Bab 14 Untuk Hidupnya!
by Ricky Rainaldy
18:35,Nov 21,2022
Bab 14 Untuk Hidupnya!
Tengah malam.
Ketika Jayna bangun, dia melihat Dante sedang mengoleskan salep ke wajahnya, tanpa sadar langsung mengepalkan tangannya dengan erat, tubuhnya mulai gemetar lagi.
"Kakak, orang-orang jahat tadi..."
"Tidak apa-apa Nana, orang-orang jahat tadi sudah kakak pukuli satu-satu, jangan takut."
Jayna menghela napas lega, lalu merasa wajahnya gatal, saat dia melihat ke cermin, dia melihat seluruh wajahnya sudah diolesi salep abu-abu kehitaman.
"Kakak, kamu kasih apa ke wajahku? Jelek banget..."
"Dan baunya… sangat menyengat."
Dante tersenyum dan berkata "Kalau obat bagus pasti begitu, dipakai sekali sehari, gak lama pasti kamu sembuh, kulitmu bisa jadi lebih bagus dari sebelumnya."
"Hah?"
"Masa iya sebagus itu?"
"Kapan kakak pernah bohong? Nanti kamu lihat sendiri hasilnya dalam beberapa hari ke depan, tapi kamu harus nurut sama kakak, kalau tidak, kamu akan terus terlihat seperti bebek."
Mendengar ini, Jayna terkejut dan segera mengangguk dengan penuh semangat.
"Oke!"
"Nana pasti nurut sama kakak!"
Setelah selesai bicara, dia menutup matanya, menutup hidungnya dan bernafas lewat mulutnya, ekspresi tidak puas di wajahnya membuat Dante tertawa.
Pada saat yang sama.
Di rumah lain.
Grizli melihat Srigala yang terbaring lemas di lantai dan tidak mengatakan apa-apa, menyipitkan mata dan terus merokok.
Preman kecil yang membawa kembali Srigala berlutut di lantai sambil gemetaran "Bang Griz, anak itu benar-benar kuat, bagaimana kalau kita turuti saja kemauannya?"
"Turuti kemauannya?"
Grizli menatapnya "Jadi maksudmu, aku harus membiarkan dia memotong satu jariku, juga aku harus berlutut dan melangkah perlahan ke depannya, memohon belas kasihan, lalu memberikan 10 miliar dengan hormat?"
Preman kecil itu tiba-tiba sadar bahwa dia telah mengatakan sesuatu yang salah, tapi sebelum dia bisa mengubah kata-katanya, Grizli sudah melambaikan tangannya.
"Bawa dia, hukum dia dengan aturan."
"Tidak, jangan lakukan itu!"
"Bang Griz, aku minta ampun!"
"Arghhh…"
Segera, aula rumah menjadi sunyi, mata Grizli berkedip, ekspresinya tidak bisa ditebak.
Akhirnya, setelah ragu-ragu selama hampir setengah jam, dia menepuk bahu Srigala "tenang bro, abang yang akan bertanggung jawab atas sisa hidupmu, untuk balas dendam ini, abang akan membantumu membayarkannya."
Setelah itu, dia membuat panggilan telepon.
"Blood Shadow, kamu segera datang ke Gothera, ada bisnis besar untukmu."
"10 miliar, aku mau kamu bunuh seseorang."
...
Dini hari berikutnya.
Dante dan Jayna baru saja sarapan ketika Mossa menelepon.
"Dokter Jenius Fate, maafkan aku."
"Aku sudah tahu apa yang terjadi kemarin, petugas keamanan di area rumah benar-benar sangat pengecut, aku sudah memecat mereka semua dan membawa dua tim pengawal yang tangguh dari Grup Nayati untuk memastikan keselamatanmu dan adikmu kedepannya."
"Yah, Direktur Nayati, maaf sudah merepotkan."
Mossa tersanjung dan dengan cepat berkata "Jangan bilang begitu, lagi pula, aku yang menyiapkan tempat tinggalmu saat ini, aku juga yang harusnya bertanggung jawab atas apa yang terjadi kemarin."
Kemudian Dante bertanya tentang Grizli, dia mencibir setelah tahu bahwa Grizli adalah salah satu pimpinan sekumpulan preman terbesar di kota Gothera.
Sebelumnya, Dante berpikir mungkin orang itu punya status besar, tetapi ternyata cuma preman rendahan.
Berani mengganggu orang kuat,nyalinya tidak kecil.
"Bajingan ini, Grizli, dia sudah semakin keterlaluan!"
Mossa berkata dengan ekspresi tidak puas "Dokter Jenius Fate, apa perlu aku mengatur beberapa orang untuk membawakan Grizli padamu agar kamu bisa melampiaskan amarahmu?"
"Tidak perlu."
Dante menolaknya lagi, dia terbiasa melakukan semua hal sendiri, dia tidak mau merepotkan orang lain selama dirinya sendiri masih mampu, ini adalah kebiasaannya dalam melakukan sesuatu.
"Ini masalah antara aku dan dia, aku akan mengurusnya sendiri, jadi Direktur Nayati tidak perlu repot-repot."
"Oke."
Mossa mengangguk, lalu terdiam.
"Dokter Jenius Fate, aku punya sesuatu untuk ditanyakan."
"Seorang temanku sedang memeriksa lokasi konstruksi kemarin dan kepalanya terkena besi baja yang jatuh dari ketinggian, sekarang dia masih berada dalam perawatan intensif rumah sakit."
"Menurut diagnosis awal dari berbagai ahli di rumah sakit, bahkan jika hidupnya bisa selamat, dia cuma bisa berdiam diri selama sisa hidupnya, jadi … aku mau minta tolong padamu untuk membantunya."
Dante mengerutkan keningnya, menatap Jayna yang sedang duduk bersila di sofa dan menonton film kartun.
Sekarang dia benar-benar tidak ingin meninggalkan Jayna, tapi mengingat dia masih berutang budi pada Mossa, sulit untuk menolak ketika dimintai tolong akan sesuatu kan?
Melihat Dante yang lama tidak menjawab, Mossa pun langsung merespon.
"Tidak apa, karena Dokter Jenius Fate tidak berkenan, lupakan saja, aku akan mencari ahli lain untuk menolongnya."
"Apa mungkin temanmu yang datang padaku?"
Mossa tersenyum enggan dan menggelengkan kepalanya "Sepertinya dia tidak bisa, beberapa ahli mengatakan bahwa kalau ada sedikit gangguan saja, nyawanya bisa berada dalam bahaya..."
"Oke, kirimkan alamat rumah sakitnya, aku akan memeriksanya sekarang."
"Oke! Kalau begitu aku akan mengirim mobil untuk menjemputmu!"
"Tidak, aku bisa berlari lebih cepat untuk pergi kesana."
Mossa: "..."
Seperti yang diharapkan dari seorang master, dia sangat luar biasa!
"Nana, kakak akan pergi ke rumah sakit untuk menjenguk pasien, kamu..."
Dante kira Jayna akan menolak dan merasa takut, tetapi siapa yang mengira, sebelum dirinya bisa selesai bicara, Nana sudah mengangguk "Kakak, cepat pergi, kamu tidak boleh menunda perawatan pasien."
"Aku bisa sendiri di rumah, aku tidak akan buka pintu untuk orang asing yang mengetuk pintu, kakak tenang saja."
Dante mengusap kepala kecil Jayna, meraskan sedikit getaran di hatinya.
Gadis ini masih tetap sama seperti sebelumnya, selalu saja memikirkan orang lain.
"Gadis pintar."
"Kakak akan segera kembali."
Setelah setengah jam.
Dante sampai di Rumah Sakit Satu Gothera, tapi begitu dia berjalan keluar, dia melihat Hanji, yang mana tangannya sudah diperban dan sedang mengobrol dengan seorang perawat yang polos.
Dante tidak ingin berurusan dengan orang ini lagi, tetapi mata orang ini cukup tajam, dia melihatnya hampir disaat yang sama ketika Dante menatapnya.
Ketika bertemu dengan lawan, jelas ada emosi yang langsung menyala.
"Fate!"
Hanji berteriak, dia tidak lagi peduli dengan menggoda wanita di depannya, dia mendorong perawat kecil yang sebelumnya sedang dia goda, lalu seketika mengangkat tangannya untuk menunjuk Dante.
"Aku akan segera menyelesaikan masalah denganmu, berani sekali kamu datang ke sini!"
"Pasukan! Kepung dia!"
Tap tap tap!
Segera, tiga pengawal yang menjaga Hanji segera mengepung Dante dalam bentuk segitiga.
Dante tersenyum dan mengacungkan jempol pada Hanji.
"Oke, sepertinya pelajaran kemarin masih belum cukup, kamu masih belum jera ya."
"Berhenti bicara omong kosong!"
Hanji berteriak dengan marah "Kenapa kalian masih diam saja? Cepat serang!"
"Hajar dia sampai mati! Aku yang akan tanggung jawab!"
Ketika tiga pengawal itu akan menyerang, pada saat ini, seorang pria paruh baya dengan setelan jas berjalan dengan tergesa-gesa, setelah menghentikan ketiga pengawal itu, dia mengerutkan keningnya dan menatap Hanji.
"Kenapa kamu disini? Kenapa tidak istirahat di kamar pasien?"
"Ada apa ini?"
"Ayah, kamu akhirnya datang!"
Hanji menghampiri dan memegang lengan pria paruh baya tadi, lalu mengangkat tangan lainnya untuk menunjuk Dante.
"Dia yang mematahkan tanganku kemarin dan juga membuatku mengompol! Di depan calon menantu perempuanmu, dia yang membuat reputasiku hancur!"
"Sekarang Selvira bahkan mengabaikanku, kamu harus membalaskan dendam ini untukku!"
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved