit.
"Iya nyonya, eh nona, saya siap mengantarkan," ucap Aldo yang berusaha mencairkan suasana.
"Aldo, selalu begitu, saya ini masih nona tapi sebentar lagi akan menjadi nyonya mudamu," ucap Monalisa penuh khayalan tingkat tinggi.
"Kau tau Aldo, sebentar lagi tuan mudamu akan memintaku untuk menjadi istrinya."
Aldo terlihat mengernyitkan dahi, lalu tertawa kecil.
"Kenapa kau tertawa?" tanya Monalisa kesal karna mendengar tawa Aldo yang seolah seperti tidak percaya dengan apa yang baru saja dia katakan.
"Maaf nona, saya tidak menertawakan nona, saya hanya heran, kenapa perempuan secantik nona menyukai tuan muda Reynold yang seperti gunung es itu," penjelasan Aldo yang seolah berusaha menutupi alasan sebenarnya mengenai tawa kecil yang terdengar seperti ledakan. Sebelumnya Aldo memang sudah mendengar perihal permintaan kakek Hamzah, jadi tentu Monalisa tidak masuk dalam kriterianya.
"Bagaimana kalau denganmu saja? Kau cukup tampan," ucap Monalisa menggoda, dia terlihat mencondongkan badannya ke arah Aldo, mengucapkan kata kata itu tepat di sebelah telinga Aldo yang membuatnya merinding dan bergetar.
"Wah, ampun nona, saya tidak berani nona, tidak kuat," ucap Aldo seraya menggerakkan tangannya sebagai tanda penolakan dan ketidak sanggupanku menerima godaan Monalisa, namun terdengar lucu, setelahnya Monalisa tertawa terpingkal melihat apa yang Aldo lakukan.
"Sudahlah Aldo, ayo antar aku ke klinik kecantikan Ratu Matahari, aku ada janji untuk bikini waxing," ucap Monalisa seraya melempar tubuhnya ke arah kursi penumpang, bersandar dan melipat kedua tangannya di depan dada.
"Baik nona," ucap Aldo singkat lalu mulai melajukan mobilnya ke tempat yang Monalisa ingin datangi.
***
Di dalam gedung pertemuan yang letaknya di Hotel Graha lantai paling atas, terlihat Reynold dan sekretaris Pete tengah sibuk meeting dengan tuan William, pemilik William Grup yang bergerak di bidang makanan cepat saji dan kuliner kekinian yang sudah memiliki banyak anak cabang perusahaan. Mereka terlihat sibuk membahas sesuatu yang penting.
Setelah sekitar satu jam lebih sedikit, akhirnya meeting itu pun selesai. Tuan William mengajak Reynold dan sekretaris Pete untuk makan siang bersama, menikmati sajian spesial dari hotel Graha yang juga bekerja sama dengannya.
"Reynold, kau harus mencoba semua hidangan ini, ini sangat enak," ucap tuan William seraya menunjukkan beberapa makanan lezat yang sudah tersaji di atas meja berukuran besar dan berbentuk bulat. Tuan William adalah salah satu rekan kerja kakek Hamzah, mereka seumuran dan Reynold sudah mengenal tuan William sejak lama, karna itu tuan William terlihat sangat akrab dengan Reynold, bahkan Reynold sudah menganggap kakek William seperti kakeknya sendiri.
"Tentu kek, ini semua adalah makanan kesukaanku," ucap Reynold seraya menarik kursi duduk dari bahan kayu yang memiliki ukiran cantik di bagian penyangga punggungnya.
Sekretaris Pete terlihat mengamati beberapa makanan yang ada di atas meja, ada kepiting saus tiram, kepiting lada hitam, udang asam manis, scallop kukus, kerang bambu bumbu manis, kerang hijau pedas, dan beberapa makanan seafood lainnya. Sekretaris Pete terlihat terus mengamati, mencari sesuatu yang bisa dia makan dan dia nikmati tanpa memberikan efek buruk pada tubuhnya.
Sekretaris Pete memiliki alergi terhadap semua jenis seafood, sedikit saja mengkonsumsi seafood bisa membuat pencernaannya menderita karena rasa sakit di perutnya yang membuatnya tumbang.
Sekretaris Pete melihat ada semangkuk besar sup bening yang sepertinya adalah soup vegan, hanya ada sayuran di dalamnya, setelah melihat itu dia tersenyum, akhirnya ada sesuatu yang bisa dia makan.
Reynold dan semua orang yang ada di ruangan itu mulai menikmati hidangan yang sudah tersaji untuk mereka. Reynold terlihat begitu lahap, begitu juga dengan sekretaris Pete, walaupun dia hanya bisa mengkonsumsi semangkuk sup, tapi setidaknya soup ini memiliki rasa yang cukup istimewa. Kuah beningnya begitu kaya rasa, gurih manis yang begitu nagih untuk terus menyantapnya.
Setelah beberapa menit, sekretaris Pete merasakan ada sesuatu yang tidak beres dengan perutnya.
"Maaf tuan william, soup ini bukan seafood kan?" tanya sekretaris Pete sambil menekan nekan bagian perutnya.
"Sekretaris Pete, itu adalah soup andalan di hotel ini, kuah kaldu udangnya sangat lezat bukan?"
Seolah seperti tersambar petir, ternyata yang baru saja dia santap adalah sup udang dan udang adalah salah satu pemicu alerginya yang memiliki reaksi cukup cepat.
Tiba tiba tubuh sekretaris Pete lemas, lalu terjatuh, semua orang yang ada di ruangan itu kaget dan kebingungan. Reynold memberitahukan kepada tuan william mengenai alergi yang diderita oleh sekretaris Pete.
Tuan William bergerak cepat, beberapa menit setelahnya ambulan datang dan membawa sekretaris Pete ke rumah sakit. Melihat hal itu, Reynold terlihat menghela nafas panjang, dia merasa sangat prihatin dengan sekretaris Pete, dia merasa bersalah karena tidak sesensitif itu terhadap sekretaris Pete, padahal dia tau perihal alergi yang dimiliki oleh sekretaris kepercayaan keluarganya itu.
Setelah sekretaris Pete dilarikan ke rumah sakit, Reynold segera menuju ke meja makan yang sedari tadi dia tempati, hendak mengambil jas warna hitam yang tadi dia lepas ketika menikmati makan siang dengan menu kesukaannya itu. Karena gugup Reynold tidak sengaja menumpahkan satu piring kepiting dengan saus yang masih terlihat banyak, makanan itu jatuh tepat di kemejanya, dan seketika kemeja warna biru muda itu sudah penuh dengan saus kepiting berwarna merah dan cukup kental itu.
Tuan william dan beberapa orang segera membantu Reynold.
"Maaf kakek, aku tidak sengaja menumpahkannya," ucap Reynold.
"Tidak masalah, yang penting kau tidak terluka. Kau harus menganti kemejamu," ucap tuan William khawatir.
"Sebentar, biar aku suruh sekretarisku untuk mencarikan kemeja baru untukmu," lanjut tuan William.
Tuan William terlihat sibuk memberi perintah kepada sekretaris perempuannya. Beberapa menit setelahnya sekretaris tuan William sudah kembali dengan membawa paper bag yang berisi kemeja berwarna coklat muda.
"Reynold, hanya kemeja ini yang ada, ini dari toko yang ada di sebelah hotel. Tidak terlalu berkelas, tapi lumayanlah daripada badanmu gatal karena saus kepiting itu," ucap tuan William menjelaskan, lalu dibalas dengan anggukan kecil oleh Reynold.
Reynold meraih kemeja itu, lalu segera menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah kembali dari kamar mandi, handphonenya berbunyi, dia melihat ke arah layar handphone, ternyata kakek Hamzah yang meneleponnya. Reynold buru buru mengangkat telepon itu, dia tidak ingin membuat kakek kesayangannya menunggu.
"Halo kakek, ada apa?" tanya Reynold.
"Reynold, tadi tuan William menelepon kakek, dia memberitahu kakek jika sekretaris Pete dilarikan ke rumah sakit," ucap kakek Hamzah yang terdengar khawatir.
"Iya kek, sepertinya sekretaris Pete alergi terhadap makanan yang dia makan tadi," Reynold berusaha menjelaskan.
"Kau harusnya tau jika sekretari Pete tidak bisa mengkonsumsi seafood, kau telah membawanya dalam bahaya," ucap kakek Hamzah yang terdengar sangat khawatir.
"Iya kek," Reynold tidak bisa berbuat apa apa, dia tau jika sekretaris Pete adalah orang kepercayaan kakek Hamzah, mereka sudah bersama puluhan tahun, jelas ada hubungan yang cukup dekat di antara mereka, bukan hanya sekedar bos dan sekretaris, kakek Hamzah sudah menganggap sekretaris Pete seperti keluarganya sendiri.
"Karena sekretaris Pete sakit, kau yang harus mengurus semua pekerjaannya. Kau harus mengambil bunga mawar putih dan sedap malam di toko bunga langganan kita, jam tiga nanti, jangan sampai tidak kau ambil. Kakek tidak ingin melaksanakan acara peringatan hari kematian orang tuamu tanpa bunga kesukaan mereka. Nanti kakek akan minta pada Maria untuk mengirimkan alamatnya," ucap kakek Hamzah panjang lebar.
"Baik kek," jawab Reynold singkat seraya menghela nafas panjang.
Setelah sambungan ditutup, Beberapa detik setelahnya Reynold mendapat pesan dari Maria yang tidak lain adalah sekretaris pribadinya di kantor. Reynold segera membuka pesan itu dan membacanya dengan seksama, ternyata berisi map titik lokasi yang bertuliskan Rose Florist.
Reynold terlihat sibuk di kantornya, pekerjaan seolah tak ada habisnya, begitu banyak hal yang harus dia kerjakan.
Beberapa kali sekretaris Pete membantu Reynold menyiapkan beberapa berkas yang harus dia tanda tangani. Mereka berdua sama sibuknya, tidak ada waktu sedikitpun untuk sekedar menenggak secangkir kopi yang sudah tersaji di meja, masih utuh dan sudah menjadi dingin.
"Tuan muda, hari ini ada meeting dengan pak William di Hotel Graha jam 11 siang, lalu saya ingatkan lagi nanti sore ada peringatan meninggalnya nyonya Elle dan tuan Alex," sekretaris Pete mengingatkan beberapa jadwal yang hari ini harus dikerjakan oleh Reynold.
"Iya, aku sudah tahu itu, kau selesaikan saja semua berkas ini, kita tidak boleh menundanya lagi," ucap Reynold yang terlihat masih sangat sibuk, tangannya begitu terampil membolak balik beberapa berkas, dan sesekali mengamati laptop yang sedari tadi hidup dan menemani kesibukannya.
Terdengar suara pintu diketuk.
"Masuk!" teriak Reynold, ternyata Maria yang muncul dari balik pintu itu.
"Tuan, ada nona Monalisa di luar, katanya ada hal penting yang harus disampaikan," ucap maria memberi informasi.
Reynold terlihat menghentikan kesibukannya, beberapa detik seolah berpikir.
"Minta dia menunggu sepuluh menit," ucapnya, lalu kembali lagi mengerjakan pekerjaanya.
Maria terlihat menyampaikan apa yang dimandatkan kepadanya, mendengar itu Monalisa sedikit kesal namun dia tetap menunggu.
Monalisa terlihat begitu menggoda dengan gaun merah tanpa lengan yang tingginya di atas lutut. Tipis, seolah melekat bagai lem di tubuhnya.
Rambutnya yang berwarna kecoklatan, panjang ikal dan bergelombang, terlihat begitu rapi. Riasannya sedikit berani, polesan pewarna bibir merah merekah, menjadi penegasan tersendiri betapa seksi dan beraninya dia.
Jari lentiknya berhias kuku cantik berwarna senada dengan bibirnya, semakin membuatnya terlihat memikat.
"Baiklah, aku akan menunggunya," ucap Monalisa, dia terlihat menuju ke kursi tunggu yang ada di depan ruang resepsionis. Dia duduk santai, beberapa kali merapikan bajunya, lalu mengangkat sebelah kakinya, menumpuk dengan kakinya yang lain.
Beberapa orang terlihat mengamati, dengan pandangan nakal. Monalisa memang sangat cantik, namun hampir semua orang di kantor itu mengetahui jika Monalisa adalah wanita penghibur dan sering menemani tuan Reynold.
***
Di dalam ruang kerja Reynold, dia masih terlihat sangat sibuk, belum ada penurunan aktivitas, tangannya masih aktif dan matanya begitu fokus.
"Tuan muda, sekarang sudah pukul 10.30, tiga puluh menit lagi kita harus sudah ada di hotel Graha," ucap sekretaris Pete mengingatkan.
"Ok, aku selesai, siapkan semua berkas, kita ke hotel Graha sekarang," ucap Reynold yang terlihat sudah merapikan pekerjaannya dan berdiri tegak seolah siap untuk melaksanakan pekerjaan selanjutnya.
"Baik tuan, lalu bagaimana dengan Nona, hmmm," belum selesai sekretaris Pete menyampaikan ucapannya, Reynold terlihat mengibaskan tangan sebagai tanda bahwa dia yang akan mengurus hal itu, lalu dia beranjak pergi dari posisinya semula. Sekretaris Pete berusaha menyiapkan semua berkas yang harus dibawanya dan bergegas mengikuti langkah tuan muda Reynold.
Reynold keluar dari kantornya, melihat itu Monalisa segera berdiri dan berlari manja menuju ke arah pria tampan pujaannya itu.
"Rey, kau membuatku menunggu lama," ucap Monalisa manja.
"Iya dan sepertinya akan lebih lama, aku ada meeting, aku tidak bisa menemanimu," ucap Reynold memberi informasi.
"Bolehkah aku ikut?" ucap Monalisa manja seraya menyentuh pipi Reynold. Monalisa semakin berani mendekat ke arah Reynold, hanya beberapa centi dari tubuh pria tampan itu. Dia membelai pipi Reynold dengan lembut, sesekali memainkan jarinya hingga turun ke leher, lalu menjatuhkan pelukan hangat penuh hasrat yang begitu terpancar jelas dari wajahnya. Melihat hal itu sekretaris Pete memalingkan wajah, pemandangan ini adalah hal biasa, namun tetap saja sekretaris Pete tidak nyaman berlama lama menyaksikan pemandangan itu.
"Tuan, saya tunggu di mobil," ucap sekretaris Pete, mendengar itu Reynold hanya memberi isyarat jika dia menyetujui apa yang disampaikan oleh sekretaris Pete, setelahnya dia berlalu pergi menjauh dari dua orang yang sedang bercengkrama mesra itu.
Tidak ada penolakan dari Reynold, dia terlihat menikmati perlakuan manja Monalisa. Beberapa pasang mata terlihat melirik ke arah mereka berdua, namun berusa untuk tidak diperlihatkan, mereka semua sudah sedikit banyak mengetahui perangai bos mudah nya tersebut.
Mereka hanya saling berhadapan, tidak melakukan hal yang berlebihan, namun tetap saja itu bukan hal wajar jika diperlihatkan di tempat umum, sepertinya Monalisa sudah tidak masalah jika dianggap sebagai wanita penggoda yang sedikit centil dan kegatelan, karena baginya, bisa sedekat itu dengan Reynold adalah tujuan utama, apalagi dia memiliki modal yang cukup, kecantikan paripurna, sudah bisa dipastikan tidak ada satu pria manapun yang mampu menolak pesonanya.
Di dalam mobil terlihat sekretaris Pete, duduk diam dalam posisi siap siaga, menunggu tuan mudanya. Dia bersama supir Aldo, supir kepercayaan tuan muda Reynold dan juga keluarganya.
"Di mana tuan muda?" tanya Supir Aldo.
"Seperti biasa, kau pasti sudah tau," ucap sekretaris Pete tanpa ekspresi yang dibalas dengan senyum kecil sopir Aldo.
Aldo masih berusia sekitar dua puluh lima tahun, masih muda dan cukup tampan. Dia sudah bekerja sebagai supir pribadi keluarga Hamzah sejak berusia dua puluh tiga tahun, dia adalah generasi kedua, karena sebelumnya sang ayah sudah lebih dulu menjadi supir kepercayaan keluarga Hamzah.
Keluarga Hamzah banyak memberikan bantuan kepada keluarganya, membantu pengobatan ibunya, biaya sekolah dia dan adik adiknya bahkan biaya tak terduga yang mungkin menimpa keluarganya, karena itu setelah lulus kuliah dari ilmu komunikasi, dia lebih memilih menggantikan ayahnya yang sudah mulai sakit sakitan karena usia tua, mengabdi di keluarga Hamzah, dan menjadi supir setia seperti ayahnya.
Dia tidak terlalu formal seperti halnya sekretaris Pete, dia lebih santai dan cukup humoris. Penampilannya hampir sama dengan sopir pribadi kebanyakan, namun lebih santai dan casual.
Beberapa menit setelahnya, tuan muda Reynold memasuki mobil mewah berwarna biru tua itu, bersama Monalisa, seperti biasa mereka akan menghabiskan waktu bersama sepanjang perjalanan, saling bermesraan, saat itu juga suasana akan hening, supir Aldo dan sekretaris Pete tidak akan mengeluarkan suara sedikitpun, mereka fokus melihat ke arah depan, bahkan supir Aldo akan merubah posisi kaca spion tengah supaya tidak terlalu fokus menangkap keberadaan penumpangnya di belakang.
Perjalanan yang ditempuh sekitar lima belas menit, akhirnya mobil memasuki lobby hotel Graha.
"Aldo, antarkan Monalisa ke tempat tujuannya," ucap Reynold sebelum dia dan sekretaris Pete turun dari mobil.
"Baik tuan," ucap Supir Aldo singkat.
Reynold dan sekretaris Pete turun dari mobil, mereka terlihat memasuki hotel Graha dengan cepat.
Di dalam mobil hanya ada Monalisa dan supir Aldo, seperti biasa Monalisa terlihat menatap Aldo dengan pandangan menggoda.
"Aldo, kau siap mengantarkanku?" tanya Monalisa dengan suara genit.
"Iya nyonya, eh nona, saya siap mengantarkan," ucap Aldo yang berusaha mencairkan suasana.
"Aldo, selalu begitu, saya ini masih nona tapi sebentar lagi akan menjadi nyonya mudamu," ucap Monalisa penuh khayalan tingkat tinggi.
"Kau tau Aldo, sebentar lagi tuan mudamu akan memintaku untuk menjadi istrinya."
Aldo terlihat mengernyitkan dahi, lalu tertawa kecil.
"Kenapa kau tertawa?" tanya Monalisa kesal karna mendengar tawa Aldo yang seolah seperti tidak percaya dengan apa yang baru saja dia katakan.
"Maaf nona, saya tidak menertawakan nona, saya hanya heran, kenapa perempuan secantik nona menyukai tuan muda Reynold yang seperti gunung es itu," penjelasan Aldo yang seolah berusaha menutupi alasan sebenarnya mengenai tawa kecil yang terdengar seperti ledakan. Sebelumnya Aldo memang sudah mendengar perihal permintaan kakek Hamzah, jadi tentu Monalisa tidak masuk dalam kriterianya.
"Bagaimana kalau denganmu saja? Kau cukup tampan," ucap Monalisa menggoda, dia terlihat mencondongkan badannya ke arah Aldo, mengucapkan kata kata itu tepat di sebelah telinga Aldo yang membuatnya merinding dan bergetar.
"Wah, ampun nona, saya tidak berani nona, tidak kuat," ucap Aldo seraya menggerakkan tangannya sebagai tanda penolakan dan ketidak sanggupanku menerima godaan Monalisa, namun terdengar lucu, setelahnya Monalisa tertawa terpingkal melihat apa yang Aldo lakukan.
"Sudahlah Aldo, ayo antar aku ke klinik kecantikan Ratu Matahari, aku ada janji untuk bikini waxing," ucap Monalisa seraya melempar tubuhnya ke arah kursi penumpang, bersandar dan melipat kedua tangannya di depan dada.
"Baik nona," ucap Aldo singkat lalu mulai melajukan mobilnya ke tempat yang Monalisa ingin datangi.
***
Di dalam gedung pertemuan yang letaknya di Hotel Graha lantai paling atas, terlihat Reynold dan sekretaris Pete tengah sibuk meeting dengan tuan William, pemilik William Grup yang bergerak di bidang makanan cepat saji dan kuliner kekinian yang sudah memiliki banyak anak cabang perusahaan. Mereka terlihat sibuk membahas sesuatu yang penting.
Setelah sekitar satu jam lebih sedikit, akhirnya meeting itu pun selesai. Tuan William mengajak Reynold dan sekretaris Pete untuk makan siang bersama, menikmati sajian spesial dari hotel Graha yang juga bekerja sama dengannya.
"Reynold, kau harus mencoba semua hidangan ini, ini sangat enak," ucap tuan William seraya menunjukkan beberapa makanan lezat yang sudah tersaji di atas meja berukuran besar dan berbentuk bulat. Tuan William adalah salah satu rekan kerja kakek Hamzah, mereka seumuran dan Reynold sudah mengenal tuan William sejak lama, karna itu tuan William terlihat sangat akrab dengan Reynold, bahkan Reynold sudah menganggap kakek William seperti kakeknya sendiri.
"Tentu kek, ini semua adalah makanan kesukaanku," ucap Reynold seraya menarik kursi duduk dari bahan kayu yang memiliki ukiran cantik di bagian penyangga punggungnya.
Sekretaris Pete terlihat mengamati beberapa makanan yang ada di atas meja, ada kepiting saus tiram, kepiting lada hitam, udang asam manis, scallop kukus, kerang bambu bumbu manis, kerang hijau pedas, dan beberapa makanan seafood lainnya. Sekretaris Pete terlihat terus mengamati, mencari sesuatu yang bisa dia makan dan dia nikmati tanpa memberikan efek buruk pada tubuhnya.
Sekretaris Pete memiliki alergi terhadap semua jenis seafood, sedikit saja mengkonsumsi seafood bisa membuat pencernaannya menderita karena rasa sakit di perutnya yang membuatnya tumbang.
Sekretaris Pete melihat ada semangkuk besar sup bening yang sepertinya adalah soup vegan, hanya ada sayuran di dalamnya, setelah melihat itu dia tersenyum, akhirnya ada sesuatu yang bisa dia makan.
Reynold dan semua orang yang ada di ruangan itu mulai menikmati hidangan yang sudah tersaji untuk mereka. Reynold terlihat begitu lahap, begitu juga dengan sekretaris Pete, walaupun dia hanya bisa mengkonsumsi semangkuk sup, tapi setidaknya soup ini memiliki rasa yang cukup istimewa. Kuah beningnya begitu kaya rasa, gurih manis yang begitu nagih untuk terus menyantapnya.
Setelah beberapa menit, sekretaris Pete merasakan ada sesuatu yang tidak beres dengan perutnya.
"Maaf tuan william, soup ini bukan seafood kan?" tanya sekretaris Pete sambil menekan nekan bagian perutnya.
"Sekretaris Pete, itu adalah soup andalan di hotel ini, kuah kaldu udangnya sangat lezat bukan?"
Seolah seperti tersambar petir, ternyata yang baru saja dia santap adalah sup udang dan udang adalah salah satu pemicu alerginya yang memiliki reaksi cukup cepat.
Tiba tiba tubuh sekretaris Pete lemas, lalu terjatuh, semua orang yang ada di ruangan itu kaget dan kebingungan. Reynold memberitahukan kepada tuan william mengenai alergi yang diderita oleh sekretaris Pete.
Tuan William bergerak cepat, beberapa menit setelahnya ambulan datang dan membawa sekretaris Pete ke rumah sakit. Melihat hal itu, Reynold terlihat menghela nafas panjang, dia merasa sangat prihatin dengan sekretaris Pete, dia merasa bersalah karena tidak sesensitif itu terhadap sekretaris Pete, padahal dia tau perihal alergi yang dimiliki oleh sekretaris kepercayaan keluarganya itu.
Setelah sekretaris Pete dilarikan ke rumah sakit, Reynold segera menuju ke meja makan yang sedari tadi dia tempati, hendak mengambil jas warna hitam yang tadi dia lepas ketika menikmati makan siang dengan menu kesukaannya itu. Karena gugup Reynold tidak sengaja menumpahkan satu piring kepiting dengan saus yang masih terlihat banyak, makanan itu jatuh tepat di kemejanya, dan seketika kemeja warna biru muda itu sudah penuh dengan saus kepiting berwarna merah dan cukup kental itu.
Tuan william dan beberapa orang segera membantu Reynold.
"Maaf kakek, aku tidak sengaja menumpahkannya," ucap Reynold.
"Tidak masalah, yang penting kau tidak terluka. Kau harus menganti kemejamu," ucap tuan William khawatir.
"Sebentar, biar aku suruh sekretarisku untuk mencarikan kemeja baru untukmu," lanjut tuan William.
Tuan William terlihat sibuk memberi perintah kepada sekretaris perempuannya. Beberapa menit setelahnya sekretaris tuan William sudah kembali dengan membawa paper bag yang berisi kemeja berwarna coklat muda.
"Reynold, hanya kemeja ini yang ada, ini dari toko yang ada di sebelah hotel. Tidak terlalu berkelas, tapi lumayanlah daripada badanmu gatal karena saus kepiting itu," ucap tuan William menjelaskan, lalu dibalas dengan anggukan kecil oleh Reynold.
Reynold meraih kemeja itu, lalu segera menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah kembali dari kamar mandi, handphonenya berbunyi, dia melihat ke arah layar handphone, ternyata kakek Hamzah yang meneleponnya. Reynold buru buru mengangkat telepon itu, dia tidak ingin membuat kakek kesayangannya menunggu.
"Halo kakek, ada apa?" tanya Reynold.
"Reynold, tadi tuan William menelepon kakek, dia memberitahu kakek jika sekretaris Pete dilarikan ke rumah sakit," ucap kakek Hamzah yang terdengar khawatir.
"Iya kek, sepertinya sekretaris Pete alergi terhadap makanan yang dia makan tadi," Reynold berusaha menjelaskan.
"Kau harusnya tau jika sekretari Pete tidak bisa mengkonsumsi seafood, kau telah membawanya dalam bahaya," ucap kakek Hamzah yang terdengar sangat khawatir.
"Iya kek," Reynold tidak bisa berbuat apa apa, dia tau jika sekretaris Pete adalah orang kepercayaan kakek Hamzah, mereka sudah bersama puluhan tahun, jelas ada hubungan yang cukup dekat di antara mereka, bukan hanya sekedar bos dan sekretaris, kakek Hamzah sudah menganggap sekretaris Pete seperti keluarganya sendiri.
"Karena sekretaris Pete sakit, kau yang harus mengurus semua pekerjaannya. Kau harus mengambil bunga mawar putih dan sedap malam di toko bunga langganan kita, jam tiga nanti, jangan sampai tidak kau ambil. Kakek tidak ingin melaksanakan acara peringatan hari kematian orang tuamu tanpa bunga kesukaan mereka. Nanti kakek akan minta pada Maria untuk mengirimkan alamatnya," ucap kakek Hamzah panjang lebar.
"Baik kek," jawab Reynold singkat seraya menghela nafas panjang.
Setelah sambungan ditutup, Beberapa detik setelahnya Reynold mendapat pesan dari Maria yang tidak lain adalah sekretaris pribadinya di kantor. Reynold segera membuka pesan itu dan membacanya dengan seksama, ternyata berisi map titik lokasi yang bertuliskan Rose Florist.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved