Bab 7 BAB 7. Felisha Tinggal di Penthouse Kevin.
by Lizbeth Lee
13:20,Jan 23,2024
“Clay, selama ini tidak seperti yang kamu kira, Felisha. Suatu saat, kamu akan tau dengan sendirinya. Sekarang, aku tidak akan mau berbicara panjang lebar lagi. Aku minta pernikahan kami di percepat. Tidak perlu menunggu bulan depan. Aku ingin minggu depan kita sudah menikah.” Tidak ada yang tidak syok mendengar pengakuan Kevin.
“Demi apa kamu melakukan hal seperti ini,” lirih Felisha sudah tidak bertenaga lagi untuk melawan Kevin.
“Demi anak kita. Untuk kelancaran dan ketenangan selama acara pemberkatan dan juga pesta. Aku minta Mama mengirim Clay ke Eropa.” Garini masih tidak habis pikir dengan sikap dan kelakuan Kevin.
Dia hanya tertunduk lesu, mau marah tapi dia sudah kepalang malu atas pengakuannya Kevin. Merasa tidak ada tanggapan apa pun, Kevin kembali memanggil Garini. “Ma?!”
“Entahlah Kevin, Mama harus menenangkan diri. Informasi ini masih terlalu berat untuk Mama cerna. Kita akan bicara saat kembali di rumah. Hadi, Betari, bawa anakmu pulang. Jaga dia baik-baik dan ingat! Jangan sampai masalah ini bocor, semua harus habis sampai di sini. Apa kalian paham?!” tegas Nyonya Sanjaya.
“Baik, Nyonya,” jawab Hadi dan Betari berbarengan.
“Ayo, kita pulang, Nak.” Betari lalu menggandeng tangan Felisha dan hendak membawanya pergi.
“Felisha tinggal di penthouse saya mala mini, Tante. Karena semua sudah tau, tidak ada alasan lagi Feli tinggal dengan orang tuanya atau sendiri.” Kevin lalu menarik Felisha.
Betari sama sekali tidak berani protes. Dia hanya diam saja dan menunggu arahan selanjutnya dari Garini. Melihat tingkah anaknya, Garini akhirnya menyerah.
“Kalau begitu bawa Felisha ke tempatmu dan setelahnya kamu harus segera ke rumah utama. Di sana kita akan membahas masalah Clay!” Garini lalu pergi begitu saja berjalan meninggalkan tempat tersebut.
Kevin yang tidak terlalu suka dengan kedua orang tua Felisha juga memilih untuk tidak terlalu beramah tamah. “Om, Tante, saya pamit. Jangan khawatir Felisha aman di tempat saya,” ucapan Kevin terdengar sangat formal dan memang hanya formalitas belaka kepada calon mertuanya.
“Om, tititp Felisha yah Nak Kevin.” Hanya Hadi yang menjawab Kevin sambil menepuk bahu Kevin perlahan.
Tanpa basa basi, Kevin lalu menggandeng Felisha dan membawanya masuk ke mobil. Sesampainya di Penthouse Felisha sudah seperti mayat hidup. Pikirannya hanya dipenuhi dengan bayang wajah Clay yang menatap penuh kekecewaan dan tidak percaya.
“Clay,” rintih Felisha saat duduk sofa ruang keluarganya tempat tinggal Kevin.
Walau tau semuanya pasti berat bagi Felisha tapi Kevin rasanya tidak bisa mentoleransi jika mendengar bibir Felisha memanggil nama adiknya.
“Mau seribu kali kamu memanggil namanya, dia tidak akan bisa menyelamatkanmu dariku. Mulai detik ini, berhentilah memanggil nama adikku di hadapanku! Mulai biasakan untuk memanggil namaku.” Kevin sengaja mengejek sekaligus memperingati Felisha.
“Aku tidak tau, apa kamu tertukar di rumah sakit dulu?! Bagaimana mungkin seorang Sanjaya bisa memiliki anak brengsek seperti kamu, Kevin!” bentak Felisha.
Kesal dengan perlawanan Felisha, Kevin Kembali membungkam Felisha dengan ancamannya. “Lawanlah aku terus, jangan salahkan aku kalau aku akan menciummu lagi.”
“Jurusmu itu sangat menjijikkan, kamu ternyata bukanlah pria terhormat seperti yang aku kira selama ini! Aku sangat membencimu, Kevin!” Rasanya kata-kata saja tidak dapat menggambarkan betapa bencinya Felisha kepada Kevin.
Tidak mau memperpanjang pertengkaran, Kevin lalu berjalan dan membuka sebuah pintu kamar. “Ini adalah kamar tamu. Sebelum menikah kamu bisa memilih, mau tidur satu kamar denganku atau tidur di kamar tamu.” Kevin memberikan pilihan kepada Felisha.
Felisha merasa tidak perlu menjawab pertanyaan Kevin. Ia langsung masuk ke dalam kamar tamu dan menguncinya dari dalam. Kevin menghela nafas, lega melihat Felisha berada di dekatnya.
“Pak Kadir, tolong jemput Bi Darmi sekarang sekalian bawa semua pakaian Felisha dan antarkan ke penthouseku,” titah Kevin melalui sambungan selular dengan supir pribadinya.
“Baiklah, Tuan. Saya akan segera mengerjakannya,” sahut Pak Kadir langsung melaksanakan perintah tuannya.
Kevin tidak akan pergi ke mana-mana sebelum Bi Darmi datang. Satu jam sudah Kevin menunggu dan mengabaikan beberapa panggilan tak terjawab dari Garini ibunya, akhirnya Bi Darmi datang juga dengan Pak Kadir.
“Syukurlah kalian sudah datang, saya titip Nona Felisha yah, Bi. Saya mau ke rumah Mama dulu,” pamit Kevin.
“Saya, antar Tuan Muda?” tanya Kadir dengan sigap.
“Tidak usah, Pak Kadir di sini saja, kalau Felisha membutuhkan sesuatu segera penuhi kebutuhannya. Aku akan memakai kendaraan yang lainnya.” Kevin lalu keuar dari penthouse miliknya.
Ia segera masuk ke dalam mobil dan melaju menuju ke rumah utama. Sesampainya di sana, Garini sudah menunggu Kevin dengan tatapan penuh emosi.
“Bisanya kamu buat Mama menunggu kamu selama hamper dua jam yah,” omel Garini tidak ditanggapi oleh Kevin.
“Ma …,” ucap Kevin lalu ia duduk berlutut di depan Garini sambil menyandarkan keningnya di kedua lutut Garini.
“Maafkan Kevin, Kev sudah membuat masalah besar dalam keluarga ini. Tapi, sungguh Kevin sangat mencintai Felisha dan dalam hal ini Felisha tidak bersalah. Kevin sudah tidak tahan melihat Clay selingkuh di belakang Felisha dan bertekad untuk merebut Feli dengan berbagai macam cara,” akuh Kevin.
Dia boleh terlihat angkuh di hadapan umum, tapi tidak di hadapan wanita yang melahirkannya. Kevin sangat memuja Garini yang memilih tidak menikah lagi dan tetap mempertahankan status jandanya walau banyak sekali pria kaya yang dulu hendak meminangnya, walau dirinya sudah memiliki dua orang anak lelaki.
“Lalu, mengapa harus seperti ini. Mama, tidak habis pikir kamu yang selama ini Mama banggakan dan gadang-gadang akan menikah dengan Sesilia, malah memilih merebut Felisha. Dia itu calon adik iparmu, Mama nggak habis pikir sama tindakanmu, Kevin.” Garini luluh seketika melihat Kevin yang langsung merendahkan diri dihadapannya.
“Aku, tidak mencintai Sesilia, Ma.” Kevin berterus terang.
Garini lantas tertawa kecut. “Bukankah, itu artinya kamu dan Felisha sama? Felisha juga tidak mencintaimu, tapi kamu memaksanya hingga dia memiliki anak darimu. Apa yang akan kamu lakukan jika selamanya Felisha membenci dan tidak mencintaimu?” tanya Garini.
“Itu adalah konsekuensi yang harus Kevin hadapi, mau bagaimana lagi ini adakah pilihanku, Ma. Tapi, Kevin yakin, Felisha pasti akan mencintaiku suatu saat nanti,” jawan Kevin percaya diri di hadapannya Garini.
Walau pertanyaan Garini barusan membuat perasaannya ciut seketika. Tapi, perjuangannya tidak hanya sebatas mendapati Felisha melainkan membangun rumah tangga yang harmonis di atas dasar keterpaksaan yang bagi siapa pun pasti akan mengatakan mustahil.
“Lalu, apa yang harus Mama lakukan kepada Clay? Mama tidak tega memikirkannya,” lirih Garini seperti sedang memakan buah simalakama.
“Demi apa kamu melakukan hal seperti ini,” lirih Felisha sudah tidak bertenaga lagi untuk melawan Kevin.
“Demi anak kita. Untuk kelancaran dan ketenangan selama acara pemberkatan dan juga pesta. Aku minta Mama mengirim Clay ke Eropa.” Garini masih tidak habis pikir dengan sikap dan kelakuan Kevin.
Dia hanya tertunduk lesu, mau marah tapi dia sudah kepalang malu atas pengakuannya Kevin. Merasa tidak ada tanggapan apa pun, Kevin kembali memanggil Garini. “Ma?!”
“Entahlah Kevin, Mama harus menenangkan diri. Informasi ini masih terlalu berat untuk Mama cerna. Kita akan bicara saat kembali di rumah. Hadi, Betari, bawa anakmu pulang. Jaga dia baik-baik dan ingat! Jangan sampai masalah ini bocor, semua harus habis sampai di sini. Apa kalian paham?!” tegas Nyonya Sanjaya.
“Baik, Nyonya,” jawab Hadi dan Betari berbarengan.
“Ayo, kita pulang, Nak.” Betari lalu menggandeng tangan Felisha dan hendak membawanya pergi.
“Felisha tinggal di penthouse saya mala mini, Tante. Karena semua sudah tau, tidak ada alasan lagi Feli tinggal dengan orang tuanya atau sendiri.” Kevin lalu menarik Felisha.
Betari sama sekali tidak berani protes. Dia hanya diam saja dan menunggu arahan selanjutnya dari Garini. Melihat tingkah anaknya, Garini akhirnya menyerah.
“Kalau begitu bawa Felisha ke tempatmu dan setelahnya kamu harus segera ke rumah utama. Di sana kita akan membahas masalah Clay!” Garini lalu pergi begitu saja berjalan meninggalkan tempat tersebut.
Kevin yang tidak terlalu suka dengan kedua orang tua Felisha juga memilih untuk tidak terlalu beramah tamah. “Om, Tante, saya pamit. Jangan khawatir Felisha aman di tempat saya,” ucapan Kevin terdengar sangat formal dan memang hanya formalitas belaka kepada calon mertuanya.
“Om, tititp Felisha yah Nak Kevin.” Hanya Hadi yang menjawab Kevin sambil menepuk bahu Kevin perlahan.
Tanpa basa basi, Kevin lalu menggandeng Felisha dan membawanya masuk ke mobil. Sesampainya di Penthouse Felisha sudah seperti mayat hidup. Pikirannya hanya dipenuhi dengan bayang wajah Clay yang menatap penuh kekecewaan dan tidak percaya.
“Clay,” rintih Felisha saat duduk sofa ruang keluarganya tempat tinggal Kevin.
Walau tau semuanya pasti berat bagi Felisha tapi Kevin rasanya tidak bisa mentoleransi jika mendengar bibir Felisha memanggil nama adiknya.
“Mau seribu kali kamu memanggil namanya, dia tidak akan bisa menyelamatkanmu dariku. Mulai detik ini, berhentilah memanggil nama adikku di hadapanku! Mulai biasakan untuk memanggil namaku.” Kevin sengaja mengejek sekaligus memperingati Felisha.
“Aku tidak tau, apa kamu tertukar di rumah sakit dulu?! Bagaimana mungkin seorang Sanjaya bisa memiliki anak brengsek seperti kamu, Kevin!” bentak Felisha.
Kesal dengan perlawanan Felisha, Kevin Kembali membungkam Felisha dengan ancamannya. “Lawanlah aku terus, jangan salahkan aku kalau aku akan menciummu lagi.”
“Jurusmu itu sangat menjijikkan, kamu ternyata bukanlah pria terhormat seperti yang aku kira selama ini! Aku sangat membencimu, Kevin!” Rasanya kata-kata saja tidak dapat menggambarkan betapa bencinya Felisha kepada Kevin.
Tidak mau memperpanjang pertengkaran, Kevin lalu berjalan dan membuka sebuah pintu kamar. “Ini adalah kamar tamu. Sebelum menikah kamu bisa memilih, mau tidur satu kamar denganku atau tidur di kamar tamu.” Kevin memberikan pilihan kepada Felisha.
Felisha merasa tidak perlu menjawab pertanyaan Kevin. Ia langsung masuk ke dalam kamar tamu dan menguncinya dari dalam. Kevin menghela nafas, lega melihat Felisha berada di dekatnya.
“Pak Kadir, tolong jemput Bi Darmi sekarang sekalian bawa semua pakaian Felisha dan antarkan ke penthouseku,” titah Kevin melalui sambungan selular dengan supir pribadinya.
“Baiklah, Tuan. Saya akan segera mengerjakannya,” sahut Pak Kadir langsung melaksanakan perintah tuannya.
Kevin tidak akan pergi ke mana-mana sebelum Bi Darmi datang. Satu jam sudah Kevin menunggu dan mengabaikan beberapa panggilan tak terjawab dari Garini ibunya, akhirnya Bi Darmi datang juga dengan Pak Kadir.
“Syukurlah kalian sudah datang, saya titip Nona Felisha yah, Bi. Saya mau ke rumah Mama dulu,” pamit Kevin.
“Saya, antar Tuan Muda?” tanya Kadir dengan sigap.
“Tidak usah, Pak Kadir di sini saja, kalau Felisha membutuhkan sesuatu segera penuhi kebutuhannya. Aku akan memakai kendaraan yang lainnya.” Kevin lalu keuar dari penthouse miliknya.
Ia segera masuk ke dalam mobil dan melaju menuju ke rumah utama. Sesampainya di sana, Garini sudah menunggu Kevin dengan tatapan penuh emosi.
“Bisanya kamu buat Mama menunggu kamu selama hamper dua jam yah,” omel Garini tidak ditanggapi oleh Kevin.
“Ma …,” ucap Kevin lalu ia duduk berlutut di depan Garini sambil menyandarkan keningnya di kedua lutut Garini.
“Maafkan Kevin, Kev sudah membuat masalah besar dalam keluarga ini. Tapi, sungguh Kevin sangat mencintai Felisha dan dalam hal ini Felisha tidak bersalah. Kevin sudah tidak tahan melihat Clay selingkuh di belakang Felisha dan bertekad untuk merebut Feli dengan berbagai macam cara,” akuh Kevin.
Dia boleh terlihat angkuh di hadapan umum, tapi tidak di hadapan wanita yang melahirkannya. Kevin sangat memuja Garini yang memilih tidak menikah lagi dan tetap mempertahankan status jandanya walau banyak sekali pria kaya yang dulu hendak meminangnya, walau dirinya sudah memiliki dua orang anak lelaki.
“Lalu, mengapa harus seperti ini. Mama, tidak habis pikir kamu yang selama ini Mama banggakan dan gadang-gadang akan menikah dengan Sesilia, malah memilih merebut Felisha. Dia itu calon adik iparmu, Mama nggak habis pikir sama tindakanmu, Kevin.” Garini luluh seketika melihat Kevin yang langsung merendahkan diri dihadapannya.
“Aku, tidak mencintai Sesilia, Ma.” Kevin berterus terang.
Garini lantas tertawa kecut. “Bukankah, itu artinya kamu dan Felisha sama? Felisha juga tidak mencintaimu, tapi kamu memaksanya hingga dia memiliki anak darimu. Apa yang akan kamu lakukan jika selamanya Felisha membenci dan tidak mencintaimu?” tanya Garini.
“Itu adalah konsekuensi yang harus Kevin hadapi, mau bagaimana lagi ini adakah pilihanku, Ma. Tapi, Kevin yakin, Felisha pasti akan mencintaiku suatu saat nanti,” jawan Kevin percaya diri di hadapannya Garini.
Walau pertanyaan Garini barusan membuat perasaannya ciut seketika. Tapi, perjuangannya tidak hanya sebatas mendapati Felisha melainkan membangun rumah tangga yang harmonis di atas dasar keterpaksaan yang bagi siapa pun pasti akan mengatakan mustahil.
“Lalu, apa yang harus Mama lakukan kepada Clay? Mama tidak tega memikirkannya,” lirih Garini seperti sedang memakan buah simalakama.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved