Bab 11 Jika Permintaan Maaf Itu Berguna, Apa Gunanya Kekerasan?

by Rembulan 08:01,Nov 06,2023
Lantai aula berlumuran darah.

Timothy Zhao memandang Kevin Sun yang hampir sekarat dan segera mengeluarkan jarum untuk mempertahakannya nyawanya.

Terlalu murah hati jika membiarkannya mati begitu saja.

Ketika Kevin Sun bangun dan melihat Timothy Zhao menyelamatkannya, dia menyeringai,"Sekarang kamu sudah takut padaku. Meskipun kamu diberi keberanian kamu juga tidak akan berani membunuhku. Begitu aku mati, keluargamu juga akan dibantai dan mati bersamaku."

“Sepertinya kamu telah salah paham.” kata Timothy Zhao sambil menginjak tangan Kevin Sun.

"Ah..." Kevin Sun berteriak kesakitan,"Brengsek, kutebas kakimu!"

Timothy Zhao menutup telinga dan memerintahkan Harry Li,"Keluarkan ponselmu dan rekamlah."

“Baik.” Harry Li menurut dan segera mengeluarkan ponselnya lalu membuka video kamera.

“Apa... apa yang sedang kamu lakukan?” kata Kevin Sun ketakutan dan bertanya seolah dia merasakan firasat yang buruk.

“Kamu telah mematahkan tangan Valencia,” kata Timothy Zhao dengan nada yang cukup datar, tetapi pada saat ini suara datar yang keluar dari mulutnya itu terdengar sangat menakutkan.

"Emangnya kenapa kalau aku yang mematahkannya? Kuperingatkan padamu, cepat lepaskan aku. Jika tidak, aku akan membuatmu menyesal telah hidup di dunia ini dan akan membantai seluruh keluargamu! " Kali ini, Kevin Sun masih saja tidak lupa untuk mengancamnya.

Karena latar belakang keluarganya membuatnya percaya diri.

Timothy Zhao mengabaikan ancamannya, perlahan-lahan mengenakan sarung tangan putih dan menjepit salah satu jari Kevin Sun.

Kevin Sun berteriak,"Brengsek, awas saja jika kamu berani menyentuhku, aku..."

"Krek!"

Jari yang patah membuat orang ketakutan.

"Ah..."

Raungan menyakitkan bergema di aula. Meja, kursi dan bangku di sekitar bergetar.

“Tahanlah, ini baru jari pertama.” Setelah melontarkan kata itu dengan nada acuh tak acuh, Timothy Zhao menjepit jari kedua.

"Tidak... Tidak..." Kali ini, Kevin Sun mulai panik.

"Kreeek!"

"Ah..."

"Krekk, krek, krek..."

"A...Ahhh..."

Suara jari yang patah terdengar seperti kacang koro, dalam sekejap lima jarinya telah dipatahkan semuanya.

Nadi jari-jari tersambung ke jantung, setelah kelima jari dipatahkan, Kevin Sun terasa sangat tersiksa hingga hampir sekarat.

Aula dipenuhi suara tangis kesakitan bagaikan suara kambing yang akan disembelih.

“Tahanlah, ini hanya hidangan pembuka.” suara Timothy Zhao begitu tenang, seolah-olah dia bukan manusia, melainkan Dewa Kematian.

Kevin Sun baru mengerti mengapa Timothy Zhao menyelamatkannya, tujuannya adalah untuk menyiksanya secara perlahan.

"Hush, huff..." Kevin Sun terengah-engah, rasa penghinaan dan amarahnya sudah mencapai puncak.

Dia adalah cucu seorang taipan keluarga kerajaan yang bermartabat, tidak ada seorang pun yang berani menyiksanya seperti ini.

Saat berada di perbatasan Nanzhou, bahkan Gubernur Nanzhou harus menghormatinya dan melayaninya.

Dialah yang selalu menyiksa orang lain.

Namun saat ini, malah dia yang disiksa dan merasa putus asa.

Namun, meski begitu, martabat seoraang cucu taipan keluarga kerajaan yang ada pada dirinya masih belum hilang.

"Sialan. Jika kau punya nyali, bunuhlah aku." kata Kevin Sun sambil mengertakkan gigi dengan tatapan yang tajam.

Dia yakin Timothy Zhao tidak akan berani membunuhnya, paling-paling hanya berani menyiksanya saja.

"Selama aku masih bernapas, aku akan membalas seluruh perlakuanmu terhadapku pada hari ini dan menyiksamu dua kali lipat. Lihat saja nanti!"

Timothy Zhao mengabaikannya. Dia meraih pergelangan tangan Kevin Sun dengan tangan besinya.

Pergelangan tangan Valencia Lin dipatahkan, jadi dia harus memberinya balasan yang setimpal.

"Apa yang ingin kamu lakukan?" Kevin Sun berteriak ketakutan.

"Preek!"

Terdengar suara yang keras, persendiannya robek, darah muncrat keluar.

"Ahh..."

Suara jeritan yang mengerikan dan melengking itu terdengar menembus langit malam yang sunyi di luar.

“Bagaimana rasa tangan yang telah dipatahkan?" Timothy Zhao bertanya dengan tenang,"Ketika kamu mematahkan tangan orang lain, pernahkah kamu berpikir suatu hari kamu akan mendapat balasan yang setimpal?"

Tidak ada yang menjawab pertanyaannya karena Kevin Sun telah pingsan.

Timothy Zhao meletakkan tangan Kevin Sun yang putus kemudian mengeluarkan beberapa jarum akupuntur untuk membangunkannya.

"Huuhhh huhhh..."

Kevin Sun terengah-engah, merasa kesakitan hingga berkeringat deras, ingus dan air matanya mengalir.

Tuan muda Sun yang tadinya berlagak kini terlihat sangat menyedihkan.

“Masih ada satu tangan yang tersisa, ayo kita lanjutkan.” Timothy Zhao meraih tangan Kevin Sun.

Kevin Sun,"..."

Saat ini, dia benar-benar sudah putus asa.

Orang di depannya adalah iblis.

“Le, lepaskan aku, aku… aku mengaku kalah, aku menyerah, tolong lepaskan aku…, wuwu…” teriak Kevin Sun memohon ampun.

Ini adalah pertama kalinya dia memohon setelah hidup lebih dari 20 tahun, dan ini juga akan menjadi yang terakhir kalinya.

Timothy Zhao menggelengkan kepalanya dengan acuh tak acuh,"Saat kamu menyiksa Valencia, pernahkah kamu berpikir untuk melepaskannya?"

“Ugh…, aku mengaku salah, aku minta maaf padamu, maafkan aku, aku salah…” Kevin Sun benar-benar ketakutan.

“Jika permintaan maaf berguna, mengapa dibutuhkan kekerasan untuk menyelesaikan masalah?" Timothy Zhao tiba-tiba mengerahkan kekuatan.

"Krrek!" Satu jari patah.

"AH..." Terdengar lagi lolongan menyedihkan seperti babi yang disembelih.

Kemudian, Timothy Zhao mematahkan jari Kevin Sun satu per satu.

Dia pingsan karena kesakitan, Timothy Zhao pun menggunakan jarum untuk membangunkannya lagi, dan kembali mematahkan tangannya.

Sampai terdengar suara keras terakhir, pergelangan tangan lainnya pun sudah patah dan baru dianggap telah berakhir.

Kevin Sun tumbang, dia tidak mempunyai tenaga untuk berteriak, tubuhnya berkedut membuktikan dia masih hidup.

Timothy Zhao berdiri, mengambil ponsel Harry Li yang sedang merekam, lalu memerintahkan Harry Li untuk menyeret Kevin Sun ke atas dan membiarkannya berguling menuruni tangga.

Bukankah dia suka menendang orang? Kalau begitu biarkan dia merasakannya hingga puas.

Tanpa mengucapkan sepatah kata, Harry Li menyeret Kevin Sun yang seperti anjing mati ke atas, lalu menendangnya ke bawah.

Boom boom boom…

Sekali, dua kali, tiga kali...

Setelah melakukannya beberapa kali, tubuh Kevin Sun terkoyak-koyak, dia pun sudah mati.



“Cepat turun mobil, kepung!”

Di depan pintu masuk Hotel Sky, tak lama setelah Timothy Zhao pergi, terdengar deru mobil dan suara rem.

Terdengar suara teriak dan langkah kaki yang berisik.

"Suuuusuuuu..."

Di luar hotel, lampu-lampu yang menyilaukan menerangi pintu masuk.

Gubernur Nanzhou, Agung Qin, pejabat tertinggi Nanzhou, memimpin pasukan dengan ekspresi yang cemas.

Di belakangnya, terdapat banyak orang yang bersenjata.

Pintu masuk hotel berlumuran darah, menodai ubin putih menjadi merah.

“Cepat, masuk dan lihat apa yang terjadi.” teriak Agung Qin lalu bergegas ke hotel bersama bawahannya.

"Paang"

Sekelompok orang mendobrak pintu kaca dan masuk ke dalam.

Begitu mereka masuk, tercium bau darah yang menyengat hingga membuat orang-orang sesak napas.

Lantai dipenuhi orang-orang yang berlumuran darah.

Kepala beberapa orang bahkan telah terpisah dari tubuh.

Adegan ini sangat brutal.

Bahkan Agung Qin yang pernah melihat kejadian seperti ini pun tercengang, firasat buruk muncul di hatinya, dia buru-buru berteriak,"Cepat cari Tuan muda Sun!"

"Gubernur, Tuan Muda Sun berada...di sini..." Tak lama ada orang yang menjawab, suaranya bergetar.

Agung Qin segera melangkah kesana.

Kemudian, terlihat satu sosok mayat yang mukanya tidak dapat dikenali.

Tubuhnya berlumuran darah dan pakaiannya compang-camping.

Wajahnya berubah wujud dan berlumuran darah.

Jika tidak diperhatikan dengan cermat, pasti tidak ada orang yang mengenalinya.

Yang lebih kejam lagi adalah sepuluh jarinya patah dan tulang tangannya juga dipatahkan.

Bisa dibayangkan betapa brutalnya penyiksaan yang dialami Kevin Sun sebelum dia mati.

"Shh.."

Semua orang yang melihat mayat di depan itu tersentak dan merinding.

Setelah memastikan itu adalah jenazah Kevin Sun dan dia mati mengenaskan, Agung Qin merasa pusing dan mau pingsan.

Terdengar suara "bang" dia jatuh terduduk di lantai dan wajahnya pucat.

Gawat sudah!

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

150