Bab 11 Sebelas Tahun Yang Lalu

by Clevana Sira 17:57,Jan 30,2023
Setengah jam kemudian.

"Presdir." Leoka, yang sedang duduk di sofa dan menatap monitor, tiba-tiba berdiri.

"Ada apa?"

"Nyonya,dia… dia menghilang."

Mata Ezra menegang, sepertinya wanita itu tidak bisa menahan diri lagi, "Siapkan mobil dan kembali ke vila."

"Ya!"

Di dalam vila, semua orang panik, "Nyonya muda! Nyonya muda, kamu dimana?"

Chesia yang sudah berganti penampilan, berdiri di titik buta CCTV pengawasan, melihat semua orang yang panik, mengerucutkan bibir merahnya.

Kemudian, dia berbalik dan mendesak kekuatannya untuk melompat keluar dari tembok halaman setinggi dua meter.

"Jika kamu ingin mengawasi dan menahanku, mungkin di kehidupanmu selanjutnya!"

Di luar tembok halaman, Chesia bersiul, menurunkan pinggiran topinya dan berjalan menuju kota.

Tujuannya kembali tidak hanya untuk membalaskan dendamnya pada Nikita dan ibunya Yulia, tapi yang lebih penting adalah untuk menemukan kakek yang disembunyikan oleh mereka.

Chesia bukan keturunan asli keluarga Roswad, tapi dijemput oleh Tetua Roswad saat dia berumur sebelas tahun.

Tetua Roswad membawanya kembali ke rumah Roswad dan menamainya Chesia Roswad.

Chesia tidak mengingat kenangan sebelum usia sebelas tahun, dia hanya mengingat hari-hari ketika dia tinggal di rumah Roswad.

Baskara memperlakukannya dengan acuh tak acuh, Yulia serta putrinya Nikita menganggapnya sebagai duri di sisi mereka, mencoba mengusirnya saat Tetua Roswad tidak ada.

Untuk menjaga Chesia tetap dalam keluarga Roswad, Tetua Roswad secara khusus membuka aula leluhur dan mencatat nama Chesia di silsilah juga mentransfer 30% saham perusahaan miliknya ke Chesia.

Selain Baskara, Chesia adalah pemegang saham terbesar kedua Grup Roswad.

Tiga tahun lalu, justru karena saham inilah Yulia dan Nikita mencoba membunuh Chesia, menggunakan nama Tetua Roswad untuk menipunya dan mengajaknya ke pinggiran kota, lalu mendorongnya ke jurang.

Untuk mendapatkan 30% saham itu, Nikita dan Yulia memenjarakan Tetua Roswad di tempat yang tidak diketahui siapa pun dan memaksanya untuk menandatangani perjanjian pengalihan saham, sedangkan Baskara menutup mata terhadap semua ini.

"Lihat, ada orang yang keluar."

"Apakah gadis itu?"

Saat itu, sebuah van hitam sedang diparkir di pinggir jalan, ada dua pria kekar dan bertelinga besar di dalam mobil yang sedang melihat Chesia yang sedang berjalan ke arah mereka melalui jendela.

Mereka diminta oleh majikannya untuk menculik Nyonya Muda Keluarga Osmani, namun karena pengamanan terlalu ketat, sehingga mereka hanya bisa tinggal di tempat yang tidak terpantau ini.

“Ah ya, itu pasti dia!” Salah satu pria kekar memasukkan foto itu ke dalam kantongnya, membuka pintu mobil dengan keras keluar.

Yang lain mengikuti.

"Gadis kecil, ayo ikut kita!" Dua pria kekar menghalangi jalan Chesia.

Chesia mendongak.

Oh, dua orang di depannya tinggi dan kekar! Berdiri berdampingan membuat mereka terlihat seperti tembok.

Tapi melihat wajah penjahat ini dan pakaiannya yang tidak profesional, mereka jelas tidak terlihat seperti kelompok pengawal elit yang dibayar Ezra.

"Kalian kenal aku?" Chesia tidak terus berpura-pura autis, dia merendahkan suaranya, ketegangan di tubuhnya diam-diam muncul.

"Tidak kenal." Salah satu dari mereka menjawab dengan patuh.

"Ngapain banyak bacot sama orang autis, ayo cepat!" Orang yang sepertinya bos sedikit tidak sabar.

Dia mengulurkan tangan untuk meraih Chesia, tetapi tubuh Chesia gesit seperti ikan, dia dengan mudah melewati pria kekar itu.

Melihat hal tersebut, yang lain segera datang membantu, namun tidak bisa menangkap Chesia sama sekali.

"Kakak, tanganku licin."

"Sampah! Ayo kita lakukan sama-sama."

Setelah kedua pria kekar itu saling memandang, mereka bergegas menuju Chesia bersama, mereka tidak percaya tidak bisa mengahadapi orang autis.

Siapa sangka begitu tangan mereka menyentuh lengan Chesia, Chesia memelintirnya ke belakang, hanya terdengar bunyi ‘krek’, kedua lengan mereka patah bersamaan.

Kemudian, Chesia melempar kedua pria kekar itu satu per satu seperti melempar karung pasir.

Keduanya berbaring di tanah, mencengkeram lengan mereka yang patah, berguling kesakitan.

“Kalian tidak layak melawanku, aku tidak tahu siapa orang yang begitu bodoh mau mempekerjakan kalian berdua.” Chesia melipat tangannya sambil menatap kedua orang di tanah.

Meskipun dia berkata demikian, dia samar-samar merasakan di dalam hatinya bahwa kedua orang autis ini dikirim oleh Nikita.

Sayang sekali dia bukan Chesia yang sama seperti dulu.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

62