Bab 5 A Fact

by Abigail Kusuma 18:10,Nov 27,2023
Keesokan hari, Xena duduk di sofa kamar sambil memijat pelipisnya. Gadis itu merasakan pusing luar biasa. Pusing di kepalanya akibat dirinya masuk ke dalam jebakan yang dirinya sendiri ciptakan.
Morgan Louise. Entah siapa pria itu. Selama ini Xena tak begitu hafal nama-nama pengusaha. Apalagi tempat tinggal Morgan Louise dengan tempat tinggalnya berbeda negara. Itu yang membuat Xena tak mengenal sosok Morgan Louise.
Xena ingin sekali memilih untuk pergi. Akan tetapi hatinya seakan berat. Seperti ada magnet kuat yang menahannya untuk tak pergi ke mana pun. Xena tak mengerti ada apa dengan hati dan pikiranya. Gadis itu benar-benar terpenjara oleh penjara yang dirinya buat.
“Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan sekarang?” Xena mengusap wajahnya kasar. Kejadian di mana Morgan menyentuhnya, tak pernah bisa Xena lupakan. Bahkan tadi malam Morgan kembali menyentuhnya. Harusnya Xena marah, dan memaki pria yang berani menyentuhnya. Tapi kenapa malah dirinya menikmati? Sungguh, Xena merasa otaknya tak lagi berfungsi.
Xena menarik napas dalam-dalam, dan mengembuskan perlahan. Tatapan gadis itu teralih pada dua paper bag yang diantar oleh asistennya. Ya, Xena meminta Linda untuk mengantarkan pakaian untuknya. Tak mungkin Xena terus menerus memakai dress yang sama.
Xena tahu dirinya memang sudah tak lagi waras. Dengan meminta Linda mengantarkan pakaian, maka itu mengartikan bahwa dirinya akan cukup lama berada di mansion Morgan Louise. Tak ada orang di dunia ini mau masuk ke dalam masalah, kecuali Xena Foster. Gadis cantik itu malah mendatangkan masalah di hidupnya.
“Nona Xena?” sapa sang pelayan seraya mendekat pada Xena.
“Kau memintaku untuk sarapan?” Xena sudah tahu tujuan dari sang pelayan.
“Benar, Nona. Apa Anda ingin sarapan di ruang makan, atau di sini?” tawar sang pelayan sopan.
“Aku akan turun nanti,” jawab Xena dingin.
Sang pelayan mengangguk. “Baik, Nona. Kalau begitu saya permisi.”
“Tunggu,” cegah Xena yang tak membiarkan pelayan pergi.
“Ada apa, Nona?” tanya sang pelayan sopan.
“Apa Morgan sudah pergi? Maksudku, apa hari ini Morgan pergi ke kantor?” ujar Xena bertanya.
“Tuan Morgan tidak ke kantor. Beliau berada di ruang kerjanya yang ada di lantai atas bersama dengan asisten beliau,” jawab sang pelayan memberi tahu.
Xena menganggukan kepalanya merespon ucapan sang pelayan. “Kita keluar bersama. Aku juga ingin ke ruang makan sekarang.”
“Mari, Nona.” Sang pelayan menundukan kepalanya. Lantas, Xena melangkah keluar kamar, bersama dengan pelayan itu. Xena tak mau banyak bertanya tentang Morgan. Gadis itu sekarang ingin berusaha membersihkan pikirannya yang terngiang-ngiang tentang Morgan.
Di ruang makan, Xena duduk di kursi meja makan seraya menyantap sarapan yang telah terhidang. Morgan tak ada di ruang makan itu. Mungkin saja pria menyebalkan itu tengah sarapan di ruang kerjanya. Pun Xena memutuskan untuk tak bertanya.
“Nona Xena, apa Anda ingin salad?” tawar sang pelayan.
“Tidak, terima kasih,” jawab Xena dingin. Lalu, tanpa sengaja tatapan Xena teralih pada foto lukisan besar yang ada di dinding sebelah kiri. Xena sama sekali tak menyadari lukisan indah tersebut.
“Itu lukisan Morgan?” tanya Xena pada sang pelayan.
Sang pelayan menatap lukisan yang kini dipandang Xena. “Bukan, Nona. Itu lukisan Nyonya Biana Faye, mantan istri Tuan Morgan Louise.”
“Apa? Mantan istri?” Mata Xena melebar tak percaya, mendengar ucapan sang pelayan. Xena sama sekali tak tahu kalau Morgan Louise sudah pernah menikah.
“Iya, Nona. Apa Anda tidak mengenal siapa Nyonya Biana Faye?” tanya sang pelayan, pada Xena.
Xena berdecak pelan. “Aku tidak kenal. Apa dia artis?”
Sang pelayan terdiam sebentar. “Maaf, Nona. Kalau Anda tidak mengenal Nyonya Biana Faye saya tidak bisa memberi tahu secara detail, karena menyangkut kehidupan pribadi Tuan Morgan Louise.”
“Ya sudah, tidak apa-apa. Aku bisa mencari tahu sendiri. Kau pergilah. Aku tidak ingin diganggu,” ucap Xena dingin dengan raut wajah tanpa ekspresi.
“Baik, Nona.” Pelayan itu menundukan kepalanya, lalu pamit undur diri dari hadapan Xena.
Xena terdiam sebentar. Otaknya berputar tentang nama ‘Biana Faye’. Nama keluarga dari mantan istri Morgan Louise seperti tak asing di telinga Xena. Buru-buru Xena mengambil ponselnya yang ada di atas meja, dan mencari nama ‘Biana Faye’ di internet.
Lalu, seketika raut wajah Xena berubah melihat di internet tentang Biana Faye. Mata Xena melebar terkejut. Tertera di sana Biana Faye adalah anak tunggal Presiden Prancis. What the hell? Itu artinya Morgan Louise adalah mantan menantu dari Presiden Prancis. Xena benar-benar dibuat terkejut tentang Morgan Louise.
“Astaga, apa mansion ini di kelilingi paparazzi? Habislah aku kalau aku sampai masuk media gossip Prancis.” Xena menepuk keningnya. Masalah baru datang kala dirinya telah mengetahui sedikit identitas tentang sosok Morgan Louise.
***
Morgan menyesap wine di tangannya, seraya menatap hamparan kota dari kaca besar yang ada di ruang kerjanya. Aura wajah Morgan dingin dan terselimuti pria tanpan itu. Sorot mata tajam menunjukan kearoganan.
“Tuan Morgan, Anda masih membiarkan Nona Xena Foster tinggal di sini?” tanya Hemlet—asisten Morgan—seraya menatap Morgan penuh sopan.
“Biarkan saja gadis itu masih di sini.” Morgan menggerak-gerakan gelas berkaki tinggi di tangannya.
Kening Hemlet mengerut. “Maaf, Tuan. Apa Anda tidak merasa direpotkan dengan kehadiran Nona Xena Foster? Beliau selalu meminta Anda menjual berlian yang berhasil Anda dapatkan dari pelelangan.”
Morgan tersenyum penuh arti. “Awalnya aku merasa direpotkan, karena Tuan Putri manja itu selalu menggangguku. Tapi sepertinya, aku mengubah pikiranku.”
“Mengubah pikiran Anda? Apa maksud Anda, Tuan?” tana Hemlet tak mengerti, akan maksud dari ucapan tuannya itu.
Morgan menatap lurus ke depan, dan kembali meyesap wine di tangannya. “Aku ingin mendapatkan fantasi baru.”






Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

94