Bab 5 Hanya Peran

by Nietha_setiaji 21:33,May 19,2023
Hanya peran


Sekretaris Pete terkejut ketika memasuki ruang kamar kakek Hamzah.

Kondisinya sangat berbeda jauh dibandingkan dengan beberapa hari lalu.

Kakek Hamzah berdiri dengan tegap, memakai setelan jas putih dengan tongkat andalannya yang dia gunakanan untuk membantunya berdiri lebih seimbang.

Rambutnya memang sedikit memutih dan dia sama sekali tidak berniat untuk memolesnya dengan cat warna walau hanya untuk sekedar membuatnya lebih terlihat muda.

Usianya hampir delapan puluh tahun, namun pancaran ketampanannya tidak luntur sedikitpun.

Wajahnya berkharisma, teduh dan enak dipandang. Ketampanan yang sudah mendarah daging, mungkin Reynold mewarisi ketampanan itu dari kakeknya, tentu kakek Hamzah jauh lebih tampan saat masih muda.

"Tu-tuan," ucap sekretaris Pete lirih.
"Iya sekretaris Pete, aku sehat sehat saja. Aku tidak ingin menunggu lagi. Sudah terlalu lama Rey tersesat," ucapnya lirih seraya terus memandangi taman bunga lewat jendela kamarnya.

Itu adalah tempat ternyaman kakek Hamzah, dia bisa berdiri di posisinya untuk sekian waktu, hanya untuk memandangi barisan bunga warna warni nan cantik yang tertata rapi dan terawat.

"Aku tidak ingin Rey mendapat pendamping yang salah, dia adalah pewaris Hamzah Grup, dia juga harus mewarisi kehormatan yang sejati dengan cara menikah dengan gadis perawan seutuhnya," ucapnya lirih namun tetap terdengar berwibawa tinggi. Tidak seperti suaranya beberapa hari lalu, kali ini dia sama sekali tidak terlihat sakit atau terdengar menahan sakit.

"Ba-baik Tuan," ucap Sekretaris Pete.
"Bantu dia menemukan gadis itu, selamatkan dia dari wanita wanita yang tidak layak menjadi pendampingnya," pinta Kakek Hamzah.
"Sa-saya akan berusaha sebaik mungkin tuan," ucap Sekretaris Pete seraya membungkuk ke arah kakek Hamzah, sebagai tanpa penghormatan dan bersiap melaksanakan perintah yang diamanatkan kepadanya.

Kakek Hamzah masih berdiri di dekat jendela, menikmati pemandangan yang menjadi pengobat rindu untuknya.

Dulu, taman itu adalah taman yang dibangun oleh mendiang menantunya yaitu nyonya muda Elle, dibangun sedikit demi sedikit dengan tangannya sendiri.

Setiap bunga yang mekar dan bersemi indah adalah hasil dari cinta kasihnya, dia menanam benih demi benih dan merawatnya setiap saat.

setelah nyonya muda Elle meninggal, kakek Hamzah mempekerjakan tukang kebun khusus untuk merawatnya.

Tidak ada yang berubah, tukang kebun hanya diizinkan merawat dan mengganti tanaman yang mulai mati dengan tanaman baru yang sama, merawatnya dengan tatanan yang tidak boleh diubah sedikitpun.

"Aku akan memberikan yang terbaik untuk Reynold, apapun caranya," ucap kakek Hamzah lirih.

***

Disisi lain, nampak Reynold terus memikirkan langkah apa yang harus dia ambil, dia tidak mungkin menunggu, dia harus segera bergerak mencari.

Permintaan kakek sungguh diluar dugaan nya, dia tidak menyangka akan secepat ini.

Rumor tentang menikah dengan gadis perawan seutuhnya memang sudah sering dia dengar.

Keluarga Hamzah haruslah menikah dengan gadis perawan sejati yang menjaga dirinya. Itu adalah kehormatan bagi keluarga Hamzah.

Reynold terus berpikir, apa mungkin gadis seperti itu ada, jika ada apa akan sesuai dengan seleranya, sungguh memikirkan hal itu membuat Reynold resah.

Dia duduk dengan serius di depan meja kerjanya, tangannya mulai membuka laptop warna putih yang ada di atas meja itu dan mulai menghidupkannya.

"Aku tidak bisa terus memikirkan permintaan kakek, banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan," ucapnya dalam hati.

Reynold terlihat mulai sibuk dengan pekerjaannya, mengetik, membaca berkas dan memeriksa beberapa file yang sudah tersaji di layar laptop.

"Tok, tok, tok,"
Terdengar suara pintu diketuk.
"Ya, masuk!" teriak Reynold.

Ternyata itu adalah Monalisa, wanita penggoda yang sudah sering mendatanginya.

Monalisa melangkah masuk, segera menutup pintu dan melangkah dengan pelan mendekat ke arah Reynold.

Monalisa sudah berdiri di samping Reynold, melingkarkan tangan ke leher pria tampan itu. Sesekali mengecup lembut telinganya.

"Aku merindukanmu Rey," ucap Monalisa lirih.

Tangannya mulai mengusap lembut rahang Reynold yang halus itu, mulai bergerak lembut menyusuri leher hingga dada. Beberapa kali Monalisa mengelus dada bidang itu, seolah memberi sinyal jika Monalisa begitu menginginkannya.

Beberapa kali desahannya terdengar lirih di telinga Reynold yang masih sibuk dengan segudang pekerjaannya.

Reynold tidak mempedulikan perlakukan Monalisa, namun tidak juga menolaknya. Itu adalah hal yang biasa bagi mereka.

Tangan Monalisa semakin berani, kali ini dia mulai turun ke arah perut dan mendesak masuk menelusuri area sensitif Reynold. Tangannya begitu berani masuk ke dalam celana ketat yang sepertinya tidak menyediakan ruang untuk hal apapun.

Reynold mulai menghentikan pekerjaannya, beberapa saat terlihat menikmati permainan Monalisa yang begitu ahli dan sudah mengerti betul bagaimana cara menyenangkan pria tampan itu.

Reynold memutar kepalanya lalu dengan sigap menerkam bibir merah merekah itu, beberapa kali dilumatnya. Monalisa terlihat senang, karna itu yang dia inginkan.

Tangan Monalisa masih aktif mengisi ruang sempit di dalam celana Reynold. Jari jemarinya semakin liar dan berani, berusaha untuk membuat pria tampan itu senang.

Desahan kecil mulai terdengar, nafas Reynold mulai berat.

"Hentikan, dekatkan kepalamu," ucap Reynold sembari memberi perintah untuk merubah posisi Monalisa.

Monalisa segera menarik tangannya, diikuti Reynold yang memutar kursi kerjanya.

Dengan lembut Monalisa mulai membuka celana Reynold dan menenggelamkan kepalanya.

Reynold mendesah, semakin lama nafasnya semakin berat lalu mengerang hebat.

"Hentikan!" ucap Reynold memberi komando.
"Pergilah," Reynold meminta Monalisa pergi tanpa melihatnya, padahal wanita itu beberapa detik lalu telah memberinya kenikmatan.

Mendengar itu Monalisa nampak kesal, dia sudah berusaha tampil menggoda di hadapan Reynold, tapi kali ini pria tampan itu tidak meliriknya sedikitpun.

tidak biasanya Reynold seperti itu. Tidak ada perlakuan hangat yang biasa Monalisa terima.

Monalisa masih berdiri mematung, dia tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

"Pergi!" teriak Reynold.
Dengan gugup Monalisa segera berjalan menuju ke arah pintu keluar.

Reynold tidak mengerti apa yang terjadi dengan dirinya, dia mulai tidak tertarik dengan Monalisa, padahal wanita cantik nan mempesona itu sudah biasa menjadi penghangat baginya.

Selama ini Monalisa adalah wanita yang paling dia gemari, Reynold tidak segan memenuhi setiap kebutuhannya dan menghujaninya dengan kekayaan. Layaknya seorang kekasih, Monalisa memiliki tempat tersendiri di hati pria kaya itu.

Tubuh Monalisa selalu harum mewangi, dia harus menjaga itu jika ingin tetap menjadi wanita kesukan Reynold, karna sang casanova itu sangat menyukai wanita dengan taburan wewangian.

Dia memiliki jutaan cara untuk memikat seseorang yang dia inginkan, karna modal yang harus dimiliki sudah ada di dalam dirinya, yaitu kecantikan yang paripurna, yang mampu membuat setiap mata terhila gila, rela tunduk demi mendapatkan sedikit saja perhatiannya.

Monalisa sudah sangat ahli dalam hal itu, karna profesinya adalah membuat orang terpikat dan jatuh ke pelukannya.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

135