Bab 6 Part 6

by Dinda Tirani 16:56,Aug 01,2023
“Iyaa.”

“Saya udah lama enggak ngentot sama suami saya. Jadi bisa kaget kalo baru ngentot lagi langsung ketemu yang kayak gini.”

Dengan perlahan Bu Nisa menurunkan memeknya agar dimasuki kontol Gw. Kepala Gw sudah masuk ke dalam memeknya. Gw merasakan basah dan hangat. Lalu dia membenamkan seluruh kontol Gw kedalam memeknya. “Aaaghhhhkh.” erangnya.

“Enak bangettt buuu.” ucap Gw merasakan kenikmatan itu.

“Kamu udah enggak perjaka sekarang. Wleee” canda Bu Nisa.

“Rasanya gimana, Jak?” tanyanya.

“Enaakkk, Buu. Anget, basah, gelii. Gitu deh.”

“Bukan, maksudnya abis aku bikin enggak perjaka itu gimana.”

“Enggak gimana-gimana, Bu. Malah enak.”

“Karena kamu laki-laki, Jak. Coba kalo perempuan, dia bakal ngerasain sakit banget, kayak kamu ngerasain sunat tapi enggak pake suntik bius. Dan juga bakal mengeluarkan darah, karena selaput dara nya robek. Jadi, kalo kamu mau perawanin orang, pelan-pelan ya.”

“Iya Bu Guru Nisa.” ucap Gw.

Lalu Bu Nisa mulai menaik turunkan pinggulnya. Ini baru nikmat rasanya. Dia menaik turunkan pinggulnya dengan tempo yang pelan.

“Huhhh huhhh, enak Jak?”

“Bangettt.”

Lalu Bu Nisa mulai mempercepat gerakannya. Gw pegang pinggulnya lalu dia tersenyum.

“Lakukan aja apa yang kamu mau, Jak.”

Gw pun meremas-remas toketnya dari bawah. Toket yang bergoyang-goyang itu makin membuat Gw bernafsu.

“Bu.”

“Kenapa, mau keluar ya?”

“Enggak tau ini, rasanya enak banget.”

“Iyaa. Saya juga mau keluar nih. Bareng yuk.”

“Ahhh ahhhh, huhh huhhh huhh huhh.” Bu Nisa mengerang keenakan sambil menaik turunkan pinggulnya.

“Kontol kamu enak banget, Jakkk.”

“Memek Bu Nisa enaakk.”

“Aku mau keluar, Jak.”

Bu Nisa semakin cepat menaik turunkan pinggulnya.

“Huh huh huh huh. Aaaagghhhhhhhhh.”

“Bu Nisaaa. Saya keluaar.”

Entah kenapa Gw merasa kenikmatan dan keenakan sekaligus. Tanpa sadar Gw menaikkan pingul Gw menekan memek Bu Nisa keatas. Bu Nisa juga terlihat seperti sedikit kejang menikmati pipis enaknya. Bukan, orgasme yang dia bilang tadi.

“Haahhhhh.” Bu Nisa menjatuhkan tubuhnya ke badan Gw.

“Makasih banyak, Jak.” kata Bu Nisa.

“Enak banget, Bu. Tadi.”

“Kontol kamu enak banget, Jak.”

“Memek ibu juga enak.”

“Main lagi yuk.”

“Sekarang?”

“Nanti, saya masih capek.”

“Iyah, saya juga lemes, Bu”

“Hahahaha.”

Lalu Bu Nisa menidurkan badannya disamping Gw. Bu Nisa memiringkan tubuhnya menghadap Gw dan Gw pun demikian. Bu Nisa membelai rambut Gw sambil tersenyum-senyum.

“Saya enggak nyangka kamu baik banget, Jak.”

“Oo ya jelas. Hahahaha.”

Bu Nisa pun tertawa lalu mencubit paha Gw.

“Baru juga dipuji sedikit udah sombong.”

“Bu Nisa juga baik sama saya. Jadi saya baik sama Bu Nisa.”

“Kamu jadi pacar saya ya, Jak.”

“Hah??!! Gimana, gimana?”

“Bukan pacar beneran sih. Saya tau suatu saat kamu akan punya pacar beneran dan menikah, saya juga masih cinta sama suami saya, hanya butuh sedikit hidayah agar dia sadar. Jadi, selama hanya kita berdua dan suasana mendukung. Kamu jadi pacar saya ya?”

“Iyaaa, sayang.” kata Gw yang diteruskan dengan mengecup bibirnya.

Bu Nisa memainkan lidahnya di dalam mulut Gw. Gw pun membalasnya, Gw sedot lidahnya naik turun seperti saat di bioskop kemarin. Bu Nisa menyedot seluruh air liur Gw hingga Gw sesak. Gak mau kalah, Gw pun menyedot air liurnya. Hingga kamu bertukar air liur secara bergantian.

*Glukkk Bu Nisa menelan air liur kami bedua

“Main lagi, yuk.”

“Ayoo Bu.”

“Tapi kamu yang diatas ya.”

“Okeee.”

Gw pun bangkit berlutut diatas tubuh Bu Nisa. Sebelum Gw mulai mengentoti Bu Nisa, Gw memandangnya cukup lama. Bu Nisa tersenyum sambil memainkan toketnya. Gw tertawa melihat tingkahnya.

Karena gemas, Gw pun menciumi toketnya yang lumayan besar itu. Gw jilat, Gw sedot, Gw mainin pakai lidah, lalu Gw gigit-gigit kecil pentilnya.

“Masukin ya, Bu?”

Bu Nisa hanya mengangguk. Gw masukkan kontol Gw ke memek Bu Nisa. Tetapi sulit sekali menemukan lubang kenikmatan itu.

“Kenapa? Enggak ketemu ya? Hahaha.” ledek Bu Nisa.

Akhirnya Bu Nisa menuntun kontol Gw menuju memeknya. Dia menggenggam kontol Gw, menempatkan kepala kontol Gw menuju tepat di depan liang senggamanya. Lalu Gw menyodok kontol Gw masuk ke dalam memeknya.

“Aaihhhhh. Pelan-pelan, Jak.”

Lalu dengan cepat Gw pompa keluar masuk kontol Gw dengan cepat.

*Plok plok plok plok

“Aahhhhhhh, ahhhh, mphh mphhhhhh, ahhhhh Jaaaakkkkkk. Gilaaa kamu Jakkkk.”

“Huhh huhhh, henaakk ghaaakk Bhuuuu??”

“Maaantepppp Jaaakkk. Aaaahhhhh, aahhh. Mpphhhhhh, Jaaakkk.”

Sambil memompa kontol Gw, Gw juga bermain-main dengan toket dan mulutnya. Sekali-kali jua Gw jilati wajahnya.

“Aahhhhh, Jaaakkk. Mheemeekkk,, shayaaaa, bhasaahhhhh. Thookeettt shaamaaa mhuukaaa shaaaayaaa khaamuu bhuaatt bhasaahhh juughaaaaa. Aaahhhh aahhhh.”

“Huhh huhh, henakk khann Bhuu?”

“Jaakk jaaakk, bhentarrr.”

Gw pun menghentikan laju kontol Gw. Terasa sanyat hangat di dalam memek Bu Nisa yang Gw tebak itu adalah orgasmenya.

“Saya keluar, Jak. Haaahhhh, haahhhhh.” Bu Nisa menikmati masa-masa orgasmenya.

“Lagi gak, Bu?”

“Ayo deh.”

Gw pun kembali memaju mundurkan kontol Gw di dalam memek Bu Nisa. Kali ini, sangat basah terasa di dalamnya. Menjadi sangat licin rasanya.

*Cret cret cret cret

“Memek ibu banjir banget. Hahaha.”

“Kamuu abisnyaa bikin saya enak.”

“Langsung aja ya Bu. Saya langsung keluarin.”

“Iyaa.”

*Plok plok plok plok

“Aahh ahhhhh Jaaakaaa.”

“Kenapa Bu. Enak nih, saya lagi enak.”

“Iyaaa Jakkk, saya jugaaaa.”

*Plok plok plok plok plok

“Bu, saya mau keluar.”

“Iyaa Jakk. Keluarin ajaaa.”

Gw pun mempercepat tempo gerakan kontol Gw menghajar memek Bu Nisa. Disaat-saat yang seperti ini terasa sangat enak, kenikmatan yang berdosa besar. Zina itulah namanya.

“Buu, saya keluaaarrr.”

“Iyaaa Jakk, samaaa.”

*Crotttt crottt bressssss.

Semprotan air mani Gw bercampur dengan cairan orgasme Bu Nisa didalam liang kenikmatan itu. Kamu bedua pun merasa lemas, dan berbaring bersebelahan bagaikan pasangan suami isteri.

Bu Nisa menatap hampa ke langit-langit ruangan. Gw hanya bisa tersenyum karena telah menikmati perzinahan ini bersama Bu Nisa.

“Bu?”

“Iya, Jak?”

“Kalo ibu hamil, gimana?”

“Gapapa, Jak. Toh suami saya enggak bisa ngehamilin saya. Hihihi.”

“Ohh, jadi selama ini ibu belum punya anak karena suami ibu … ”

“Mandul. Iya.” Bu Nisa melanjutkan perkataan Gw.

“Terus kalo nanti ibu hamil padahal suami ibu lagi di penjara, gimana bu?”

“Ya enggak dong Jak. Nanti ibu coba minum pil KB atau nanti ibu pasang alat KB supaya kalo ngentot lagi sama kamu kita enggak usah khawatir.”

“Oke dehhh.”

*Slurppp slurppp

“Ehh, masih haus apa Jak? Hahahaha.” Bu Nisa menertawakan Gw yang masih saja netek padahal baru selesai ngentot dengannya.

Bersambung

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

115