Bab 17, Temukan senjata pembunuh
by 墨千裳
11:33,Oct 10,2023
Mendengar kata-kata Saskia begitu meyakinkan, Tery merasa tidak tenang, kemudian memarahinya, "Semua yang kamu bicarakan hanya membuktikan dia bukan mati tenggelam, tapi tidak membuktikan dia bukan mati di tanganmu!"
Saskia terus memeriksa mayat sambil bicara, "Kalau mau tahu siapa pembunuhnya, factor pentingnya adalah cari tahu penyebab kematiannya."
Gubernur Kota Barat , Angga Aldi menganggukkan kepala, dia sepenuhnya setuju dengan pernyataan Saskia.
Tepat saat Tery ingin memarahinya lagi, kedua tangan Saskia di kepala mayat berhenti sesaat, lalu berkata, "Sudah ketemu!"
Sudah ketemu? Ketemu apa?
Angga Aldi dan Ahli Patologi datang mendekat dengan penasaran, dan para pangeran pemberani juga berkumpul di sekitar, semua orang sangat penasaran.
Saskia mengulurkan tangan, tanpa memandang Ahli Patologi, dia langsung berkata, "Pisau cukur."
Ahli Patologi tertegun, tidak tahu harus bagaimana bereaksi. Saskia menunggu dan tidak ada pisau cukur, kemudian dia memandang Ahli Patologi dengan heran sambil bertanya, "Kalau mau kerjanya maksimal, peralatan harus diasah dulu. Kamu bahkan tak punya pisau cukur, mau jadi Ahli Patologi apaan kamu?"
Mulut Ahli Patologi cemberut, dia karena tidak punya, tapi masuk ke Mansion tidak boleh bawa pisau.
Saat Ahli Patologi hendak menjelaskan, sebuah belati disodorkan ke depan Saskia.
Di atas sarung belati ini terukir naga dan burung phoenix, tampak mewah. Sekilas bisa dilihat harganya itu pasti mahal. Dari sarung pedang yang indah ini, Saskia melihat lurus keatas, kemudian melihat wajah yang menjijikkan.
Ternyata itu adalah pangeran kedua Sandy.
“Pakai punyaku!” Suara Sandy sederhana dan lembut, tapi Saskia malah merinding saat mendengarnya. Apa ada yang lebih menjijikkan dari orang munafik?
Saskia menjawab dengan nada dingin, "Lebih baik tidak menodai barang Pangeran Kedua."
Saskia bangkit, lalu berjalan ke tepi kolam teratai untuk cari batu yang lebih tajam, dia meninggalkan Sandy sendiri menyimpan kembali belati dengan ekspresi tegas.
Saskia mengambil batu, lalu kembali ke sisi mayat. Dia dengan terampil mengikis rambut mayat itu.
Setelah rambut dicukur, semua orang bisa melihat dengan jelas ada bintik merah di kulit kepala pucat.
Bagaimanapun juga, Angga Aldi adalah Gubernur Kota Barat dan sudah pernah banyak melihat kasus pembunuhan. Saat melihat bintik merah ini, dia berkata, "Sepertinya ada sesuatu yang tusuk ke dalam?"
Saskia menganggukkan kepala sambil berkata, "Benar, ini adalah cedera fatal." Selesai bicara, Saskia menggunakan batu tajam untuk menggali ke dalam kepala mayat. Teknik kejam dan adegan berdarah ini membuat kulit kepala semua orang mati rasa.
Saskia juga sangat tidak berdaya, dia tidak punya peralatan apapun, kalau mau keluarkan senjata pembunuh, hanya bisa menggunakan metode jijik.
Setelah mengikis lapisan atas daging di kulit kepala, Saskia akhirnya melihat bagian kecil tengkorak tempat tusukan jarum. Saskia berusaha mencabutinya, tapi tidak bisa.
Saskia hanya bisa berbalik dan melihat ke arah Feri yang sedang menulis, matanya yang besar berkedip membuat hati Feri bingung.
Feri segera berdiri sambil berkata, “Biarkan aku membantu nona.” Feri datang ke depan mayat itu, lalu memutar ekor jarum dan perlahan menarik keluar jarum perak itu!
Di sekitar terdengar suara muntahan, tetapi Saskia menutup telinga, dia hanya menunjukkan jarum perak kepada Angga Aldi, "Tuan, ini senjata pembunuhnya."
Angga Aldi menjulurkan kepala, lalu melihatnya dengan hati-hati sambil berkata, "Sepertinya ini jarum perak akupuntur yang digunakan oleh tabib. Eh...sepertinya agak sedikit panjang."
Begitu mendengar kata-kata ini, Tery terkejut dan berkata, "Ini sudah benar, Saskia, bukannya kamu bilang kamu itu adalah seorang tabib? Senjata pembunuh ini adalah jarum perak yang biasa tabib gunakan, kamu masih mau bantah apa lagi? Hmmp, kupikir kamu punya kemampuan, ternyata kamu menjebak dirimu sendiri, beanr-benar konyol sekali!"
Saskia terus memeriksa mayat sambil bicara, "Kalau mau tahu siapa pembunuhnya, factor pentingnya adalah cari tahu penyebab kematiannya."
Gubernur Kota Barat , Angga Aldi menganggukkan kepala, dia sepenuhnya setuju dengan pernyataan Saskia.
Tepat saat Tery ingin memarahinya lagi, kedua tangan Saskia di kepala mayat berhenti sesaat, lalu berkata, "Sudah ketemu!"
Sudah ketemu? Ketemu apa?
Angga Aldi dan Ahli Patologi datang mendekat dengan penasaran, dan para pangeran pemberani juga berkumpul di sekitar, semua orang sangat penasaran.
Saskia mengulurkan tangan, tanpa memandang Ahli Patologi, dia langsung berkata, "Pisau cukur."
Ahli Patologi tertegun, tidak tahu harus bagaimana bereaksi. Saskia menunggu dan tidak ada pisau cukur, kemudian dia memandang Ahli Patologi dengan heran sambil bertanya, "Kalau mau kerjanya maksimal, peralatan harus diasah dulu. Kamu bahkan tak punya pisau cukur, mau jadi Ahli Patologi apaan kamu?"
Mulut Ahli Patologi cemberut, dia karena tidak punya, tapi masuk ke Mansion tidak boleh bawa pisau.
Saat Ahli Patologi hendak menjelaskan, sebuah belati disodorkan ke depan Saskia.
Di atas sarung belati ini terukir naga dan burung phoenix, tampak mewah. Sekilas bisa dilihat harganya itu pasti mahal. Dari sarung pedang yang indah ini, Saskia melihat lurus keatas, kemudian melihat wajah yang menjijikkan.
Ternyata itu adalah pangeran kedua Sandy.
“Pakai punyaku!” Suara Sandy sederhana dan lembut, tapi Saskia malah merinding saat mendengarnya. Apa ada yang lebih menjijikkan dari orang munafik?
Saskia menjawab dengan nada dingin, "Lebih baik tidak menodai barang Pangeran Kedua."
Saskia bangkit, lalu berjalan ke tepi kolam teratai untuk cari batu yang lebih tajam, dia meninggalkan Sandy sendiri menyimpan kembali belati dengan ekspresi tegas.
Saskia mengambil batu, lalu kembali ke sisi mayat. Dia dengan terampil mengikis rambut mayat itu.
Setelah rambut dicukur, semua orang bisa melihat dengan jelas ada bintik merah di kulit kepala pucat.
Bagaimanapun juga, Angga Aldi adalah Gubernur Kota Barat dan sudah pernah banyak melihat kasus pembunuhan. Saat melihat bintik merah ini, dia berkata, "Sepertinya ada sesuatu yang tusuk ke dalam?"
Saskia menganggukkan kepala sambil berkata, "Benar, ini adalah cedera fatal." Selesai bicara, Saskia menggunakan batu tajam untuk menggali ke dalam kepala mayat. Teknik kejam dan adegan berdarah ini membuat kulit kepala semua orang mati rasa.
Saskia juga sangat tidak berdaya, dia tidak punya peralatan apapun, kalau mau keluarkan senjata pembunuh, hanya bisa menggunakan metode jijik.
Setelah mengikis lapisan atas daging di kulit kepala, Saskia akhirnya melihat bagian kecil tengkorak tempat tusukan jarum. Saskia berusaha mencabutinya, tapi tidak bisa.
Saskia hanya bisa berbalik dan melihat ke arah Feri yang sedang menulis, matanya yang besar berkedip membuat hati Feri bingung.
Feri segera berdiri sambil berkata, “Biarkan aku membantu nona.” Feri datang ke depan mayat itu, lalu memutar ekor jarum dan perlahan menarik keluar jarum perak itu!
Di sekitar terdengar suara muntahan, tetapi Saskia menutup telinga, dia hanya menunjukkan jarum perak kepada Angga Aldi, "Tuan, ini senjata pembunuhnya."
Angga Aldi menjulurkan kepala, lalu melihatnya dengan hati-hati sambil berkata, "Sepertinya ini jarum perak akupuntur yang digunakan oleh tabib. Eh...sepertinya agak sedikit panjang."
Begitu mendengar kata-kata ini, Tery terkejut dan berkata, "Ini sudah benar, Saskia, bukannya kamu bilang kamu itu adalah seorang tabib? Senjata pembunuh ini adalah jarum perak yang biasa tabib gunakan, kamu masih mau bantah apa lagi? Hmmp, kupikir kamu punya kemampuan, ternyata kamu menjebak dirimu sendiri, beanr-benar konyol sekali!"
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved