Bab 2 Dokter Dewa Lin
by Denava
13:02,Oct 09,2023
Rumah Sakit Sahari adalah rumah sakit swasta kelas atas di Kota Tamara. Peralatan medis di sini semuanya adalah teknologi tercanggih lua negeri dan hanya sedikit orang yang mampu melakukan perawatan di sini.
Di luar ruang gawat darurat rumah sakit, sekelompok orang berkumpul, mereka semua menunggu dengan ekspresi cemas.
Barusan Herry, ketua Grup Ye, terjatuh di rumah karena mengalami infark otak dan sekarang dirawat di ruang gawat darurat.
Dan mereka yang berkumpul di luar semuanya adalah anggota keluarga Ye.
“Pak tua baik-baik saja, kenapa tiba-tiba mengalami infark otak dan terjatuh?”
Pembicara adalah seorang wanita berpakaian bagus berusia empat puluhan, dia adalah ibu mertua Arton, Lysa Ye.
Dan berdiri di sampingnya adalah seorang pria paruh baya dengan sosok langsing dan wajah anggun, namanya Lukman Zhang, dia adalah ayah Shella.
Namun yang menarik adalah Lukman ini juga merupakan menantu keluarga di rumah!
“Ayah, Bu, bagaimana kondisi kakek?”
Shella bergegas maju dan segera bertanya. Melihat lampu di pintu ruang gawat darurat masih menyala, dia merasa gugup dan khawatir, dia tahu kakek sedang sakit parah.
"Masih dalam penyelamatan, tidak tahu apakah pak tua kali ini bisa selamat atau tidak," Seorang pria paruh baya menghela napas dan menggelengkan kepalanya.
Saat Shella mendengar ini, hatinya tenggelam. Matanya menatap pria paruh baya dengan dingin, lalu berkata, "Paman kedua, bukannya aku sudah pesan padamu agar lebih perhatian pada kakek? Kenapa kakek tiba-tiba mengalami infark otak dan jatuh?"
“Shella, apa maksud perkataanmu ini? Apa kamu menuduhku tidak menjaga kakekmu?”
Tony memelototi Shella dengan marah, lalu berkata dengan dingin, "Kesehatan kakekmu memang tidak begitu baik dan sekarang dia mengalami infark otak, kami juga tidak berharap seperti ini."
"Iya benar. Mulut terus mengatakan peduli dengan kakekmu, tetapi tidak pernah lihat kamu mengunjunginya. "Bibi kedua, Rina Zhang melirik Shella sekilas. Mereka tidak ingin mengambil tanggung jawab ini.
"Aku…."
"Sudah, sudah, Shella, kurangi bicara. Sekarang kakekmu masih dalam penyelamatan. Ini adalah rumah sakit, suaranya jangan terlalu keras, nanti mengganggu dokter….. "Lukman segera melangkah maju menarik putrinya, dia tahu Shella sangat peduli dengan kakeknya.
"Pecundang ini, kenapa dia ke sini?"
Begitu Lysa melihat Arton masuk, dia langsung mendengus, "Bukannya ditabrak mobil? Kenapa tidak tertabrak sampai mati saja, jadi tidak banyak masalah."
Kemunculan Arton seketika membuat semua mata keluarga Ye yang hadir tertuju padanya. Penghinaan, sarkasme dan ketidakpedulian, seperti melihat anjing yang menyedihkan dan konyol.
Menghadapi segala macam sarkasme dan ejekan dari kerabat keluarga Ye, Arton terlihat sangat tenang.
Mungkin dia sudah lama terbiasa dengan wajah jahat orang-orang ini.
Terutama penampilan ibu mertuanya yang sinis dan kejam, ini merupakan contoh sempurna dari menopause. Arton bahkan malas menyapanya dan bertanya kepada ayah mertuanya Lukman, "Ayah, bagaimana kondisi kakek? "
"Masih dalam penyelamatan."
Mungkin karena sama-sama menantu di dalam keluarga, Lukman sangat menerima Arton, karena dia sudah mengalami semua kepahitan sebagai menantu keluarga.
Arton mengangguk dan tidak mempedulikan kerabat keluarga Ye di sekitar, dia bersiap untuk pergi ke samping dan duduk di kursi santai sambil menunggu.
Tetapi saat ini, pintu ruang gawat darurat terbuka, beberapa dokter dan perawat keluar. Shella dan yang lainnya langsung melangkah maju, menarik seorang dokter paruh baya dan bertanya dengan cemas, "Profesor Zhao, bagaimana kondisi kakekku?"
"Kali ini Pak tua tiba-tiba mengalami infark otak dan terjatuh dengan keras. Ditambah lagi, dia sedang sakit parah. Meski kondisinya sudah stabil, tapi…."
"Tapi apa? Profesor Zhao, tolong beritahu secepatnya….."
“Hei, sebaiknya kalian persiapkan mental. Aku akan berusaha menunda waktu Pak tua sebulan.”
Melihat Profesor Zhao dan yang lainnya menggelengkan kepala, wajah Shella menjadi pucat, langkah kakinya terhuyung dan dia langsung merosot ke kursi, tangan gioknya sedikit gemetar.
"Tidak mungkin, tidak mungkin, bagaimana ayahku bisa sakit kritis? Profesor Zhao, tolong pikirkan cara untuk selamatkan ayahku. "Lysa, Tony Ye dan anak-anak lainnya menarik Profesor Zhao, memohon dan berteriak.
Bahkan Arton yang berdiri di luar, pun merasa cemas saat mendengar bahwa pak tua hanya punya waktu satu bulan lagi, dan dia buru-buru masuk ke ruang gawat darurat.
"Apa yang kamu lakukan, sampah, cepat keluar dari sini! "Sebelum Arton masuk, dia ditangkap oleh Lysa dan diseret keluar.
Arton melototinya dan berkata, "Aku bisa menyelamatkan kakek."
"Hanya kamu?"
Lysa dan yang lainnya menunjuk ke arahnya dan mengutuk, "Kamu adalah seorang dokter medis tradisional yang lusuh, apa mungkin kamu bisa lebih hebat dari Profesor Zhao? Selain itu, terakhir kali kamu hampir membunuh orang lain setelah kamu meresepkan salah obat! Biarkan kamu merawatnya, apa kamu ingin dia mati lebih cepat?"
"Kalian semua, tolong berhenti berdebat. Aku sudah mengundang Dokter Dewa Johan Lin dari Balai Medis Husada. Dia bisa menyelamatkan pak tua. " Seorang pria paruh baya menarik seorang pria tua masuk ke dalam. Dia adalah paman ketiga Shella, Doni Ye.
Dokter yang dia undang adalah Johan Lin, pendiri Balai Medis Husada di komunitas pengobatan tradisional di Kota Tamara, tetapi dia dipanggil Dokter Dewa Lin oleh dunia luar!
"Kakak ketiga lebih bisa diandalkan, bahkan bisa mengundang Dokter Dewa Lin kemari." Melihat ini, Tony berkata dengan gembira.
Arton juga tercengang. Melihat Johan yang bertubuh pendek dan kurus serta tampak seperti dokter dewa, bagaimana mungkin dia tidak mengenali Johan, dokter dewa dari Balai Medis Husada?
Di bidang pengobatan tradisional di Kota Tamara, Johan juga merupakan seorang dokter terkenal di bidangnya. Dibandingkan dengannya, Arton tampaknya tidak ada apa-apanya.
"Minggir pecundang. Ayo Dokter Dewa Lin, masuk ke dalam."
Doni mendorong Arton dan mengundang Johan masuk dengan senyum hormat. Johan tentu bersikap angkuh, dia melirik Arton dengan jijik, lalu berjalan masuk ke ruang gawat darurat.
Shella, Lysa, Lukman, Tony dan anggota keluarga lainnya segera mengikuti.
Kemudian hanya melihat seorang pria berusia tujuh puluh tahun terbaring di ranjang rumah sakit. Dia berambut putih dan wajah yang tenang. Namun, wajahnya sekuning lilin, saat ini dia sangat pucat. Dia mengenakan masker oksigen dan jatuh koma.
Sekelompok orang masuk, memanggil ayah dan kakek. Arton juga mengikuti dan melihat kakek Herry di ranjang rumah sakit. Di seluruh keluarga Ye, hanya pak tua ini satu-satu orangnya yang menerimanya.
Melihat dia sekarang tampak tua dan sakit kritis, Arton merasa sangat tidak nyaman.
“Kalian semua harus tenang, biarkan aku lihat dulu…..”
Johan berjalan mendekat dan Doni memindahkan bangku ke tepi ranjang untuk dia duduk, kemudian segera meminta semua orang di sana diam agar tidak mengganggu dokter dewa dalam pemeriksaan denyut nadi.
Balai Medis Husada sudah mendapatkan pijakan di komunitas pengobatan tradisional Kota Tamara, ini menunjukkan bahwa Johan sendiri memiliki beberapa kemampuan.
Pengobatan tradisional memperhatikan penampilan, penciuman, permintaan dan perasaan. Dia memandang Herry beberapa kali, lalu menyatukan jari telunjuk, jari tengah dan jari manis, kemudian meletakkannya di pergelangan tangan pak tua dan mulai merasakan denyut nadinya.
Shella dan yang lainnya berdiri di sana, memperhatikan dengan cermat.
Denyut nadi ini sama lemahnya dengan udang yang berenang di air. Kedua kaki Pak Tua Ye menderita penyakit serius saat masih muda, dan nekrosis tulang, ada kaitannya dengan hati dan ginjal. Ginjal ini adalah fondasi dari bawaan lahir, mengontrol tulang dan memproduksi sumsum. Hati mengontrol tendon dan menyimpan darah." Johan merasakan denyut nadi sambil berbicara dengan sungguh-sungguh tentang kondisi pak tua.
Di samping, Shella, Lukman, Tony dan yang lainnya juga mendengarkan dengan seksama. Mereka tidak memahami seluk beluk pengobatan trandisional, tapi melihat ekspresi serius di wajah Dokter Dewa Lin, semua orang tidak bisa menahan perasaan khawatir.
Setelah Johan memeriksa denyut nadi, dia berbalik berhadapan dengan Shella, Doni dan yang lainnya sambil menghela napas, "Pak Tua Ye mengalami infark otak dan kali ini jatuh karena emosional batinnya. Ditambah dengan penyakitnya yang serius, memang waktunya hanya satu bulan…."
“Apa, Dokter Dewa Lin, kamu bahkan tidak ada solusi lain?” Mendengar kata-katanya, Shella dan yang lainnya merasa cemas, panik dan takut.
"Dokter Dewa Lin, aku tahu biaya konsultasimu dua miliar. Aku akan akan membayarmu dua kali lipat, kamu harus menyelamatkan pak tua kami. " Doni menarik Johan dan memohon, orang lain di sekitarnya juga berteriak akan menambahkan uang.
Saat Johan mendengar kata "uang", mata kecilnya berbinar.
“Haha, jangan panik semuanya.”
Johan berbalik, melambaikan tangannya ke Shella mereka di belakangnya, lalu mengambil kotak medis dan membukanya. Dia berkata sambil tersenyum, "Meskipun Pak Tua Ye sakit parah, untungnya kalian mengundangku kemari di waktu yang tepa. Jika tidak, Pak Tua Ye dalam masalah besar.
Jangan khawatir, aku sekarang akan memberinya beberapa suntikan untuk menstabilkan kondisinya dulu. Sedangkan untuk penyakit kedua kakinya yang parah, aku akan meresepkan obat lain hari dan obati secara perlahan dengan obat. Dalam waktu kurang dari sebulan, dia akan sembuh total. "
"Baik baik Dokter Dewa Lin, selama kamu bisa menyelamatkan pak tua, uang tidak menjadi masalah," Lysa, Doni dan yang lainnya berkata dengan penuh semangat.
Sekarang mereka sangat ingin memperpanjang umur pak tua selama beberapa tahun lagi.
Namun, Arton yang menonton diam-diam dari samping, dia melihat Johan mengeluarkan tiga jarum perak dan menusuk titik Tianling dan titik Shenyang Kakek.
"Jarum Atasan!"
Melihat teknik akupunktur Johan, mulut Arton bergumam meremehkannya. Tiba-tiba dia terkejut dan bergegas ke depan untuk menghentikannya, "Kamu tidak boleh menggunakan akupunktur ini pada kakek."
Di luar ruang gawat darurat rumah sakit, sekelompok orang berkumpul, mereka semua menunggu dengan ekspresi cemas.
Barusan Herry, ketua Grup Ye, terjatuh di rumah karena mengalami infark otak dan sekarang dirawat di ruang gawat darurat.
Dan mereka yang berkumpul di luar semuanya adalah anggota keluarga Ye.
“Pak tua baik-baik saja, kenapa tiba-tiba mengalami infark otak dan terjatuh?”
Pembicara adalah seorang wanita berpakaian bagus berusia empat puluhan, dia adalah ibu mertua Arton, Lysa Ye.
Dan berdiri di sampingnya adalah seorang pria paruh baya dengan sosok langsing dan wajah anggun, namanya Lukman Zhang, dia adalah ayah Shella.
Namun yang menarik adalah Lukman ini juga merupakan menantu keluarga di rumah!
“Ayah, Bu, bagaimana kondisi kakek?”
Shella bergegas maju dan segera bertanya. Melihat lampu di pintu ruang gawat darurat masih menyala, dia merasa gugup dan khawatir, dia tahu kakek sedang sakit parah.
"Masih dalam penyelamatan, tidak tahu apakah pak tua kali ini bisa selamat atau tidak," Seorang pria paruh baya menghela napas dan menggelengkan kepalanya.
Saat Shella mendengar ini, hatinya tenggelam. Matanya menatap pria paruh baya dengan dingin, lalu berkata, "Paman kedua, bukannya aku sudah pesan padamu agar lebih perhatian pada kakek? Kenapa kakek tiba-tiba mengalami infark otak dan jatuh?"
“Shella, apa maksud perkataanmu ini? Apa kamu menuduhku tidak menjaga kakekmu?”
Tony memelototi Shella dengan marah, lalu berkata dengan dingin, "Kesehatan kakekmu memang tidak begitu baik dan sekarang dia mengalami infark otak, kami juga tidak berharap seperti ini."
"Iya benar. Mulut terus mengatakan peduli dengan kakekmu, tetapi tidak pernah lihat kamu mengunjunginya. "Bibi kedua, Rina Zhang melirik Shella sekilas. Mereka tidak ingin mengambil tanggung jawab ini.
"Aku…."
"Sudah, sudah, Shella, kurangi bicara. Sekarang kakekmu masih dalam penyelamatan. Ini adalah rumah sakit, suaranya jangan terlalu keras, nanti mengganggu dokter….. "Lukman segera melangkah maju menarik putrinya, dia tahu Shella sangat peduli dengan kakeknya.
"Pecundang ini, kenapa dia ke sini?"
Begitu Lysa melihat Arton masuk, dia langsung mendengus, "Bukannya ditabrak mobil? Kenapa tidak tertabrak sampai mati saja, jadi tidak banyak masalah."
Kemunculan Arton seketika membuat semua mata keluarga Ye yang hadir tertuju padanya. Penghinaan, sarkasme dan ketidakpedulian, seperti melihat anjing yang menyedihkan dan konyol.
Menghadapi segala macam sarkasme dan ejekan dari kerabat keluarga Ye, Arton terlihat sangat tenang.
Mungkin dia sudah lama terbiasa dengan wajah jahat orang-orang ini.
Terutama penampilan ibu mertuanya yang sinis dan kejam, ini merupakan contoh sempurna dari menopause. Arton bahkan malas menyapanya dan bertanya kepada ayah mertuanya Lukman, "Ayah, bagaimana kondisi kakek? "
"Masih dalam penyelamatan."
Mungkin karena sama-sama menantu di dalam keluarga, Lukman sangat menerima Arton, karena dia sudah mengalami semua kepahitan sebagai menantu keluarga.
Arton mengangguk dan tidak mempedulikan kerabat keluarga Ye di sekitar, dia bersiap untuk pergi ke samping dan duduk di kursi santai sambil menunggu.
Tetapi saat ini, pintu ruang gawat darurat terbuka, beberapa dokter dan perawat keluar. Shella dan yang lainnya langsung melangkah maju, menarik seorang dokter paruh baya dan bertanya dengan cemas, "Profesor Zhao, bagaimana kondisi kakekku?"
"Kali ini Pak tua tiba-tiba mengalami infark otak dan terjatuh dengan keras. Ditambah lagi, dia sedang sakit parah. Meski kondisinya sudah stabil, tapi…."
"Tapi apa? Profesor Zhao, tolong beritahu secepatnya….."
“Hei, sebaiknya kalian persiapkan mental. Aku akan berusaha menunda waktu Pak tua sebulan.”
Melihat Profesor Zhao dan yang lainnya menggelengkan kepala, wajah Shella menjadi pucat, langkah kakinya terhuyung dan dia langsung merosot ke kursi, tangan gioknya sedikit gemetar.
"Tidak mungkin, tidak mungkin, bagaimana ayahku bisa sakit kritis? Profesor Zhao, tolong pikirkan cara untuk selamatkan ayahku. "Lysa, Tony Ye dan anak-anak lainnya menarik Profesor Zhao, memohon dan berteriak.
Bahkan Arton yang berdiri di luar, pun merasa cemas saat mendengar bahwa pak tua hanya punya waktu satu bulan lagi, dan dia buru-buru masuk ke ruang gawat darurat.
"Apa yang kamu lakukan, sampah, cepat keluar dari sini! "Sebelum Arton masuk, dia ditangkap oleh Lysa dan diseret keluar.
Arton melototinya dan berkata, "Aku bisa menyelamatkan kakek."
"Hanya kamu?"
Lysa dan yang lainnya menunjuk ke arahnya dan mengutuk, "Kamu adalah seorang dokter medis tradisional yang lusuh, apa mungkin kamu bisa lebih hebat dari Profesor Zhao? Selain itu, terakhir kali kamu hampir membunuh orang lain setelah kamu meresepkan salah obat! Biarkan kamu merawatnya, apa kamu ingin dia mati lebih cepat?"
"Kalian semua, tolong berhenti berdebat. Aku sudah mengundang Dokter Dewa Johan Lin dari Balai Medis Husada. Dia bisa menyelamatkan pak tua. " Seorang pria paruh baya menarik seorang pria tua masuk ke dalam. Dia adalah paman ketiga Shella, Doni Ye.
Dokter yang dia undang adalah Johan Lin, pendiri Balai Medis Husada di komunitas pengobatan tradisional di Kota Tamara, tetapi dia dipanggil Dokter Dewa Lin oleh dunia luar!
"Kakak ketiga lebih bisa diandalkan, bahkan bisa mengundang Dokter Dewa Lin kemari." Melihat ini, Tony berkata dengan gembira.
Arton juga tercengang. Melihat Johan yang bertubuh pendek dan kurus serta tampak seperti dokter dewa, bagaimana mungkin dia tidak mengenali Johan, dokter dewa dari Balai Medis Husada?
Di bidang pengobatan tradisional di Kota Tamara, Johan juga merupakan seorang dokter terkenal di bidangnya. Dibandingkan dengannya, Arton tampaknya tidak ada apa-apanya.
"Minggir pecundang. Ayo Dokter Dewa Lin, masuk ke dalam."
Doni mendorong Arton dan mengundang Johan masuk dengan senyum hormat. Johan tentu bersikap angkuh, dia melirik Arton dengan jijik, lalu berjalan masuk ke ruang gawat darurat.
Shella, Lysa, Lukman, Tony dan anggota keluarga lainnya segera mengikuti.
Kemudian hanya melihat seorang pria berusia tujuh puluh tahun terbaring di ranjang rumah sakit. Dia berambut putih dan wajah yang tenang. Namun, wajahnya sekuning lilin, saat ini dia sangat pucat. Dia mengenakan masker oksigen dan jatuh koma.
Sekelompok orang masuk, memanggil ayah dan kakek. Arton juga mengikuti dan melihat kakek Herry di ranjang rumah sakit. Di seluruh keluarga Ye, hanya pak tua ini satu-satu orangnya yang menerimanya.
Melihat dia sekarang tampak tua dan sakit kritis, Arton merasa sangat tidak nyaman.
“Kalian semua harus tenang, biarkan aku lihat dulu…..”
Johan berjalan mendekat dan Doni memindahkan bangku ke tepi ranjang untuk dia duduk, kemudian segera meminta semua orang di sana diam agar tidak mengganggu dokter dewa dalam pemeriksaan denyut nadi.
Balai Medis Husada sudah mendapatkan pijakan di komunitas pengobatan tradisional Kota Tamara, ini menunjukkan bahwa Johan sendiri memiliki beberapa kemampuan.
Pengobatan tradisional memperhatikan penampilan, penciuman, permintaan dan perasaan. Dia memandang Herry beberapa kali, lalu menyatukan jari telunjuk, jari tengah dan jari manis, kemudian meletakkannya di pergelangan tangan pak tua dan mulai merasakan denyut nadinya.
Shella dan yang lainnya berdiri di sana, memperhatikan dengan cermat.
Denyut nadi ini sama lemahnya dengan udang yang berenang di air. Kedua kaki Pak Tua Ye menderita penyakit serius saat masih muda, dan nekrosis tulang, ada kaitannya dengan hati dan ginjal. Ginjal ini adalah fondasi dari bawaan lahir, mengontrol tulang dan memproduksi sumsum. Hati mengontrol tendon dan menyimpan darah." Johan merasakan denyut nadi sambil berbicara dengan sungguh-sungguh tentang kondisi pak tua.
Di samping, Shella, Lukman, Tony dan yang lainnya juga mendengarkan dengan seksama. Mereka tidak memahami seluk beluk pengobatan trandisional, tapi melihat ekspresi serius di wajah Dokter Dewa Lin, semua orang tidak bisa menahan perasaan khawatir.
Setelah Johan memeriksa denyut nadi, dia berbalik berhadapan dengan Shella, Doni dan yang lainnya sambil menghela napas, "Pak Tua Ye mengalami infark otak dan kali ini jatuh karena emosional batinnya. Ditambah dengan penyakitnya yang serius, memang waktunya hanya satu bulan…."
“Apa, Dokter Dewa Lin, kamu bahkan tidak ada solusi lain?” Mendengar kata-katanya, Shella dan yang lainnya merasa cemas, panik dan takut.
"Dokter Dewa Lin, aku tahu biaya konsultasimu dua miliar. Aku akan akan membayarmu dua kali lipat, kamu harus menyelamatkan pak tua kami. " Doni menarik Johan dan memohon, orang lain di sekitarnya juga berteriak akan menambahkan uang.
Saat Johan mendengar kata "uang", mata kecilnya berbinar.
“Haha, jangan panik semuanya.”
Johan berbalik, melambaikan tangannya ke Shella mereka di belakangnya, lalu mengambil kotak medis dan membukanya. Dia berkata sambil tersenyum, "Meskipun Pak Tua Ye sakit parah, untungnya kalian mengundangku kemari di waktu yang tepa. Jika tidak, Pak Tua Ye dalam masalah besar.
Jangan khawatir, aku sekarang akan memberinya beberapa suntikan untuk menstabilkan kondisinya dulu. Sedangkan untuk penyakit kedua kakinya yang parah, aku akan meresepkan obat lain hari dan obati secara perlahan dengan obat. Dalam waktu kurang dari sebulan, dia akan sembuh total. "
"Baik baik Dokter Dewa Lin, selama kamu bisa menyelamatkan pak tua, uang tidak menjadi masalah," Lysa, Doni dan yang lainnya berkata dengan penuh semangat.
Sekarang mereka sangat ingin memperpanjang umur pak tua selama beberapa tahun lagi.
Namun, Arton yang menonton diam-diam dari samping, dia melihat Johan mengeluarkan tiga jarum perak dan menusuk titik Tianling dan titik Shenyang Kakek.
"Jarum Atasan!"
Melihat teknik akupunktur Johan, mulut Arton bergumam meremehkannya. Tiba-tiba dia terkejut dan bergegas ke depan untuk menghentikannya, "Kamu tidak boleh menggunakan akupunktur ini pada kakek."
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved