chapter 6 Bidang pemurnian sumsum
by Yordy Gu
17:09,Sep 27,2023
Menekan kegembiraan di hatinya, Bastian merenung sejenak, kemudian mengangkat alisnya dan berkata pada dirinya sendiri, "Wiruk dalam pikiranku mungkin punya kemampuan yang lebih dari efek ini."
Bastian belum mengetahui rahasia Wiruk, tetapi dia yakin cepat atau lambat dia akan mengetahuinya.
Tanpa berpikir panjang, Bastian segera menutup matanya dan menyelam ke dalam benaknya, dengan gembira merasakan energi murni mengalir ke titik pusat energinya.
Energi murni dalam titik pusat energinya telah berkembang pesat, bahkan jejak energi murni terlihat samar-samar melewati tulang dan memasuki sumsum tulangnya.
Melihat situasi ini, Bastian merasa senang. Alam pemurnian tubuh dibagi menjadi sembilan tingkat. Tingkat keempat adalah pemurnian tulang dan tingkat kelima adalah pemurnian sumsum. Tanda memasuki alam pemurnian tubuh tingkat kelima adalah masuknya energi murni ke dalam sumsum!
"Kalau begini, aku bisa dianggap sebagai seorang pejuang yang sudah setengah memasuki Alam Pemurnian Tubuh tingkat kelima. Mungkin ... aku bisa menerobos Alam Pemurnian Tubuh tingkat kelima malam ini!"
Memikirkan hal ini, Bastian melirik botol cairan pembentuk esensi lain yang berada di sebelahnya. Tiba-tiba dia menarik napas dalam-dalam, mengambil botol cairan pembentuk esensi lainnya dengan ekspresi gembira membuka mulutnya dan meneguk semuanya.
Kemudian, dia duduk bersila, matanya sedikit terpejam dan tidak bergerak.
Menit demi menit pun berlalu.
Setengah jam kemudian.
Bastian, yang sedang duduk bersila di tempat tidur, tiba-tiba memacarkan momentum yang dahsyat. Energi murni yang lebih lembut dari sebelumnya melonjak keluar dari tubuhnya dan berubah menjadi kabut yang sangat banyak, menyelimuti seluruh ruangan seperti lautan awan.
Selain itu, sejumlah besar zat hitam dikeluarkan dari kulitnya dan ada semacam rasa gatal yang menyakitkan hingga ke inti, seperti semut yang menggigit sumsum tulang sedang keluar, membuat ekspresinya sedikit berubah.
Setelah beberapa saat, Bastian tiba-tiba membuka matanya, membuka mulutnya dan berteriak keras, seolah-olah ingin melepaskan kegembiraan di hatinya.
"Aku berhasil menerobos alam pemurnian tubuh tingkat kelima, alam pemurnian sumsum!"
Bastian berkata dengan gembira pada dirinya sendiri, "Pada tingkat kultivasiku ini, bahkan seorang murid dengan bakat kultivasi terbaik akan membutuhkan setidaknya satu atau dua bulan untuk maju ke tingkat kultivasi pertama, tapi aku hanya butuh tiga hari untuk maju ke tingkat pertama. Dua tingkat berturut-turut. Kalau mereka tahu tentang kecepatan kultivasiku, mereka pasti akan sangat terkejut.”
Bastian sedang dalam suasana hati yang gembira, dia pergi ke halaman dan mandi air dingin, lalu kembali ke gubuk dan tidur dengan nyenyak.
Keesokan harinya.
Bastian bangun pagi-pagi, memasukkan beberapa perbekalan yang diperlukan ke dalam tasnya dan berjalan menuju pasar di kaki gunung.
Awalnya, hari ini Bastian berencana pergi ke aula misi untuk menerima misi dan mendapatkan poin kontribusi, tetapi setelah dia tahu Wiruk di pikirannya bisa memurnikan esensi ramuan, dia tidak akan menyia-nyiakan kemampuan ini, jadi Bastian merubah pikirannya dan tidak pergi ke sana dahulu. Bastian pergi ke pasar dan membeli beberapa ramuan untuk memperkuat fondasi dan keterampilan tambahan untuk meningkatkan kultivasinya.
"Untung saja aku dapat tiga ratus batu roh tingkat rendah dari Felix dan yang lainnya. Kalau tidak, aku mungkin tidak punya batu roh untuk membeli pil obat,” pikir Bastian dalam hati dan mempercepat langkahnya.
…
Pada saat yang bersamaan.
Di perpustakaan di tengah gunung, dengan mata sedikit tertutup, pria tua berjubah putih yang menjaga perpustakaan tiba-tiba membuka matanya dan menatap seorang gadis berusia empat belas atau lima tahun di hadapannya dengan senyuman tipis.
Namun, gadis itu terlihat marah dan memegang pedang di tangannya. Melihat pria tua berjubah putih itu menoleh dengan senyuman tipis, dia cemberut dan berkata dengan sedih, "Kakek Kedua, aku tidak mau berlatih ilmu pedang ini lagi!"
"Haha, Zuna, menurutku pedang rantai bintang tujuh ini sangat bagus. Kenapa kamu tidak mau mempraktikkannya?" ucap pria tua berjubah putih itu sambil tertawa terbahak-bahak saat melihat tampang gadis itu yang imut dan sedih.
"Kakek Kedua, kamu saja belum pernah mempelajarinya. Kamu tidak tahu betapa sulitnya mempelajari teknik pedang ini. Aku sudah belajar dan berlatih keras setiap hari selama lebih dari setengah bulan, tapi aku tidak bisa menguasi teknik yang ketujuh. Aku tidak yakin teknik ini memang bisa dipelajari." Zuna mendengus tidak puas dan berkata dengan marah.
Setengah bulan yang lalu, pria tua berjubah putih menyerahkan Pedang Tujuh Bintang kepada gadis itu. Bakat seni bela diri gadis itu lumayan. Dalam waktu kurang dari setengah bulan, dia berhasil mempelajari keenam jurus pertama Pedang Tujuh Bintang. Tetapi, dia tidak berhasil mempelajari teknik yang ketujuh.
"Sekarang tingkat kultivasimu berada di Alam Langit Tahap Awal dan bakat seni bela dirimu jauh melampaui orang biasa. Awalnya kupikir kamu pasti bisa memahami teknik ketujuh dari Pedang Tujuh Bintang."
"Tapi, kamu tidak perlu berkecil hati. Sejujurnya, aku pernah mempelajari Pedang Tujuh Bintang. Aku terjebak di teknik ketujuh selama lebih dari tiga bulan dan tidak bisa menerobosnya. Jadi, aku mengubahnya untuk berlatih pedang lain."
"Apa? Kakek Kedua, apa kamu benar-benar berlatih teknik pedang ini dan gagal menguasainya?" Gadis itu tampak terkejut. Dia tahu betul kekuatan pria tua berjubah putih di depannya. Dia saja bahkan tidak bisa menguasainya?
"Haha, ini bukan hal yang bisa dibanggakan. Bagaimana aku bisa berbohong padamu, gadis kecil?" kata pria tua berjubah putih itu sambil tersenyum.
"Hah!" Gadis itu sedikit tidak puas, "Kakek Kedua saja tidak bisa menguasainya, tapi masih memintaku untuk menguasainya. Bukannya jelas-jelas mau menertawakanku?"
Pria tua berjubah putih perlahan menggelengkan kepalanya, "Di antara teknik pedang dengan level yang sama, Pedang Tujuh Bintang ini cukup kuat, sehingga banyak murid yang berlatih pedang akan memilih untuk mencobanya. Tapi, orang yang bisa menguasai teknik ketujuh sangat sedikit. Kupikir kamu, bisa menguasainya, jadi aku menyuruhmu untuk mencobanya .... Tapi, bukan masalah besar kalau kamu gagal menguasainya, akan ada teknik pedang yang lebih cocok untukmu."
"Menurutku tidak ada yang bisa menguasai ilmu pedang ini. Ilmu pedang ini terlalu sulit!" protes gadis itu.
"Dasar boch ini.” Pria tua berjubah putih menatap gadis itu tanpa daya, "Beberapa hari yang lalu, aku melihat seorang murid luar yang berada di puncak Alam Pemurnian Tubuh tingkat keempat. Dia tidak hanya menguasai teknik pedang ini, tapi juga menggunakannya untuk mengalahkan tiga murid di tahap yang lebih tinggi darinya."
"Bagaimana mungkin! Aku yang berada di tahap Alam Langit Tahap Awal saja tidak berhasil menguasainya. Dia yang cuman berada di puncak Alam Pemurnian Tubuh tingkat keempat bukan hanya bisa menguasainya, tapi juga mengalahkan tiga murid yang tahapnya lebih tinggi darinya?" Gadis itu melotot dan menggelengkan kepalanya dengan tidak percaya.
Pria tua berjubah putih itu mengangguk, "Meskipun pria itu memiliki bakat yang biasa-biasa saja, dia cukup gigih. Dia sudah berlatih Pedang Tujuh Bintang selama lebih dari setahun dan akhirnya mendrobosnya beberapa hari yang lalu."
"Tapi, dia datang ke tempatku beberapa hari yang lalu dan memilih Pedang Ajaib. Dia sedikit terlalu ambisius. Takutnya dia bisa menguasai Pedang Tujuh Bintang hanya karena beruntung. Sekarang jika dia hanya mencari masalah ingin berlatih Pedang Ajaib. Ini mungkin akan mempengaruhi kultivasinya di masa depan." Pria tua berjubah putih itu menggelengkan kepalanya dan menghela nafas.
Gadis itu menggelengkan kepalanya dan mengangkat alisnya, "Kakek Kedua, Kalau dia bisa menguasai Pedang Tujuh Bintang, tidak menutup kemungkinan dia bisa menguasai Pedang Ajaib."
"Ini .… Apa yang kamu katakan masuk akal juga." Pria tua berjubah putih itu berpikir sambil berpikir, "Dengan ketekunan anak itu, memang mungkin untuk berhasil. Beberapa orang mungkin dilahirkan untuk berlatih dengan keras."
"Kakek Kedua, siapa nama pria yang kamu bicarakan ini?" tanya gadis itu dengan penasaran.
Bastian belum mengetahui rahasia Wiruk, tetapi dia yakin cepat atau lambat dia akan mengetahuinya.
Tanpa berpikir panjang, Bastian segera menutup matanya dan menyelam ke dalam benaknya, dengan gembira merasakan energi murni mengalir ke titik pusat energinya.
Energi murni dalam titik pusat energinya telah berkembang pesat, bahkan jejak energi murni terlihat samar-samar melewati tulang dan memasuki sumsum tulangnya.
Melihat situasi ini, Bastian merasa senang. Alam pemurnian tubuh dibagi menjadi sembilan tingkat. Tingkat keempat adalah pemurnian tulang dan tingkat kelima adalah pemurnian sumsum. Tanda memasuki alam pemurnian tubuh tingkat kelima adalah masuknya energi murni ke dalam sumsum!
"Kalau begini, aku bisa dianggap sebagai seorang pejuang yang sudah setengah memasuki Alam Pemurnian Tubuh tingkat kelima. Mungkin ... aku bisa menerobos Alam Pemurnian Tubuh tingkat kelima malam ini!"
Memikirkan hal ini, Bastian melirik botol cairan pembentuk esensi lain yang berada di sebelahnya. Tiba-tiba dia menarik napas dalam-dalam, mengambil botol cairan pembentuk esensi lainnya dengan ekspresi gembira membuka mulutnya dan meneguk semuanya.
Kemudian, dia duduk bersila, matanya sedikit terpejam dan tidak bergerak.
Menit demi menit pun berlalu.
Setengah jam kemudian.
Bastian, yang sedang duduk bersila di tempat tidur, tiba-tiba memacarkan momentum yang dahsyat. Energi murni yang lebih lembut dari sebelumnya melonjak keluar dari tubuhnya dan berubah menjadi kabut yang sangat banyak, menyelimuti seluruh ruangan seperti lautan awan.
Selain itu, sejumlah besar zat hitam dikeluarkan dari kulitnya dan ada semacam rasa gatal yang menyakitkan hingga ke inti, seperti semut yang menggigit sumsum tulang sedang keluar, membuat ekspresinya sedikit berubah.
Setelah beberapa saat, Bastian tiba-tiba membuka matanya, membuka mulutnya dan berteriak keras, seolah-olah ingin melepaskan kegembiraan di hatinya.
"Aku berhasil menerobos alam pemurnian tubuh tingkat kelima, alam pemurnian sumsum!"
Bastian berkata dengan gembira pada dirinya sendiri, "Pada tingkat kultivasiku ini, bahkan seorang murid dengan bakat kultivasi terbaik akan membutuhkan setidaknya satu atau dua bulan untuk maju ke tingkat kultivasi pertama, tapi aku hanya butuh tiga hari untuk maju ke tingkat pertama. Dua tingkat berturut-turut. Kalau mereka tahu tentang kecepatan kultivasiku, mereka pasti akan sangat terkejut.”
Bastian sedang dalam suasana hati yang gembira, dia pergi ke halaman dan mandi air dingin, lalu kembali ke gubuk dan tidur dengan nyenyak.
Keesokan harinya.
Bastian bangun pagi-pagi, memasukkan beberapa perbekalan yang diperlukan ke dalam tasnya dan berjalan menuju pasar di kaki gunung.
Awalnya, hari ini Bastian berencana pergi ke aula misi untuk menerima misi dan mendapatkan poin kontribusi, tetapi setelah dia tahu Wiruk di pikirannya bisa memurnikan esensi ramuan, dia tidak akan menyia-nyiakan kemampuan ini, jadi Bastian merubah pikirannya dan tidak pergi ke sana dahulu. Bastian pergi ke pasar dan membeli beberapa ramuan untuk memperkuat fondasi dan keterampilan tambahan untuk meningkatkan kultivasinya.
"Untung saja aku dapat tiga ratus batu roh tingkat rendah dari Felix dan yang lainnya. Kalau tidak, aku mungkin tidak punya batu roh untuk membeli pil obat,” pikir Bastian dalam hati dan mempercepat langkahnya.
…
Pada saat yang bersamaan.
Di perpustakaan di tengah gunung, dengan mata sedikit tertutup, pria tua berjubah putih yang menjaga perpustakaan tiba-tiba membuka matanya dan menatap seorang gadis berusia empat belas atau lima tahun di hadapannya dengan senyuman tipis.
Namun, gadis itu terlihat marah dan memegang pedang di tangannya. Melihat pria tua berjubah putih itu menoleh dengan senyuman tipis, dia cemberut dan berkata dengan sedih, "Kakek Kedua, aku tidak mau berlatih ilmu pedang ini lagi!"
"Haha, Zuna, menurutku pedang rantai bintang tujuh ini sangat bagus. Kenapa kamu tidak mau mempraktikkannya?" ucap pria tua berjubah putih itu sambil tertawa terbahak-bahak saat melihat tampang gadis itu yang imut dan sedih.
"Kakek Kedua, kamu saja belum pernah mempelajarinya. Kamu tidak tahu betapa sulitnya mempelajari teknik pedang ini. Aku sudah belajar dan berlatih keras setiap hari selama lebih dari setengah bulan, tapi aku tidak bisa menguasi teknik yang ketujuh. Aku tidak yakin teknik ini memang bisa dipelajari." Zuna mendengus tidak puas dan berkata dengan marah.
Setengah bulan yang lalu, pria tua berjubah putih menyerahkan Pedang Tujuh Bintang kepada gadis itu. Bakat seni bela diri gadis itu lumayan. Dalam waktu kurang dari setengah bulan, dia berhasil mempelajari keenam jurus pertama Pedang Tujuh Bintang. Tetapi, dia tidak berhasil mempelajari teknik yang ketujuh.
"Sekarang tingkat kultivasimu berada di Alam Langit Tahap Awal dan bakat seni bela dirimu jauh melampaui orang biasa. Awalnya kupikir kamu pasti bisa memahami teknik ketujuh dari Pedang Tujuh Bintang."
"Tapi, kamu tidak perlu berkecil hati. Sejujurnya, aku pernah mempelajari Pedang Tujuh Bintang. Aku terjebak di teknik ketujuh selama lebih dari tiga bulan dan tidak bisa menerobosnya. Jadi, aku mengubahnya untuk berlatih pedang lain."
"Apa? Kakek Kedua, apa kamu benar-benar berlatih teknik pedang ini dan gagal menguasainya?" Gadis itu tampak terkejut. Dia tahu betul kekuatan pria tua berjubah putih di depannya. Dia saja bahkan tidak bisa menguasainya?
"Haha, ini bukan hal yang bisa dibanggakan. Bagaimana aku bisa berbohong padamu, gadis kecil?" kata pria tua berjubah putih itu sambil tersenyum.
"Hah!" Gadis itu sedikit tidak puas, "Kakek Kedua saja tidak bisa menguasainya, tapi masih memintaku untuk menguasainya. Bukannya jelas-jelas mau menertawakanku?"
Pria tua berjubah putih perlahan menggelengkan kepalanya, "Di antara teknik pedang dengan level yang sama, Pedang Tujuh Bintang ini cukup kuat, sehingga banyak murid yang berlatih pedang akan memilih untuk mencobanya. Tapi, orang yang bisa menguasai teknik ketujuh sangat sedikit. Kupikir kamu, bisa menguasainya, jadi aku menyuruhmu untuk mencobanya .... Tapi, bukan masalah besar kalau kamu gagal menguasainya, akan ada teknik pedang yang lebih cocok untukmu."
"Menurutku tidak ada yang bisa menguasai ilmu pedang ini. Ilmu pedang ini terlalu sulit!" protes gadis itu.
"Dasar boch ini.” Pria tua berjubah putih menatap gadis itu tanpa daya, "Beberapa hari yang lalu, aku melihat seorang murid luar yang berada di puncak Alam Pemurnian Tubuh tingkat keempat. Dia tidak hanya menguasai teknik pedang ini, tapi juga menggunakannya untuk mengalahkan tiga murid di tahap yang lebih tinggi darinya."
"Bagaimana mungkin! Aku yang berada di tahap Alam Langit Tahap Awal saja tidak berhasil menguasainya. Dia yang cuman berada di puncak Alam Pemurnian Tubuh tingkat keempat bukan hanya bisa menguasainya, tapi juga mengalahkan tiga murid yang tahapnya lebih tinggi darinya?" Gadis itu melotot dan menggelengkan kepalanya dengan tidak percaya.
Pria tua berjubah putih itu mengangguk, "Meskipun pria itu memiliki bakat yang biasa-biasa saja, dia cukup gigih. Dia sudah berlatih Pedang Tujuh Bintang selama lebih dari setahun dan akhirnya mendrobosnya beberapa hari yang lalu."
"Tapi, dia datang ke tempatku beberapa hari yang lalu dan memilih Pedang Ajaib. Dia sedikit terlalu ambisius. Takutnya dia bisa menguasai Pedang Tujuh Bintang hanya karena beruntung. Sekarang jika dia hanya mencari masalah ingin berlatih Pedang Ajaib. Ini mungkin akan mempengaruhi kultivasinya di masa depan." Pria tua berjubah putih itu menggelengkan kepalanya dan menghela nafas.
Gadis itu menggelengkan kepalanya dan mengangkat alisnya, "Kakek Kedua, Kalau dia bisa menguasai Pedang Tujuh Bintang, tidak menutup kemungkinan dia bisa menguasai Pedang Ajaib."
"Ini .… Apa yang kamu katakan masuk akal juga." Pria tua berjubah putih itu berpikir sambil berpikir, "Dengan ketekunan anak itu, memang mungkin untuk berhasil. Beberapa orang mungkin dilahirkan untuk berlatih dengan keras."
"Kakek Kedua, siapa nama pria yang kamu bicarakan ini?" tanya gadis itu dengan penasaran.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved