Bab 9 You're so Fucking Hot!
by Abigail Kusuma
18:13,Nov 27,2023
“Biana! Lepaskan Xena!” Morgan menarik tangan Biana dengan tangan kanannya, dan tangan kirinya menarik tangan Xena. Morgan berdiri di depan Xena, menghadang Biana yang ingin kembali menyerang Xena.
“Oh, jadi kau lebih membela pelacurmu, Morgan?!” seru Biana emosi begitu menggebu.
Morgan menatap tajam Biana. “Xena bukanlah pelacur. Dia ada di sini, karena aku menginginkannya. Bisakah kau menjaga sikapmu! Kau tahu kau adalah anak dari orang penting di negara ini, tapi sifatmu sama sekali tidak mencerminkan status sosialmu.”
Biana terdiam mendengar teguran Morgan. Wanita itu merapikan rambutnya sambil berkata, “Maaf, aku terpancing emosi saat dia menghinaku pelacur.”
Xena bertolak pinggang, dan menatap tajam Biana. “Kau tidak mau dihina pelacur, tapi kau malah menghinaku pelacur! Gunakan otakmu dengan baik!” serunya dengan emosi.
“Xena, tenangkan dirimu!” tegas Morgan penuh penekanan. Morgan memberikan peringatan pada Xena untuk tenang.
Xena mendengkus tak suka. Xena ingin sekali merobek bibir Biana, tapi Xena berusaha meredakan emosi yang tergulung dalam dirinya. Xena tak mau memulai perkelahian lebih dulu.
“Jadi dia bukan pelacurmu?” tanya Biana seraya menatap Morgan, meminta penjelasan dari pria itu.
“Bukan, dia bukan pelacurku! Minta maaf pada Xena. Kau telah lebih dulu menyerang Xena,” tukas Morgan penuh peringatan pada mantan istrinya.
Biana menghela napas dalam. Tatapan Biana menatap Xena. “Aku minta maaf. Aku tadi terpancing emosi. Aku harap kau tidak membesar-besarkan masalah ini.”
Xena sedikit berdecak pelan. Xena enggan minta maaf pada Biana, tapi Xena pun tak ingin menambah-nambah masalah. “Lain kali, aku harap kau bisa gunakan mulutmu itu untuk berbicara dengan baik.”
“Kali ini, aku mengaku bersalah. Sekali lagi, aku minta maaf,” ucap Biana lagi.
“Lupakaan saja. Aku tidak mau membahasnya.” Xena memilih untuk membuang wajahnya, tak mau lagi melihat Biana.
“Ada apa kau ke sini, Biana?” tanya Morgan dingin dan tegas.
“Aku baru saja pulang dari rumah temanku. Aku mampir, karena ingin tahu kabarmu,” jawab Biana pelan.
“Seperti yang kau lihat, aku selalu baik,” balas Morgan datar.
Biana mendekat pada Morgan, membelai rahang Morgan. “Jaga dirimu baik-baik. Aku khawatir, kau sakit.”
“Aku baik-baik saja, Biana. Jangan bersikap berlebihan. Sudahlah, lebih baik kau pulang. Pekerjaanku masih banyak,” ucap Morgan dingin dengan raut wajah tanpa ekspresi.
Biana mengangguk. “Baiklah, aku pulang sekarang. Hubungi aku jika kau membutuhkan bantuan. Aku akan selalu membantumu.” Lalu Biana mengecup rahang Morgan, dan melangkah pergi meninggalkan tempat itu. Terlihat raut wajah Xena menunjukan kekesalannya, saat Biana mencium rahang Morgan. Manik mata Xena memerah dan tangan yang terkepal seperti menahan amarah.
“Ikut aku.” Morgan menarik tangan Xena, membawa Xena meninggalkan ruang makan.
“Morgan, lepaskan aku. Kau mau membawaku ke mana?” tanya Xena jengkel kala tangan Morgan menarik-narik tangannya.
Morgan tak menggubris apa yang dikatakan oleh Xena. Pria itu terus menarik tangan Xena, meninggalkan itu. Sedangkan Xena? Jelas saja gadis itu akhirnya pasrah, dan menurut saat Morgan sudah menarik-narik tangannya.
***
“Aw—” Xena meringis kala Morgan mendudukan tubuhnya ke sofa, sedikit kasar. Xena hendak melakukan protes, tapi ucapan Xena tertahan saat melihat Morgan membawakan kotak obat untuknya.
Morgan duduk di samping Xena, pria itu mengoleskan salep ke wajah memar Xena. Akibat perkelahian Xena dan Biana. “Kau ini tubuh kecil seperti preman. Kenapa kau malah membalas pukulan Biana? Tinggi tubuh Biana jauh di atasmu.”
Xena berdecak pelan. “Kau menyepelekan kekuatanku?! Aku mampu melawannya! Lagi pula untuk apa mantan istrimu datang ke sini? Dan kenapa dia malah mencium pipimu?! Tidak tahu malu sekali!” Xena menggebu, melampiaskan amarahnya.
“Kau tahu dari mana Biana adalah mantan istriku?” Kening Morgan mengerut, menatap lekat Xena. Sudut bibir Morgan sedikit terangkat kala Xena mengomel.
Xena panik. Dalam hati, gadis itu mengumpat, karena kelepasan bicara. “A-aku hanya menebak saja. A-aku menduga kalau wanita itu adalah mantan istrimu,” jawabnya buru-buru.
Morgan tersenyum samar mendengar jawaban Xena. Detik selanjutnya, Morgan memindahkan tubuh Xena, ke pangkuannya. “Apa kau tahu dari pelayan tentang Biana?” bisiknya serak.
“A-aku—” Xena gelagapan, bingung luar biasa. Xena tak henti merutuki kebodohannya yang sampai kelepasan bicara.
Morgan kembali tersenyum. Pria itu menarik dagu Xena, mencium dan melumat bibir Xena. “Yes, you’re right. Biana adalah mantan istriku. Kau cemburu, hm?”
“S-siapa yang cemburu! Aku sama sekali tidak cemburu! Kau jangan asal bicara, Morgan!” sanggah Xena cepat. Debar jantung Xena semakin berpacu kencang, berada di pangkuan Morgan. Gadis itu mendorong tubuh Morgan, tapi sialnya tubuh pria itu seperti besi yang sulit untuk dilawan.
Morgan melumat bibir Xena. “Aku bukan pria bodoh, Xena. Aku tahu kau cemburu pada Biana.” Lalu, tangan Morgan menurunkan dress yang dipakai Xena, hingga membuat kedua payudara sintal Xena menyembul keluar.
“M-Morgan, akh—“ Xena mengerang kala telunjuk Morga mengusap puncak payudaranya.
“You’re so fucking hot, Xena,” desis Morgan.
“Ah, Morgan. A-aku mohon berhenti.” Xena meringis kala dua tangan Morgan, mengusapi lembut kedua puncak payudaranya.
Morgan menyeringai. “Kau memiliki kedua tangan. Silahkan hentikan sendiri tanganku menggunakan tanganmu.”
“Ah,” Xena terus mendesah kala Morgan memberikan pijatan di payudaranya.
Morgan mengangkat tubuh Xena, mengisap pucak payudara Xena seperti bayi yang kelaparan. Tampak Xena membusungkan dadanya. Gadis itu seakan meminta Morgan untuk tak menghentikan permainan panas mereka. Desahan dan erangan tak henti lolos di bibir Xena.
Morgan mensejajarkan wajahnya ke wajah Xena. “Aku tahu kau menginginkanku, Xena. Kau tidak membutuhkan waktu untuk memikirkan perjanjian itu. Kau tidak mungkin menolakku.”
“M-Morgan l-lepaskan aku.” Xena berusaha untuk mendorong, tapi malah Morgan membaringkan Xena ke sofa. Pria itu menindih tubuh Xena hingga membuat Xena terjebak.
“Kau ingin aku melepaskanmu?” bisik Morgan serak.
Xena mengangguk cepat, merespon ucapan Morgan.
Morgan tersenyum misterius. “Silahkan kau coba untuk lepas dariku.”
Morgan menurunkan kepalanya, mengisap puncak payudara Xena lembut. Tangan pria itu melucuti celana dalam berenda Xena, dan mengusapi lembut kewanitaan Xena yang sudah basah.
“Ah, Morgan! S-stop!” erang Xena.
Morgan mensejajarkan wajahnya ke wajah Xena, jemari pria itu kian mengusapi kewanitaan Xena. “Lakukan sendiri, Xena. Singkirkan kedua tanganku dengan tanganmu,” bisiknya.
“Ah!” Xena menundukan kepala, melihat jelas jemari Morgan tengah mengusap lembut kewanitaannya. Tubuh Xena bergetar menahan rasa nikmat yang menjalar ke seluruh tubuh.
Perlahan tangan Xena menyentuh tangan Morgan, berusaha untuk menyingkirkan tangan Morgan, tapi sialnya Xena malah menuntun jemari Morgan untuk memasukinya.
“Ah, Morgan,” desah Xena tak karuan.
Morgan terkekeh. “Aku tidak suka memasukimu pertama kali dengan jariku, Xena. Harus aku dulu yang memasukimu.”
Xena menatap Morgan dengan penuh permohonan. “Morgan!”
Morgan tersenyum penuh kemenangan. Pria itu melumat bibir Xena dengan liar. Lantas, Morgan menggendong Xena, menuju ke ranjangnya.
“Oh, jadi kau lebih membela pelacurmu, Morgan?!” seru Biana emosi begitu menggebu.
Morgan menatap tajam Biana. “Xena bukanlah pelacur. Dia ada di sini, karena aku menginginkannya. Bisakah kau menjaga sikapmu! Kau tahu kau adalah anak dari orang penting di negara ini, tapi sifatmu sama sekali tidak mencerminkan status sosialmu.”
Biana terdiam mendengar teguran Morgan. Wanita itu merapikan rambutnya sambil berkata, “Maaf, aku terpancing emosi saat dia menghinaku pelacur.”
Xena bertolak pinggang, dan menatap tajam Biana. “Kau tidak mau dihina pelacur, tapi kau malah menghinaku pelacur! Gunakan otakmu dengan baik!” serunya dengan emosi.
“Xena, tenangkan dirimu!” tegas Morgan penuh penekanan. Morgan memberikan peringatan pada Xena untuk tenang.
Xena mendengkus tak suka. Xena ingin sekali merobek bibir Biana, tapi Xena berusaha meredakan emosi yang tergulung dalam dirinya. Xena tak mau memulai perkelahian lebih dulu.
“Jadi dia bukan pelacurmu?” tanya Biana seraya menatap Morgan, meminta penjelasan dari pria itu.
“Bukan, dia bukan pelacurku! Minta maaf pada Xena. Kau telah lebih dulu menyerang Xena,” tukas Morgan penuh peringatan pada mantan istrinya.
Biana menghela napas dalam. Tatapan Biana menatap Xena. “Aku minta maaf. Aku tadi terpancing emosi. Aku harap kau tidak membesar-besarkan masalah ini.”
Xena sedikit berdecak pelan. Xena enggan minta maaf pada Biana, tapi Xena pun tak ingin menambah-nambah masalah. “Lain kali, aku harap kau bisa gunakan mulutmu itu untuk berbicara dengan baik.”
“Kali ini, aku mengaku bersalah. Sekali lagi, aku minta maaf,” ucap Biana lagi.
“Lupakaan saja. Aku tidak mau membahasnya.” Xena memilih untuk membuang wajahnya, tak mau lagi melihat Biana.
“Ada apa kau ke sini, Biana?” tanya Morgan dingin dan tegas.
“Aku baru saja pulang dari rumah temanku. Aku mampir, karena ingin tahu kabarmu,” jawab Biana pelan.
“Seperti yang kau lihat, aku selalu baik,” balas Morgan datar.
Biana mendekat pada Morgan, membelai rahang Morgan. “Jaga dirimu baik-baik. Aku khawatir, kau sakit.”
“Aku baik-baik saja, Biana. Jangan bersikap berlebihan. Sudahlah, lebih baik kau pulang. Pekerjaanku masih banyak,” ucap Morgan dingin dengan raut wajah tanpa ekspresi.
Biana mengangguk. “Baiklah, aku pulang sekarang. Hubungi aku jika kau membutuhkan bantuan. Aku akan selalu membantumu.” Lalu Biana mengecup rahang Morgan, dan melangkah pergi meninggalkan tempat itu. Terlihat raut wajah Xena menunjukan kekesalannya, saat Biana mencium rahang Morgan. Manik mata Xena memerah dan tangan yang terkepal seperti menahan amarah.
“Ikut aku.” Morgan menarik tangan Xena, membawa Xena meninggalkan ruang makan.
“Morgan, lepaskan aku. Kau mau membawaku ke mana?” tanya Xena jengkel kala tangan Morgan menarik-narik tangannya.
Morgan tak menggubris apa yang dikatakan oleh Xena. Pria itu terus menarik tangan Xena, meninggalkan itu. Sedangkan Xena? Jelas saja gadis itu akhirnya pasrah, dan menurut saat Morgan sudah menarik-narik tangannya.
***
“Aw—” Xena meringis kala Morgan mendudukan tubuhnya ke sofa, sedikit kasar. Xena hendak melakukan protes, tapi ucapan Xena tertahan saat melihat Morgan membawakan kotak obat untuknya.
Morgan duduk di samping Xena, pria itu mengoleskan salep ke wajah memar Xena. Akibat perkelahian Xena dan Biana. “Kau ini tubuh kecil seperti preman. Kenapa kau malah membalas pukulan Biana? Tinggi tubuh Biana jauh di atasmu.”
Xena berdecak pelan. “Kau menyepelekan kekuatanku?! Aku mampu melawannya! Lagi pula untuk apa mantan istrimu datang ke sini? Dan kenapa dia malah mencium pipimu?! Tidak tahu malu sekali!” Xena menggebu, melampiaskan amarahnya.
“Kau tahu dari mana Biana adalah mantan istriku?” Kening Morgan mengerut, menatap lekat Xena. Sudut bibir Morgan sedikit terangkat kala Xena mengomel.
Xena panik. Dalam hati, gadis itu mengumpat, karena kelepasan bicara. “A-aku hanya menebak saja. A-aku menduga kalau wanita itu adalah mantan istrimu,” jawabnya buru-buru.
Morgan tersenyum samar mendengar jawaban Xena. Detik selanjutnya, Morgan memindahkan tubuh Xena, ke pangkuannya. “Apa kau tahu dari pelayan tentang Biana?” bisiknya serak.
“A-aku—” Xena gelagapan, bingung luar biasa. Xena tak henti merutuki kebodohannya yang sampai kelepasan bicara.
Morgan kembali tersenyum. Pria itu menarik dagu Xena, mencium dan melumat bibir Xena. “Yes, you’re right. Biana adalah mantan istriku. Kau cemburu, hm?”
“S-siapa yang cemburu! Aku sama sekali tidak cemburu! Kau jangan asal bicara, Morgan!” sanggah Xena cepat. Debar jantung Xena semakin berpacu kencang, berada di pangkuan Morgan. Gadis itu mendorong tubuh Morgan, tapi sialnya tubuh pria itu seperti besi yang sulit untuk dilawan.
Morgan melumat bibir Xena. “Aku bukan pria bodoh, Xena. Aku tahu kau cemburu pada Biana.” Lalu, tangan Morgan menurunkan dress yang dipakai Xena, hingga membuat kedua payudara sintal Xena menyembul keluar.
“M-Morgan, akh—“ Xena mengerang kala telunjuk Morga mengusap puncak payudaranya.
“You’re so fucking hot, Xena,” desis Morgan.
“Ah, Morgan. A-aku mohon berhenti.” Xena meringis kala dua tangan Morgan, mengusapi lembut kedua puncak payudaranya.
Morgan menyeringai. “Kau memiliki kedua tangan. Silahkan hentikan sendiri tanganku menggunakan tanganmu.”
“Ah,” Xena terus mendesah kala Morgan memberikan pijatan di payudaranya.
Morgan mengangkat tubuh Xena, mengisap pucak payudara Xena seperti bayi yang kelaparan. Tampak Xena membusungkan dadanya. Gadis itu seakan meminta Morgan untuk tak menghentikan permainan panas mereka. Desahan dan erangan tak henti lolos di bibir Xena.
Morgan mensejajarkan wajahnya ke wajah Xena. “Aku tahu kau menginginkanku, Xena. Kau tidak membutuhkan waktu untuk memikirkan perjanjian itu. Kau tidak mungkin menolakku.”
“M-Morgan l-lepaskan aku.” Xena berusaha untuk mendorong, tapi malah Morgan membaringkan Xena ke sofa. Pria itu menindih tubuh Xena hingga membuat Xena terjebak.
“Kau ingin aku melepaskanmu?” bisik Morgan serak.
Xena mengangguk cepat, merespon ucapan Morgan.
Morgan tersenyum misterius. “Silahkan kau coba untuk lepas dariku.”
Morgan menurunkan kepalanya, mengisap puncak payudara Xena lembut. Tangan pria itu melucuti celana dalam berenda Xena, dan mengusapi lembut kewanitaan Xena yang sudah basah.
“Ah, Morgan! S-stop!” erang Xena.
Morgan mensejajarkan wajahnya ke wajah Xena, jemari pria itu kian mengusapi kewanitaan Xena. “Lakukan sendiri, Xena. Singkirkan kedua tanganku dengan tanganmu,” bisiknya.
“Ah!” Xena menundukan kepala, melihat jelas jemari Morgan tengah mengusap lembut kewanitaannya. Tubuh Xena bergetar menahan rasa nikmat yang menjalar ke seluruh tubuh.
Perlahan tangan Xena menyentuh tangan Morgan, berusaha untuk menyingkirkan tangan Morgan, tapi sialnya Xena malah menuntun jemari Morgan untuk memasukinya.
“Ah, Morgan,” desah Xena tak karuan.
Morgan terkekeh. “Aku tidak suka memasukimu pertama kali dengan jariku, Xena. Harus aku dulu yang memasukimu.”
Xena menatap Morgan dengan penuh permohonan. “Morgan!”
Morgan tersenyum penuh kemenangan. Pria itu melumat bibir Xena dengan liar. Lantas, Morgan menggendong Xena, menuju ke ranjangnya.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved