Bab 16 , Otopsi pribadi
by 墨千裳
11:33,Oct 10,2023
Sesudah mendapat izin dari Ratu, Saskia jalan ke arah mayat dan Ahli Patologi menatapnya dengan jijik, tampak jelas dia tidak senang karena Saskia sudah meragukan keterampilan kerjanya.
Saskia tidak mempedulikannya, dia mulai buka pakaian mayat itu.
Tapi pengawal ini tinggi dan besar ini agak berat, jadi agak kesulitan saat melepas pakaiannya
Saskia berhenti dan ingin meminta bantuan.
Sat melihat ini, Sena yang sedang berdiri di samping segera bersuara, "Rudi, pergi bantu Nona Herman."
Saat Rudi ingin maju, Saskia segera berkata, "Berhenti, kamu jangan kemari. Aku tidak mampu mengotori orang-orang Istana Pangeran Sakti."
Begitu dia mengucap kata-kata ini, Tery menghentakkan kaki lagi, sementara ekspresi Sena dan Putri Merryana tampak tegas.
Saskia melirik sekilas orang-orang di sekitarnya dan pada akhirnya tatapan matanya tertuju pada Feri, pengawalnya Raja Ariel. Kakak pengawal ini barusan menghentikan Herman dua kali, tampaknya dia adalah orang yang baik.
Saskia senyum sambil berbicara, "Kakak pengawal, bisa bantu aku?"
Feri tertegun dan tanpa sadar langsung menatap Raja Ariel.
Raja Ariel memejamkan mata, tampaknya setuju.
Feri segera melangkah maju dan bertanya, " Nona Herman mau aku bantu apa?"
Saskia berbicara, "Buka bajunya, buka semuanya."
“Buka semuanya?!” Feri berseru.
"Uh..." Otopsi tentu harus lepas semuanya, tapi mempertimbangkan orang-orang disekitar, Saskia berkata lagi, "Sisakan celana dalam saja."
Feri menghela napas lega, kemudian dia dengan cepat melepas semua pakaian mayat itu.
Kemudian Saskia bicara lagi, "Aku juga mau minta kakak pengawal bantu catat kata-kata yang aku ucapkan nanti."
Feri memandang Raja Ariel lagi dan Raja Ariel berkata, "Siapkan alat tulisnya." Ini berarti setuju.
Feri berdiri di depan meja sambil memegang pena dan kertas, dia menunggu Saskia bicara.
Saskia menghela nafas. Dia bukan ahli otopsi profesional. Untungnya, di kehidupan sebelumnya dia punya sahabat seorang dokter forensic, jadi dia juga belajar beberapa dasar-dasar saat mengamati racun mayat.
Dan dasar-dasar ini harusnya bisa mengatasi situasi sekarang ini.
Saskia memejamkan mata dan setelah beberapa saat dia membuka mata lagi. Seperti orang yang berbeda, wajahnya tidak berekspresi, matanya cerah, gerakannya sangat lancar dan kata-katanya singkat.
Tanpa sadar, semua orang mulai mengikuti ritmenya.
“Mayat pria, tinggi badan lima kaki enam inci, berbadan tegap, ada sedikit luka memar di permukaan tubuh, tidak fatal, tidak ada luka luar yang jelas dan penyebab kematian bukan karena luka luar."
Saskia memeriksa mulut dan hidung pria itu, lalu berkata, "Mulut tidak ada endapan, bagian perut tidak ada penumpukan air saat ditekan dan bola mata tidak ada pemupukan darah, bukan mati tenggelam."
Bukan mati tenggelam?
Semua orang memandang Ahli Patologi dan mulut Ahli Patologi menggerutu, ingin mengatakan sesuatu untuk bela diri, tetapi Saskia terus berbicara.
"Bibir pucat, warna mulut normal, warna kuku pucat, tidak ada tanda-tanda keracunan, bukan mati keracunan."
Bicara sampai di sini, Ahli Patologi tidak bisa lagi menahan emosi, dia berkata dengan marah, "Itu bukan trauma, tenggelam, atau keracunan. Jadi bagaimana dia bisa mati? Apakah dia takut setengah mati?"
Saskia tidak merasa Ahli Patologi sedang berdebat dengannya, dia saat ini sedang fokus kerja dan Ahli Patologi tampaknya dianggap seperti rekan kerja.
Saskia menjawab dengan serius dan tenang, "Tingkat pelebaran pupil sesuai dengan waktu kematian, tapi tidak terlalu lebar dan warna bola mata normal, harusnya bukan mati ketakutan. Kalau mau tahu apakah dia mati ketakutan atau bukan, maka aku perlu membedah tubuhnya, lihat kondisi hati dan kantong empedunya.”
Be...bedah? !
Wajah Ahli Patologi jadi pucat dan semua orang tidak tahan mual. Ini... kata-kata Saskia ini seperti ingin membuat orang mati terkejut!
Saskia tidak mempedulikannya, dia mulai buka pakaian mayat itu.
Tapi pengawal ini tinggi dan besar ini agak berat, jadi agak kesulitan saat melepas pakaiannya
Saskia berhenti dan ingin meminta bantuan.
Sat melihat ini, Sena yang sedang berdiri di samping segera bersuara, "Rudi, pergi bantu Nona Herman."
Saat Rudi ingin maju, Saskia segera berkata, "Berhenti, kamu jangan kemari. Aku tidak mampu mengotori orang-orang Istana Pangeran Sakti."
Begitu dia mengucap kata-kata ini, Tery menghentakkan kaki lagi, sementara ekspresi Sena dan Putri Merryana tampak tegas.
Saskia melirik sekilas orang-orang di sekitarnya dan pada akhirnya tatapan matanya tertuju pada Feri, pengawalnya Raja Ariel. Kakak pengawal ini barusan menghentikan Herman dua kali, tampaknya dia adalah orang yang baik.
Saskia senyum sambil berbicara, "Kakak pengawal, bisa bantu aku?"
Feri tertegun dan tanpa sadar langsung menatap Raja Ariel.
Raja Ariel memejamkan mata, tampaknya setuju.
Feri segera melangkah maju dan bertanya, " Nona Herman mau aku bantu apa?"
Saskia berbicara, "Buka bajunya, buka semuanya."
“Buka semuanya?!” Feri berseru.
"Uh..." Otopsi tentu harus lepas semuanya, tapi mempertimbangkan orang-orang disekitar, Saskia berkata lagi, "Sisakan celana dalam saja."
Feri menghela napas lega, kemudian dia dengan cepat melepas semua pakaian mayat itu.
Kemudian Saskia bicara lagi, "Aku juga mau minta kakak pengawal bantu catat kata-kata yang aku ucapkan nanti."
Feri memandang Raja Ariel lagi dan Raja Ariel berkata, "Siapkan alat tulisnya." Ini berarti setuju.
Feri berdiri di depan meja sambil memegang pena dan kertas, dia menunggu Saskia bicara.
Saskia menghela nafas. Dia bukan ahli otopsi profesional. Untungnya, di kehidupan sebelumnya dia punya sahabat seorang dokter forensic, jadi dia juga belajar beberapa dasar-dasar saat mengamati racun mayat.
Dan dasar-dasar ini harusnya bisa mengatasi situasi sekarang ini.
Saskia memejamkan mata dan setelah beberapa saat dia membuka mata lagi. Seperti orang yang berbeda, wajahnya tidak berekspresi, matanya cerah, gerakannya sangat lancar dan kata-katanya singkat.
Tanpa sadar, semua orang mulai mengikuti ritmenya.
“Mayat pria, tinggi badan lima kaki enam inci, berbadan tegap, ada sedikit luka memar di permukaan tubuh, tidak fatal, tidak ada luka luar yang jelas dan penyebab kematian bukan karena luka luar."
Saskia memeriksa mulut dan hidung pria itu, lalu berkata, "Mulut tidak ada endapan, bagian perut tidak ada penumpukan air saat ditekan dan bola mata tidak ada pemupukan darah, bukan mati tenggelam."
Bukan mati tenggelam?
Semua orang memandang Ahli Patologi dan mulut Ahli Patologi menggerutu, ingin mengatakan sesuatu untuk bela diri, tetapi Saskia terus berbicara.
"Bibir pucat, warna mulut normal, warna kuku pucat, tidak ada tanda-tanda keracunan, bukan mati keracunan."
Bicara sampai di sini, Ahli Patologi tidak bisa lagi menahan emosi, dia berkata dengan marah, "Itu bukan trauma, tenggelam, atau keracunan. Jadi bagaimana dia bisa mati? Apakah dia takut setengah mati?"
Saskia tidak merasa Ahli Patologi sedang berdebat dengannya, dia saat ini sedang fokus kerja dan Ahli Patologi tampaknya dianggap seperti rekan kerja.
Saskia menjawab dengan serius dan tenang, "Tingkat pelebaran pupil sesuai dengan waktu kematian, tapi tidak terlalu lebar dan warna bola mata normal, harusnya bukan mati ketakutan. Kalau mau tahu apakah dia mati ketakutan atau bukan, maka aku perlu membedah tubuhnya, lihat kondisi hati dan kantong empedunya.”
Be...bedah? !
Wajah Ahli Patologi jadi pucat dan semua orang tidak tahan mual. Ini... kata-kata Saskia ini seperti ingin membuat orang mati terkejut!
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved