Bab 3 Para dukun sedang berkuasa
by Denava
13:02,Oct 09,2023
"Apa yang kamu inginkan, sampah?"
Sebelum Arton bergegas maju, dia ditarik kembali oleh seorang pemuda kuat yang seumuran dengannya.
Namanya Rendy Wu, seorang juara Kickboxing professional, putra tertua dari paman kedua Tony. Dia menunjuk ke arah Arton dan berkata dengan marah, "Dokter Dewa Lin sedang melakukan perawatan pada kakek. Jika kamu berani mengganggunya, aku akan memotongmu sekarang juga..."
Namun, Arton sangat responsif. Sebelum Rendy mengambil tindakan, dia mengambil tindakan lebih dulu, dia mendorong Rendy dengan ringan. Akibatnya, pria berbobot 80kg itu dengan mudah didorong tumbang oleh Arton dan terduduk di tanah. Dia meluncur keluar beberapa meter dan membentur dinding dengan keras sambil mengeluarkan erangan.
“Rendy.”
Bibi kedua Rina dengan cepat berlari mendekat dan menarik Rendy.
Semua orang di sana marah. Paman kedua Tony menunjuk ke arah Arton yang sedang tertegun sambil berkata, "Beraninya kamu memukul anakku?"
"Aku akan bertarung denganmu"
Bibi kedua Rina dengan marah bergegas mencakar Arton. Rendy juga bangkit dengan marah. Dia merasa dirinya barusan sudah terlalu ceroboh, makanya dia didorong jatuh oleh Arton. Dia kemudian maju dan meninju wajahnya.
Arton terbangun oleh pukulan itu dan saat melihat Rendy ingin meninjunya lagi, dia melotot dan mengangkat tangannya untuk menggenggam erat tinju Rendy.
"Kamu!"
Ekspresi Rendy berubah, tapi Arton mengabaikannya dan melepas tinjunya. Dia melangkah maju dan berteriak kepada Johan yang hendak memberikan akupunktur kepada Herry, "Kamu tidak bisa memberikan akupunktur Atasan pada Kakek Ye!"
"Hehe, kamu tahu tentang Jarum Atasan. Sepertinya kamu tidak sederhana juga. Kalau begitu katakan padaku, kenapa aku tidak boleh menggunakan Jarum Atasan?" Johan yang sudah mengeluarkan jarum perak, melirik ke arah Arton, lalu bertanya dengan nada menghina sambil tersenyum.
Karena ada orang datang memanfaatkan reputasinya sebagai dokter dewa secara gratis, sayang jika tidak dimanfaatkan.
“Kakek sedang sakit parah karena hepatitis. Kulitnya kuning seperti lilin, badannya kurus seperti tersisa tulang, perutnya kembung seperti bengkak dan di tulang rusuk kirinya sering mengalami rasa sakit yang tak tertahankan, dia sudah dalam kondisi kritis.
Ditambah lagi dia tiba-tiba mengalami infark serebral dan mengalami lebam di bagian belakang kepalanya. Aku tahu kamu menggunakan Jarum Atasan karena ingin menghilangkan rasa sakit kakek dan membangunkannya, tetapi apa kamu pernah berpikir bahwa Jarum Atasan akan menyebabkan dia tiba-tiba penyakit kritisnya kambuh tiba-tiba?” Arton berkata kepada Johan dengan ekspresi serius.
Jika membiarkan dia melakukan Jarum Atasan, Herry pasti akan berada dalam bahaya!
“Bocah, aku tahu kamu itu cucunya Martin Jiang.”
Johan memandang Arton, lalu menggelengkan kepalanya dan mencibir, "Tapi sayang sekali, kamu bukan Dokter Dewa Jiang, jadi jangan remehkan Jarum Atasan milikku, Johan."
"Pecundang, kamu masih tidak mau segera keluar, keterampilan medismu bisa dibandingkan dengan Dokter Dewa Lin? Kamu bahkan bisa salah resep obat, apa kamu saat ini benar-benar ingin membunuh kakekmu?" Lysa mendorong Arton, lalu menunjuk ke hidungnya dan mengumpat.
“Benar, Dokter Dewa Johan adalah dokter dewa yang terkenal di bidang pengobatan tradisional di Kota Tamara. Kamu juga harus lihat dulu kamu itu siapa, pergi. Jangan buat malu di sini. "
"Cepat pergi, pecundang yang hanya tahu mengandalkan wanita untuk hidup."
Untuk sesaat, Arton masih ingin mengatakan sesuatu, tetap hanya melihat tatapan dingin Shella dan berkata dengan nada dingin, "Demi kebaikan kakek, keluarlah sekarang!"
"Aku…."
“Aku apa aku, keluar, barusan kamu memukulku, aku belum menghitungnya…..”
Rendy maju dan meraih kerah Arton, lalu dengan paksa menyeretnya keluar dari ruang gawat darurat.
Johan terkekeh dua kali dan mulai melakukan perawatan Jarum Atasan pada pak tua itu.
Rendy menarik Arton keluar dan mendorongnya dengan keras ke dinding. Dia menekan lehernya dengan lengan kirinya dan berkata dengan tatapan tajam, "Arton, bukannya barusan kamu sangat hebat? Apa lagi yang bisa kamu lakukan selain mengandalkan wanita untuk hidup? Tsk, tsk, benar juga, lihat wajahmu ini……"
Rendy menepuk pipi lembut Arton yang tidak berekspresi dengan tangan kanannya, lalu mencibir, "Kamu benar-benar gigolo. Begini saja, kamu jangan bergantung pada adik sepupuku. Aku punya banyak kenalan wanita kaya, nanti aku akan memperkenalkan beberapa kepadamu, biarkan kamu lakukan akupunktur pada mereka, bagaimana…."
"Rendy, lepaskan aku. Kakek sedang sakit kritis sekarang. Jika Johan dibiarkan menggunakan Jarum Atasan, nyawa kakek akan dalam bahaya. "Arton melotot dan berkata dengan cemas kepada Rendy.
"Kamu sedang menakuti siapa? Apakah menurutmu Dokter Dewa Lin itu dokter abal-abal sepertimu?"
Rendy memberinya tatapan kosong, lalu segera mengangkat tinju dan mengayunkannya ke wajah Arton, "Barusan bukannya kamu berani mendorongku, sekarang aku akan membuatmu tahu apa itu juara Kickboxing profesional."
Tepat saat tinju besar Rendy menghantam dan hanya tersisa lima sentimeter di depannya, Arton melototinya, lalu mengangkat tangan meraih tinjunya, sambil mengerahkan sedikit kekuatan.
"Ah, kamu pecundang"
Rendy menjerit dan jatuh ke tanah dengan satu lutut. Tangan kanannya dipelintir oleh Arton dan hampir putus. Dia meratap kesakitan, seolah-olah seperti babi yang terbunuh.
Rendy terkejut, Arton yang biasanya pengecut dan tidak kompeten, dan kelihatan takut hingga tidak berani bergerak saat dia berteriak.
Namun sekarang, sikap pecundang ini begitu gigih, seolah-olah berubah jadi seseorang.
Dirinya adalah seorang juara kickboxing profesional, tetapi di depan Arton, dirinya bahkan tidak memiliki kekuatan untuk melawan. Hal ini membuat Rendy marah dan berteriak, "Brengsek, lepaskan aku. Jika punya kemampuan, bertarunglah denganku secara terbuka."
"Aku tidak punya waktu untuk bermain denganmu."
Arton tampak acuh tak acuh, dia mengayunkan tangan besarnya. dan Rendy terlempar keluar oleh kekuatannya. Dia berdiri dengan marah dan ingin segera meninju, tetapi Arton menoleh dan memelototinya sambil berkata dengan dingin, "Jika terjadi sesuatu pada kakek, aku tidak akan memaafkanmu!"
Rendy tiba-tiba menghentakkan kakinya, tinjunya tergantung di udara dan ekspresinya kosong. Melihat mata dingin Arton, hatinya benar-benar tertekan karena tatapan mata pecundang ini.
Jika membiarkan saudara-saudari di dalam tahu bahwa dia tidak bisa mengalahkan pecundang ini, mereka pasti akan menertawakan dirinya.
"Hei Dokter Dewa Lin, ada apa ini, pak tua kenapa…" Tiba-tiba terdengar teriakan panik dan cemas dari ruang gawat darurat.
"Gawat."
Arton merasa khawatir, dia buru-buru membuka pintu dan masuk.
Rendy juga bereaksi dan segera mengikutinya.
Mereka berdua masuk dan melihat ekspresi wajah Shella dan yang lainnya panik dan tidak berdaya.
Melihat pak tua di ranjang rumah sakit gemetar dan muntah darah, ekspresi Arton berubah drastis. Dia tahu teknik jarum Johan sudah memicu penyakit serius Herry.
"Tidak mungkin, ini tidak mungkin"
Wajah Johan sangat panik. Melihat situasi Herry saat ini, dia sangat tidak berdaya.
Tampak jelas, perkataan Arton memang benar, Jarum Atasan bisa memicu penyakit pak tua itu kambuh.
"Minggir"
Arton melangkah maju dan menarik Johan menjauh dengan ganas. Wajahnya penuh kecemasan dan tidak bisa lagi marah. Dia segera mengeluarkan jarum perak dari tubuh Herry, kemudian mengeluarkan jarum perak baru dan mendisinfeksinya dengan energy vitalitas, tatapan matanya serius menatap titik Tanzhong di dada Pak Tua.
Arton yang belum pernah melakukan akupunktur sebelumnya, hatinya merasa gugup, tetapi demi menyelamatkan Kakek Ye, dia siap untuk mencobanya…..
“Profesor Zhao sudah datang.”
“Arton, apa yang kamu lakukan? Jangan sentuh ayahku…..”
Lysa melangkah maju dan menarik Arton yang hendak memberi akupunktur pada Herry, lalu meminta Profesor Zhao dan dokter lainnya masuk.
Melihat nyawa Herry dalam bahaya, Profesor Zhao terkejut dan marah, "Siapa suruh kalian bertindak sembarangan? Kalian ingin orang tua itu mati lebih cepat?"
"Aku…."
Lysa, Lukman, Tony, Doni, Shella, Rendy dan lainnya ketakutan dan bingung.
Terutama dokter dewa Johan, wajahnya sangat panik dan mulutnya terus menggumamkan sesuatu. Dia tidak menyangka akupunturnya menyebabkan penyakit pak tua kambuh tiba-tiba.
“Keluar, semuanya keluar, cepat lakukan penyelamatan.”
Profesor Zhao marah dan meminta perawat dan dokter untuk segera mengusir semua orang. Arton juga diusir oleh dokter mereka. Melihat kakek di ranjang rumah sakit, Arton merasa cemas….
Lampu di ruang gawat darurat menyala lagi, Shella mereka berdiri di depan pintu. Mereka panik dan bingung. Jika terjadi sesuatu pada pak tua, mereka semua tidak bisa mengelak dari tanggung jawab.
Lysa marah dan segera meraih Johan dan mengumpat dengan marah, "Kamu dokter abal-abal, jika terjadi sesuatu pada ayahku, keluarga Ye kami tidak akan pernah melepaskanmu."
“A, aku tidak menyangka Jarum Atasan akan memicu penyakit serius padanya.”
"Kamu tidak menyangka? Bukannya kamu barusan berjanji untuk menyelamatkan pak tua? Sekarang kamu bilang kamu tidak menyangka. "Tony, Doni dan yang lainnya meraih Johan, lalu menamparnya karena marah.
“Jangan biarkan dia kabur. Jika terjadi sesuatu pada kakek, dia harus bertanggung jawab.”
Sesaat Johan langsung ditahan oleh Rendy dan lainnya. Shella, Lukman, Lysa, Tony dan lainnya berdiri di luar ruang gawat darurat, menunggu dengan cemas.
Beberapa saat kemudian, pintu ruang gawat darurat terbuka.
Profesor Zhao dan yang lainnya keluar dengan wajah muram. Shella dan yang lainnya segera maju dan bertanya cemas, "Profesor Zhao, Profesor Zhao, bagaimana kondisi kakekku?"
"Kalian, kalian sangat sembrono. Awalnya aku sudah membantu pak tua bertahan selama satu bulan agar kalian bisa kembali dan membuat persiapan, tetapi kalian malah….."
Sekarang takutnya pak tua tidak bisa bertahan sampai malam ini. Kalian harus kembali dan mengurus pemakaman." Profesor Zhao menunjuk ke arah Shella, Doni dan yang lainnya. Dia tampak sangat geram dan akhirnya pergi sambil menghela napas tak berdaya.
“Tidak, Profesor Zhao, tolong selamatkan pak tua.”
“Ayah, kamilah yang menyakitimu…..”
Untuk sesaat, Lysa menangis dan menjerit. Wajah Shella menjadi pucat, sebelum kembali tenang, dia langsung pingsan di tanah dan Lukman segera membantunya.
“Dokter abal-abal, kamulah yang membunuh kakekku, aku akan memukulmu sampai mati…..." Rendy sangat marah dan menjatuhkan Johan ke tanah dengan satu pukulan.
“Tidak boleh biarkan dia kabur. Dia harus bertanggung jawab atas kematian pak tua.”
Tony, Doni dan yang lainnya segera mengejar Johan hingga keluar untuk meminta penjelasan.
Hanya Arton yang tersisa di pintu ruang gawat darurat. Mendengar kata-kata Profesor Zhao barusan, wajahnya tampak sedih dan marah.
Tapi tiba-tiba matanya melebar, dia membuka pintu dan masuk. Melihat kakeknya terbaring di ranjang rumah sakit, Arton tampak tegas dan mengertakkan gigi, "Kakek Ye, aku tidak akan membiarkan kamu mati seperti ini! "
Sebelum Arton bergegas maju, dia ditarik kembali oleh seorang pemuda kuat yang seumuran dengannya.
Namanya Rendy Wu, seorang juara Kickboxing professional, putra tertua dari paman kedua Tony. Dia menunjuk ke arah Arton dan berkata dengan marah, "Dokter Dewa Lin sedang melakukan perawatan pada kakek. Jika kamu berani mengganggunya, aku akan memotongmu sekarang juga..."
Namun, Arton sangat responsif. Sebelum Rendy mengambil tindakan, dia mengambil tindakan lebih dulu, dia mendorong Rendy dengan ringan. Akibatnya, pria berbobot 80kg itu dengan mudah didorong tumbang oleh Arton dan terduduk di tanah. Dia meluncur keluar beberapa meter dan membentur dinding dengan keras sambil mengeluarkan erangan.
“Rendy.”
Bibi kedua Rina dengan cepat berlari mendekat dan menarik Rendy.
Semua orang di sana marah. Paman kedua Tony menunjuk ke arah Arton yang sedang tertegun sambil berkata, "Beraninya kamu memukul anakku?"
"Aku akan bertarung denganmu"
Bibi kedua Rina dengan marah bergegas mencakar Arton. Rendy juga bangkit dengan marah. Dia merasa dirinya barusan sudah terlalu ceroboh, makanya dia didorong jatuh oleh Arton. Dia kemudian maju dan meninju wajahnya.
Arton terbangun oleh pukulan itu dan saat melihat Rendy ingin meninjunya lagi, dia melotot dan mengangkat tangannya untuk menggenggam erat tinju Rendy.
"Kamu!"
Ekspresi Rendy berubah, tapi Arton mengabaikannya dan melepas tinjunya. Dia melangkah maju dan berteriak kepada Johan yang hendak memberikan akupunktur kepada Herry, "Kamu tidak bisa memberikan akupunktur Atasan pada Kakek Ye!"
"Hehe, kamu tahu tentang Jarum Atasan. Sepertinya kamu tidak sederhana juga. Kalau begitu katakan padaku, kenapa aku tidak boleh menggunakan Jarum Atasan?" Johan yang sudah mengeluarkan jarum perak, melirik ke arah Arton, lalu bertanya dengan nada menghina sambil tersenyum.
Karena ada orang datang memanfaatkan reputasinya sebagai dokter dewa secara gratis, sayang jika tidak dimanfaatkan.
“Kakek sedang sakit parah karena hepatitis. Kulitnya kuning seperti lilin, badannya kurus seperti tersisa tulang, perutnya kembung seperti bengkak dan di tulang rusuk kirinya sering mengalami rasa sakit yang tak tertahankan, dia sudah dalam kondisi kritis.
Ditambah lagi dia tiba-tiba mengalami infark serebral dan mengalami lebam di bagian belakang kepalanya. Aku tahu kamu menggunakan Jarum Atasan karena ingin menghilangkan rasa sakit kakek dan membangunkannya, tetapi apa kamu pernah berpikir bahwa Jarum Atasan akan menyebabkan dia tiba-tiba penyakit kritisnya kambuh tiba-tiba?” Arton berkata kepada Johan dengan ekspresi serius.
Jika membiarkan dia melakukan Jarum Atasan, Herry pasti akan berada dalam bahaya!
“Bocah, aku tahu kamu itu cucunya Martin Jiang.”
Johan memandang Arton, lalu menggelengkan kepalanya dan mencibir, "Tapi sayang sekali, kamu bukan Dokter Dewa Jiang, jadi jangan remehkan Jarum Atasan milikku, Johan."
"Pecundang, kamu masih tidak mau segera keluar, keterampilan medismu bisa dibandingkan dengan Dokter Dewa Lin? Kamu bahkan bisa salah resep obat, apa kamu saat ini benar-benar ingin membunuh kakekmu?" Lysa mendorong Arton, lalu menunjuk ke hidungnya dan mengumpat.
“Benar, Dokter Dewa Johan adalah dokter dewa yang terkenal di bidang pengobatan tradisional di Kota Tamara. Kamu juga harus lihat dulu kamu itu siapa, pergi. Jangan buat malu di sini. "
"Cepat pergi, pecundang yang hanya tahu mengandalkan wanita untuk hidup."
Untuk sesaat, Arton masih ingin mengatakan sesuatu, tetap hanya melihat tatapan dingin Shella dan berkata dengan nada dingin, "Demi kebaikan kakek, keluarlah sekarang!"
"Aku…."
“Aku apa aku, keluar, barusan kamu memukulku, aku belum menghitungnya…..”
Rendy maju dan meraih kerah Arton, lalu dengan paksa menyeretnya keluar dari ruang gawat darurat.
Johan terkekeh dua kali dan mulai melakukan perawatan Jarum Atasan pada pak tua itu.
Rendy menarik Arton keluar dan mendorongnya dengan keras ke dinding. Dia menekan lehernya dengan lengan kirinya dan berkata dengan tatapan tajam, "Arton, bukannya barusan kamu sangat hebat? Apa lagi yang bisa kamu lakukan selain mengandalkan wanita untuk hidup? Tsk, tsk, benar juga, lihat wajahmu ini……"
Rendy menepuk pipi lembut Arton yang tidak berekspresi dengan tangan kanannya, lalu mencibir, "Kamu benar-benar gigolo. Begini saja, kamu jangan bergantung pada adik sepupuku. Aku punya banyak kenalan wanita kaya, nanti aku akan memperkenalkan beberapa kepadamu, biarkan kamu lakukan akupunktur pada mereka, bagaimana…."
"Rendy, lepaskan aku. Kakek sedang sakit kritis sekarang. Jika Johan dibiarkan menggunakan Jarum Atasan, nyawa kakek akan dalam bahaya. "Arton melotot dan berkata dengan cemas kepada Rendy.
"Kamu sedang menakuti siapa? Apakah menurutmu Dokter Dewa Lin itu dokter abal-abal sepertimu?"
Rendy memberinya tatapan kosong, lalu segera mengangkat tinju dan mengayunkannya ke wajah Arton, "Barusan bukannya kamu berani mendorongku, sekarang aku akan membuatmu tahu apa itu juara Kickboxing profesional."
Tepat saat tinju besar Rendy menghantam dan hanya tersisa lima sentimeter di depannya, Arton melototinya, lalu mengangkat tangan meraih tinjunya, sambil mengerahkan sedikit kekuatan.
"Ah, kamu pecundang"
Rendy menjerit dan jatuh ke tanah dengan satu lutut. Tangan kanannya dipelintir oleh Arton dan hampir putus. Dia meratap kesakitan, seolah-olah seperti babi yang terbunuh.
Rendy terkejut, Arton yang biasanya pengecut dan tidak kompeten, dan kelihatan takut hingga tidak berani bergerak saat dia berteriak.
Namun sekarang, sikap pecundang ini begitu gigih, seolah-olah berubah jadi seseorang.
Dirinya adalah seorang juara kickboxing profesional, tetapi di depan Arton, dirinya bahkan tidak memiliki kekuatan untuk melawan. Hal ini membuat Rendy marah dan berteriak, "Brengsek, lepaskan aku. Jika punya kemampuan, bertarunglah denganku secara terbuka."
"Aku tidak punya waktu untuk bermain denganmu."
Arton tampak acuh tak acuh, dia mengayunkan tangan besarnya. dan Rendy terlempar keluar oleh kekuatannya. Dia berdiri dengan marah dan ingin segera meninju, tetapi Arton menoleh dan memelototinya sambil berkata dengan dingin, "Jika terjadi sesuatu pada kakek, aku tidak akan memaafkanmu!"
Rendy tiba-tiba menghentakkan kakinya, tinjunya tergantung di udara dan ekspresinya kosong. Melihat mata dingin Arton, hatinya benar-benar tertekan karena tatapan mata pecundang ini.
Jika membiarkan saudara-saudari di dalam tahu bahwa dia tidak bisa mengalahkan pecundang ini, mereka pasti akan menertawakan dirinya.
"Hei Dokter Dewa Lin, ada apa ini, pak tua kenapa…" Tiba-tiba terdengar teriakan panik dan cemas dari ruang gawat darurat.
"Gawat."
Arton merasa khawatir, dia buru-buru membuka pintu dan masuk.
Rendy juga bereaksi dan segera mengikutinya.
Mereka berdua masuk dan melihat ekspresi wajah Shella dan yang lainnya panik dan tidak berdaya.
Melihat pak tua di ranjang rumah sakit gemetar dan muntah darah, ekspresi Arton berubah drastis. Dia tahu teknik jarum Johan sudah memicu penyakit serius Herry.
"Tidak mungkin, ini tidak mungkin"
Wajah Johan sangat panik. Melihat situasi Herry saat ini, dia sangat tidak berdaya.
Tampak jelas, perkataan Arton memang benar, Jarum Atasan bisa memicu penyakit pak tua itu kambuh.
"Minggir"
Arton melangkah maju dan menarik Johan menjauh dengan ganas. Wajahnya penuh kecemasan dan tidak bisa lagi marah. Dia segera mengeluarkan jarum perak dari tubuh Herry, kemudian mengeluarkan jarum perak baru dan mendisinfeksinya dengan energy vitalitas, tatapan matanya serius menatap titik Tanzhong di dada Pak Tua.
Arton yang belum pernah melakukan akupunktur sebelumnya, hatinya merasa gugup, tetapi demi menyelamatkan Kakek Ye, dia siap untuk mencobanya…..
“Profesor Zhao sudah datang.”
“Arton, apa yang kamu lakukan? Jangan sentuh ayahku…..”
Lysa melangkah maju dan menarik Arton yang hendak memberi akupunktur pada Herry, lalu meminta Profesor Zhao dan dokter lainnya masuk.
Melihat nyawa Herry dalam bahaya, Profesor Zhao terkejut dan marah, "Siapa suruh kalian bertindak sembarangan? Kalian ingin orang tua itu mati lebih cepat?"
"Aku…."
Lysa, Lukman, Tony, Doni, Shella, Rendy dan lainnya ketakutan dan bingung.
Terutama dokter dewa Johan, wajahnya sangat panik dan mulutnya terus menggumamkan sesuatu. Dia tidak menyangka akupunturnya menyebabkan penyakit pak tua kambuh tiba-tiba.
“Keluar, semuanya keluar, cepat lakukan penyelamatan.”
Profesor Zhao marah dan meminta perawat dan dokter untuk segera mengusir semua orang. Arton juga diusir oleh dokter mereka. Melihat kakek di ranjang rumah sakit, Arton merasa cemas….
Lampu di ruang gawat darurat menyala lagi, Shella mereka berdiri di depan pintu. Mereka panik dan bingung. Jika terjadi sesuatu pada pak tua, mereka semua tidak bisa mengelak dari tanggung jawab.
Lysa marah dan segera meraih Johan dan mengumpat dengan marah, "Kamu dokter abal-abal, jika terjadi sesuatu pada ayahku, keluarga Ye kami tidak akan pernah melepaskanmu."
“A, aku tidak menyangka Jarum Atasan akan memicu penyakit serius padanya.”
"Kamu tidak menyangka? Bukannya kamu barusan berjanji untuk menyelamatkan pak tua? Sekarang kamu bilang kamu tidak menyangka. "Tony, Doni dan yang lainnya meraih Johan, lalu menamparnya karena marah.
“Jangan biarkan dia kabur. Jika terjadi sesuatu pada kakek, dia harus bertanggung jawab.”
Sesaat Johan langsung ditahan oleh Rendy dan lainnya. Shella, Lukman, Lysa, Tony dan lainnya berdiri di luar ruang gawat darurat, menunggu dengan cemas.
Beberapa saat kemudian, pintu ruang gawat darurat terbuka.
Profesor Zhao dan yang lainnya keluar dengan wajah muram. Shella dan yang lainnya segera maju dan bertanya cemas, "Profesor Zhao, Profesor Zhao, bagaimana kondisi kakekku?"
"Kalian, kalian sangat sembrono. Awalnya aku sudah membantu pak tua bertahan selama satu bulan agar kalian bisa kembali dan membuat persiapan, tetapi kalian malah….."
Sekarang takutnya pak tua tidak bisa bertahan sampai malam ini. Kalian harus kembali dan mengurus pemakaman." Profesor Zhao menunjuk ke arah Shella, Doni dan yang lainnya. Dia tampak sangat geram dan akhirnya pergi sambil menghela napas tak berdaya.
“Tidak, Profesor Zhao, tolong selamatkan pak tua.”
“Ayah, kamilah yang menyakitimu…..”
Untuk sesaat, Lysa menangis dan menjerit. Wajah Shella menjadi pucat, sebelum kembali tenang, dia langsung pingsan di tanah dan Lukman segera membantunya.
“Dokter abal-abal, kamulah yang membunuh kakekku, aku akan memukulmu sampai mati…..." Rendy sangat marah dan menjatuhkan Johan ke tanah dengan satu pukulan.
“Tidak boleh biarkan dia kabur. Dia harus bertanggung jawab atas kematian pak tua.”
Tony, Doni dan yang lainnya segera mengejar Johan hingga keluar untuk meminta penjelasan.
Hanya Arton yang tersisa di pintu ruang gawat darurat. Mendengar kata-kata Profesor Zhao barusan, wajahnya tampak sedih dan marah.
Tapi tiba-tiba matanya melebar, dia membuka pintu dan masuk. Melihat kakeknya terbaring di ranjang rumah sakit, Arton tampak tegas dan mengertakkan gigi, "Kakek Ye, aku tidak akan membiarkan kamu mati seperti ini! "
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved