Bab 4: Jiwa yang Kembali
by River God
10:41,Mar 25,2025
Ernest menatap Hugo dengan penuh kesombongan. "Anak muda, kau tadi bilang aku tabib gadungan?"
"Memangnya bukan begitu?"
Hugo menjawab dengan tenang, tanpa sedikit pun ragu dalam suaranya.
"Kurang ajar! Kau hanya bocah dari pegunungan, berani-beraninya menghina Tuan Ernest?"
"Tuan Ernest adalah tabib ternama dengan keahlian luar biasa! Bagaimana mungkin seseorang seperti dirimu meremehkannya?"
"Berlututlah dan minta maaf kepada Tuan Ernest sekarang juga!"
…
Keluarga Golding langsung melontarkan cacian dan hinaan kepada Hugo.
Ekspresi Ernest sedikit berubah. Rona amarah mulai tampak di wajahnya, dan sorot matanya semakin tajam. "Aku ingin tahu, siapa yang memberimu keberanian untuk menghinaku?"
"Tuan Thomas masih bisa diselamatkan, tetapi kau malah menyatakan bahwa dia sekarat dan menyuruh Keluarga Golding bersiap menghadapi pemakamannya. Apa bedanya itu dengan meremehkan nyawa manusia?"
"Jika itu bukan ciri-ciri tabib gadungan, lalu apa?"
Hugo melangkah maju dengan mantap. Meski pincangnya tidak begitu kentara, semua orang bisa melihatnya.
"Tuan Ernest sudah memastikan bahwa ayahku sakit parah dan tidak bisa diselamatkan! Kami mempercayai keahliannya!"
"Kau sendiri bahkan cacat, tapi masih berani merendahkan Tuan Ernest?"
"Jika benar kau seorang tabib, sembuhkan dulu kakimu yang pincang! Bagaimana mungkin seorang penyembuh tidak bisa menyembuhkan dirinya sendiri?"
…
Suasana semakin panas. Keluarga Golding terus mencemooh Hugo, sementara mereka tetap menyanjung Ernest.
Mereka lebih memilih mempercayai penilaian Ernest yang menyatakan bahwa Thomas tidak bisa diselamatkan, daripada mempertimbangkan perkataan Hugo.
Ernest mengangkat tangannya, memberi isyarat agar Keluarga Golding tenang. Senyum tipis menghiasi wajahnya, seolah menertawakan Hugo. "Baiklah, jika kau yakin aku tabib gadungan dan Tuan Thomas masih bisa diselamatkan, tunjukkan keahlianmu. Aku ingin melihat sejauh mana kemampuanmu."
Hugo mengulurkan tangannya. "Kamu punya jarum perak? Pinjamkan satu padaku."
"Ha! Bahkan alat sendiri pun harus meminjam dari Tuan Ernest, tapi masih berani mengaku tabib?"
"Konyol sekali!"
Gelombang ejekan kembali terdengar.
Tanpa mengubah ekspresi, Ernest mengambil kantong jarumnya dan menyerahkannya kepada Hugo.
Hugo melangkah mendekati tempat tidur Thomas dan bersiap menusukkan jarum. Namun, tiba-tiba, Thomas mengangkat tangannya dan meraba-raba udara dengan mata terpejam.
"Lihat! Dia meraba-raba selimut seperti sedang mencari sesuatu di udara! Dalam pengobatan tradisional, ini pertanda ajalnya sudah dekat!"
"Anak muda, kamu yakin ingin menyiksanya di saat-saat terakhirnya?"
Ernest bertanya dengan nada dingin.
Mendengar itu, Damian maju dengan wajah penuh amarah. "Hentikan!"
"Kita harus mengikuti perkataan Tuan Ernest dan bersiap untuk pemakaman ayah sebagai bentuk bakti kita!"
"Ayah telah bekerja keras seumur hidupnya. Yang dia butuhkan sekarang adalah ketenangan, bukan penyiksaan dari seorang tabib gadungan!"
Hugo tertawa sinis. "Ironis sekali. Demi menjilat tabib gadungan, kamu rela mengabaikan nyawa ayahmu sendiri."
"Kurang ajar!"
Damian meledak dalam kemarahan dan menggenggam tangan Ernest. "Tuan Ernest adalah sosok paling dihormati di keluarga kami! Jangan kamu berani-beraninya menghina beliau lagi!"
"Usir bocah ini dari rumah kita sekarang juga!"
Beberapa pria Keluarga Golding segera maju untuk mengusir Hugo. Namun, sebelum mereka sempat bertindak, Emma buru-buru berdiri dan menghalangi mereka. "Paman, menurutku, ada benarnya juga perkataan Hugo."
"Terlepas dari apakah dia benar-benar mampu atau tidak, biarkan dia mencoba."
"Bagaimana jika ternyata dia bisa menyelamatkan Kakek?"
Ernest tertawa kecil, ekspresinya penuh kesombongan. "Baiklah, biarkan dia mencoba!"
"Aku benar-benar tidak percaya bahwa ada seseorang di dunia ini yang mampu menyelamatkan pasien yang sudah aku vonis tak tertolong!"
Hugo menatapnya dengan tenang. "Bagaimana jika aku berhasil menyelamatkannya?"
Ernest mendengus sinis. "Jika kamu benar-benar bisa menyelamatkan Tuan Thomas, maka aku, Ernest, akan berlutut dan menyembahmu sebagai guruku! Mulai sekarang, aku akan mengikuti semua perintahmu!"
Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Hugo mengambil tujuh jarum perak dari kantong, masing-masing dengan ukuran berbeda.
Namun, sebelum dia memulai, Ernest menatapnya dengan dingin dan bertanya, "Dan jika kamu gagal?"
"Itu terserah padamu."
Jawaban Hugo begitu mantap, tanpa sedikit pun keraguan. Dia menarik napas dalam, menenangkan pikirannya sepenuhnya.
Seluruh anggota Keluarga Golding menatapnya dengan penuh perhatian.
Damian sudah bertekad, jika Hugo gagal, dia akan memastikan kaki satunya lagi juga patah!
Di sisi lain, Emma merasakan jantungnya berdetak lebih cepat. Meskipun ia tahu peluang keberhasilan Hugo sangat kecil, mungkin tak lebih dari satu banding sepuluh ribu, dia tetap berharap keajaiban bisa terjadi.
Tiba-tiba …
Hugo bergerak!
Dalam sekejap, tujuh jarum perak melesat nyaris bersamaan dan menancap di tujuh titik akupunktur utama Thomas, termasuk perut bawah, pusar, serta lambung!
Kemudian, Hugo merapatkan dua jarinya seperti membentuk pedang dan mengetuk area di antara kedua alis Thomas!
Energi Hunyuan yang telah ia latih mengalir deras ke dalam tubuh pria tua itu!
"Jiwa telah kembali!"
Suara rendah dan penuh kekuatan keluar dari mulut Hugo.
Detik berikutnya … Ketujuh jarum perak dalam tubuh Thomas bergetar serempak!
Ekspresi seluruh anggota Keluarga Golding berubah drastis.
Di sisi lain, Ernest yang sejak tadi mengawasi tiba-tiba membelalakkan matanya lebar-lebar. Wajahnya dipenuhi keterkejutan!
Saat itu juga, dia menyadari sesuatu yang mengejutkan, tujuh jarum perak yang tertancap di tubuh Thomas membentuk pola yang menyerupai Rasi Bintang Biduk!
"Hah!"
Napas Ernest tersengal, wajahnya memerah, dan sorot matanya berubah, dari keterkejutan menjadi kekaguman mendalam.
"Tuan Ernest, ada apa denganmu?"
Damian bertanya dengan heran, menyadari ekspresi ganjil Ernest.
"Bruk!"
Tanpa peringatan, Ernest langsung berlutut di hadapan Hugo!
Semua anggota Keluarga Golding tercengang melihatnya.
"Tuan Ernest, kenapa kamu tiba-tiba berlutut?"
Damian bertanya, masih bingung dengan apa yang baru saja terjadi.
Dengan suara bergetar karena emosi, Ernest menjawab, "Sembilan Jarum Melawan Langit ..."
"Tujuh Bintang Pemanggil Jiwa ..."
"Ini ... Ini ... Teknik jarum ketujuh dari Sembilan Jarum Melawan Langit yang selama ini dianggap sebagai legenda yang telah punah!"
"Aku tidak pernah menyangka bahwa aku, Ernest, bisa menyaksikan teknik ini secara langsung dengan mata kepalaku sendiri!"
Wajah Ernest dipenuhi kekaguman dan keterkejutan yang begitu dalam, seolah tak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya.
"Selesai!"
Hugo mengangkat tangannya. Tujuh jarum perak serentak keluar dari tubuh Thomas.
Thomas masih dalam keadaan koma, namun napasnya kini stabil dan wajahnya mulai tampak lebih segar.
Hugo menyerahkan kantong jarum kepada Ernest dengan tenang. "Sekarang kamu bisa memeriksa sendiri, apakah Keluarga Golding perlu mempersiapkan pemakamannya atau tidak."
Siapa pun dapat melihat bahwa Thomas sudah melewati masa kritis dan tidak akan mati dalam waktu dekat.
Dengan rasa malu, Ernest berkata, "Dalam aturan pengobatan tradisional, yang lebih unggul harus dihormati. Aku harus mengakuimu sebagai 'Guru'."
"Aku tidak pantas disebut 'tabib sakti'. Tuan Hugo adalah tabib sakti yang sesungguhnya!"
"Aku, Ernest, mengakui kekalahanku dan bersedia menjadi muridmu!"
Tanpa menunggu jawaban, Ernest langsung bersujud!
Dia telah memutuskan bahwa, terlepas dari apakah Hugo menerimanya atau tidak, dia tetap akan menjadi muridnya dan berusaha keras mempelajari teknik Sembilan Jarum Melawan Langit.
Seluruh Keluarga Golding terperangah.
Mereka telah melakukan segala cara untuk menjilat dan mengambil hati Ernest, tabib yang mereka anggap sebagai sosok terhormat. Namun kini, tabib itu justru berlutut dan bahkan bersujud di hadapan Hugo, orang yang selama ini mereka hina. Dia memohon untuk menjadi muridnya.
Pemandangan ini benar-benar memalukan!
"Jangan berlutut, aku tidak akan menerimamu sebagai murid."
Kata Hugo sambil melambaikan tangannya dengan tenang.
Ernest segera berdiri dan tersenyum canggung. "Tuan Hugo, tidak masalah kalau kamu tidak mau menerimaku. Ini kartu namaku. Kalau suatu saat kamu membutuhkan sesuatu, cukup hubungi aku saja."
Dengan penuh hormat, dia menyerahkan kartu namanya dengan kedua tangan.
Melihat bahwa Ernest memang memiliki status yang cukup terpandang, Hugo tidak ingin mempermalukannya lebih jauh. Dia pun mengambil kartu nama itu.
Setelah itu, Ernest berpamitan dan pergi dengan puas, tanpa sedikit pun melirik Keluarga Golding.
Situasi menjadi semakin canggung!
Terutama bagi Damian yang telah mengundang Ernest dengan penuh rasa hormat. Kini, melihat bagaimana tabib itu pergi begitu saja tanpa menghiraukannya, dia merasa sangat dipermalukan!
"Tuan Hugo! Lihat apa yang sudah kamu lakukan!"
Damian menatap Hugo dengan ekspresi dingin.
Beberapa pria dari Keluarga Golding maju dengan wajah penuh amarah, siap menghadapi Hugo.
"Memangnya bukan begitu?"
Hugo menjawab dengan tenang, tanpa sedikit pun ragu dalam suaranya.
"Kurang ajar! Kau hanya bocah dari pegunungan, berani-beraninya menghina Tuan Ernest?"
"Tuan Ernest adalah tabib ternama dengan keahlian luar biasa! Bagaimana mungkin seseorang seperti dirimu meremehkannya?"
"Berlututlah dan minta maaf kepada Tuan Ernest sekarang juga!"
…
Keluarga Golding langsung melontarkan cacian dan hinaan kepada Hugo.
Ekspresi Ernest sedikit berubah. Rona amarah mulai tampak di wajahnya, dan sorot matanya semakin tajam. "Aku ingin tahu, siapa yang memberimu keberanian untuk menghinaku?"
"Tuan Thomas masih bisa diselamatkan, tetapi kau malah menyatakan bahwa dia sekarat dan menyuruh Keluarga Golding bersiap menghadapi pemakamannya. Apa bedanya itu dengan meremehkan nyawa manusia?"
"Jika itu bukan ciri-ciri tabib gadungan, lalu apa?"
Hugo melangkah maju dengan mantap. Meski pincangnya tidak begitu kentara, semua orang bisa melihatnya.
"Tuan Ernest sudah memastikan bahwa ayahku sakit parah dan tidak bisa diselamatkan! Kami mempercayai keahliannya!"
"Kau sendiri bahkan cacat, tapi masih berani merendahkan Tuan Ernest?"
"Jika benar kau seorang tabib, sembuhkan dulu kakimu yang pincang! Bagaimana mungkin seorang penyembuh tidak bisa menyembuhkan dirinya sendiri?"
…
Suasana semakin panas. Keluarga Golding terus mencemooh Hugo, sementara mereka tetap menyanjung Ernest.
Mereka lebih memilih mempercayai penilaian Ernest yang menyatakan bahwa Thomas tidak bisa diselamatkan, daripada mempertimbangkan perkataan Hugo.
Ernest mengangkat tangannya, memberi isyarat agar Keluarga Golding tenang. Senyum tipis menghiasi wajahnya, seolah menertawakan Hugo. "Baiklah, jika kau yakin aku tabib gadungan dan Tuan Thomas masih bisa diselamatkan, tunjukkan keahlianmu. Aku ingin melihat sejauh mana kemampuanmu."
Hugo mengulurkan tangannya. "Kamu punya jarum perak? Pinjamkan satu padaku."
"Ha! Bahkan alat sendiri pun harus meminjam dari Tuan Ernest, tapi masih berani mengaku tabib?"
"Konyol sekali!"
Gelombang ejekan kembali terdengar.
Tanpa mengubah ekspresi, Ernest mengambil kantong jarumnya dan menyerahkannya kepada Hugo.
Hugo melangkah mendekati tempat tidur Thomas dan bersiap menusukkan jarum. Namun, tiba-tiba, Thomas mengangkat tangannya dan meraba-raba udara dengan mata terpejam.
"Lihat! Dia meraba-raba selimut seperti sedang mencari sesuatu di udara! Dalam pengobatan tradisional, ini pertanda ajalnya sudah dekat!"
"Anak muda, kamu yakin ingin menyiksanya di saat-saat terakhirnya?"
Ernest bertanya dengan nada dingin.
Mendengar itu, Damian maju dengan wajah penuh amarah. "Hentikan!"
"Kita harus mengikuti perkataan Tuan Ernest dan bersiap untuk pemakaman ayah sebagai bentuk bakti kita!"
"Ayah telah bekerja keras seumur hidupnya. Yang dia butuhkan sekarang adalah ketenangan, bukan penyiksaan dari seorang tabib gadungan!"
Hugo tertawa sinis. "Ironis sekali. Demi menjilat tabib gadungan, kamu rela mengabaikan nyawa ayahmu sendiri."
"Kurang ajar!"
Damian meledak dalam kemarahan dan menggenggam tangan Ernest. "Tuan Ernest adalah sosok paling dihormati di keluarga kami! Jangan kamu berani-beraninya menghina beliau lagi!"
"Usir bocah ini dari rumah kita sekarang juga!"
Beberapa pria Keluarga Golding segera maju untuk mengusir Hugo. Namun, sebelum mereka sempat bertindak, Emma buru-buru berdiri dan menghalangi mereka. "Paman, menurutku, ada benarnya juga perkataan Hugo."
"Terlepas dari apakah dia benar-benar mampu atau tidak, biarkan dia mencoba."
"Bagaimana jika ternyata dia bisa menyelamatkan Kakek?"
Ernest tertawa kecil, ekspresinya penuh kesombongan. "Baiklah, biarkan dia mencoba!"
"Aku benar-benar tidak percaya bahwa ada seseorang di dunia ini yang mampu menyelamatkan pasien yang sudah aku vonis tak tertolong!"
Hugo menatapnya dengan tenang. "Bagaimana jika aku berhasil menyelamatkannya?"
Ernest mendengus sinis. "Jika kamu benar-benar bisa menyelamatkan Tuan Thomas, maka aku, Ernest, akan berlutut dan menyembahmu sebagai guruku! Mulai sekarang, aku akan mengikuti semua perintahmu!"
Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Hugo mengambil tujuh jarum perak dari kantong, masing-masing dengan ukuran berbeda.
Namun, sebelum dia memulai, Ernest menatapnya dengan dingin dan bertanya, "Dan jika kamu gagal?"
"Itu terserah padamu."
Jawaban Hugo begitu mantap, tanpa sedikit pun keraguan. Dia menarik napas dalam, menenangkan pikirannya sepenuhnya.
Seluruh anggota Keluarga Golding menatapnya dengan penuh perhatian.
Damian sudah bertekad, jika Hugo gagal, dia akan memastikan kaki satunya lagi juga patah!
Di sisi lain, Emma merasakan jantungnya berdetak lebih cepat. Meskipun ia tahu peluang keberhasilan Hugo sangat kecil, mungkin tak lebih dari satu banding sepuluh ribu, dia tetap berharap keajaiban bisa terjadi.
Tiba-tiba …
Hugo bergerak!
Dalam sekejap, tujuh jarum perak melesat nyaris bersamaan dan menancap di tujuh titik akupunktur utama Thomas, termasuk perut bawah, pusar, serta lambung!
Kemudian, Hugo merapatkan dua jarinya seperti membentuk pedang dan mengetuk area di antara kedua alis Thomas!
Energi Hunyuan yang telah ia latih mengalir deras ke dalam tubuh pria tua itu!
"Jiwa telah kembali!"
Suara rendah dan penuh kekuatan keluar dari mulut Hugo.
Detik berikutnya … Ketujuh jarum perak dalam tubuh Thomas bergetar serempak!
Ekspresi seluruh anggota Keluarga Golding berubah drastis.
Di sisi lain, Ernest yang sejak tadi mengawasi tiba-tiba membelalakkan matanya lebar-lebar. Wajahnya dipenuhi keterkejutan!
Saat itu juga, dia menyadari sesuatu yang mengejutkan, tujuh jarum perak yang tertancap di tubuh Thomas membentuk pola yang menyerupai Rasi Bintang Biduk!
"Hah!"
Napas Ernest tersengal, wajahnya memerah, dan sorot matanya berubah, dari keterkejutan menjadi kekaguman mendalam.
"Tuan Ernest, ada apa denganmu?"
Damian bertanya dengan heran, menyadari ekspresi ganjil Ernest.
"Bruk!"
Tanpa peringatan, Ernest langsung berlutut di hadapan Hugo!
Semua anggota Keluarga Golding tercengang melihatnya.
"Tuan Ernest, kenapa kamu tiba-tiba berlutut?"
Damian bertanya, masih bingung dengan apa yang baru saja terjadi.
Dengan suara bergetar karena emosi, Ernest menjawab, "Sembilan Jarum Melawan Langit ..."
"Tujuh Bintang Pemanggil Jiwa ..."
"Ini ... Ini ... Teknik jarum ketujuh dari Sembilan Jarum Melawan Langit yang selama ini dianggap sebagai legenda yang telah punah!"
"Aku tidak pernah menyangka bahwa aku, Ernest, bisa menyaksikan teknik ini secara langsung dengan mata kepalaku sendiri!"
Wajah Ernest dipenuhi kekaguman dan keterkejutan yang begitu dalam, seolah tak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya.
"Selesai!"
Hugo mengangkat tangannya. Tujuh jarum perak serentak keluar dari tubuh Thomas.
Thomas masih dalam keadaan koma, namun napasnya kini stabil dan wajahnya mulai tampak lebih segar.
Hugo menyerahkan kantong jarum kepada Ernest dengan tenang. "Sekarang kamu bisa memeriksa sendiri, apakah Keluarga Golding perlu mempersiapkan pemakamannya atau tidak."
Siapa pun dapat melihat bahwa Thomas sudah melewati masa kritis dan tidak akan mati dalam waktu dekat.
Dengan rasa malu, Ernest berkata, "Dalam aturan pengobatan tradisional, yang lebih unggul harus dihormati. Aku harus mengakuimu sebagai 'Guru'."
"Aku tidak pantas disebut 'tabib sakti'. Tuan Hugo adalah tabib sakti yang sesungguhnya!"
"Aku, Ernest, mengakui kekalahanku dan bersedia menjadi muridmu!"
Tanpa menunggu jawaban, Ernest langsung bersujud!
Dia telah memutuskan bahwa, terlepas dari apakah Hugo menerimanya atau tidak, dia tetap akan menjadi muridnya dan berusaha keras mempelajari teknik Sembilan Jarum Melawan Langit.
Seluruh Keluarga Golding terperangah.
Mereka telah melakukan segala cara untuk menjilat dan mengambil hati Ernest, tabib yang mereka anggap sebagai sosok terhormat. Namun kini, tabib itu justru berlutut dan bahkan bersujud di hadapan Hugo, orang yang selama ini mereka hina. Dia memohon untuk menjadi muridnya.
Pemandangan ini benar-benar memalukan!
"Jangan berlutut, aku tidak akan menerimamu sebagai murid."
Kata Hugo sambil melambaikan tangannya dengan tenang.
Ernest segera berdiri dan tersenyum canggung. "Tuan Hugo, tidak masalah kalau kamu tidak mau menerimaku. Ini kartu namaku. Kalau suatu saat kamu membutuhkan sesuatu, cukup hubungi aku saja."
Dengan penuh hormat, dia menyerahkan kartu namanya dengan kedua tangan.
Melihat bahwa Ernest memang memiliki status yang cukup terpandang, Hugo tidak ingin mempermalukannya lebih jauh. Dia pun mengambil kartu nama itu.
Setelah itu, Ernest berpamitan dan pergi dengan puas, tanpa sedikit pun melirik Keluarga Golding.
Situasi menjadi semakin canggung!
Terutama bagi Damian yang telah mengundang Ernest dengan penuh rasa hormat. Kini, melihat bagaimana tabib itu pergi begitu saja tanpa menghiraukannya, dia merasa sangat dipermalukan!
"Tuan Hugo! Lihat apa yang sudah kamu lakukan!"
Damian menatap Hugo dengan ekspresi dingin.
Beberapa pria dari Keluarga Golding maju dengan wajah penuh amarah, siap menghadapi Hugo.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved