Bab 4 Dragon’s Heart Grass

by Mike 10:01,Dec 08,2022
Kejam, bebal, impulsif dan sembrono.

Nenek Liu dan Nona Su saling memandang, dan kesan mereka terhadap Hoshi Xiao bertambah beberapa patah kata lagi. Nona Su melirik Nenek Liu, Nenek Liu pun buru-buru berjalan mendekat dan membawa Hoshi Xiao serta anjing Yellow besarnya pergi.

Langkah Nona Su tiba-tiba terhenti, dia menyipitkan mata melirik ke arah Tuan Muda Ning yang berdiri dan hendak menyerang dengan pedangnya, lalu berkata dengan dingin, "Kekuatannya berada di Alam Macan Putih Tingkat 2, kalau kamu tidak takut mati kamu bisa pergi mencobanya."

Melihat langkah kaki yang terhenti serta wajah Tuan Muda Ning yang pucat serta tercengang, di mata indah Nona Su terlintas sorot mata yang ilfeel, dia menghela napas melanjutkan langkahnya dan masuk ke dalam.

Mengapa para tuan-tuan muda ini selalu membosankan? Ada begitu banyak tuan muda di Kota X ini tapi tidak ada satu pun yang benar-benar dia sukai…

Suharto Su dan yang lainnya juga ikut di belakang, meninggalkan Tuan Muda Ning yang berdiri di pintu dengan wajah penuh kebencian dan kekesalan. Tubuhnya yang sendiri seperti kehilangan roh ditemani oleh lentera merah yang bergoyang tertiup angin di pintu, tampak kesepian dan dingin.

Kediaman Keluarga Su sangat besar dan dibagi menjadi halaman depan, halaman tengah dan halaman belakang.

Kecuali Suharto Su, semua penjaga pergi ke halaman depan dan melakukan pekerjaan mereka sendiri. Hoshi Xiao dengan ditemani Nona Su dan Nenek Liu berjalan menuju halaman tengah. Ketika Hoshi Xiao melihat ada banyak orang berdiri di luar halaman yang luas untuk menyambutnya, dia sedikit mengernyit dan menghentikan langkahnya, lalu berkata kepada Nenek Liu: "Nenek, bisakah atur kamar khusus satu orang dan terpisah? Aku tidak suka tempat ramai."

Nenek Liu melirik Nona Su sebentar, dan setelah mendapat persetujuannya, dia membawa Hoshi Xiao berjalan ke halaman belakang. Nona Su memperhatikan punggung Hoshi Xiao yang pergi lalu berjalan ke depan sambil tersenyum, dia membungkukkan tubuhnya di depan seorang pria paruh baya yang agak gemuk dan berkata, "Felbi menemui Ayah, 3 Tetua dan Kakak."

Suharto Su juga membungkuk dan berkata dengan hormat, "Bertemu Kepala Ras, 3 Tetua dan Kepala Muda Ras."

"Masuk dan bicara di dalam saja."

Pria paruh baya itu mengenakan pakaian kerajaan kuno dengan wajah yang kaya mengangguk ringan, dia melirik ke arah tempat Hoshi Xiao pergi, berbalik dan berjalan masuk. Dia tampaknya tidak senang dengan kembalinya putrinya, tetapi mereka yang tahu temperamennya tahu dengan dia keluar menyambut putrinya ini, itu berarti dalam hatinya sangat mencintainya.

3 tetua yang telah setengah baya tersenyum puas, juga melirik ke arah tempat Hoshi Xiao pergi, berbalik dan berjalan ke aula. Ada pemuda lain yang terlihat sangat muda dan jauh lebih tampan daripada Tuan Muda Ning, tetapi dia memandang Nona Su dengan tidak puas dan berkata, "Felbi, siapa orang itu? Dia bagaimana bisa bertindak sembrono dan mengabaikan aturan?"

Felbi Su tidak menjelaskan, malah sambil tersenyum berkata: "Kakak, dibicarakan di dalam saja."

"Huh, orang dusun tetap lah orang dusun..."

Pemuda berjubah brokat itu mengeluh dan berjalan masuk, sementara Felbi Su hanya bisa menggelengkan kepalanya dan berjalan masuk.



Keluarga Su memang pantas menjadi keluarga terkaya di Kota X. Aulanya sangat mewah, dengan karpet putih salju, meja persegi kayu merah yang menguarkan aroma yang menyegarkan. Di meja penuh dengan makanan dan anggur yang lezat, dan di sampingnya ada beberapa wanita berdiri untuk menyambut. Semua ini menunjukkan betapa kayanya keluarga Su.

Kepala Keluarga Su, Diego Su, mengangkat gelas anggur dengan senyum enggan di wajahnya. Setelah Felbi Su dan Suharto Su duduk, dia menggoyangkan gelasnya dari kejauhan dan berkata , "Ayo bersulang dan minun untuk kesuksesan perjalanan bisnis pertama Felbi."

Semua orang dengan cepat tersenyum dan berdiri untuk minum. Setelah satu kali minum Diego Su melambaikan tangannya untuk menyuruh semua orang duduk. Dia baru akhirnya melirik Felbi Su dengan ringan dan bertanya, "Felbi, perjalanan kali ini bisa dibilang lancar, kan?"

Setelah Felbi Su masuk, dia melepas veilnya, memperlihatkan wajah yang lembut dan cantik. Umumnya, wanita yang suka memakai veil kalau tidak karena terlalu cantik maka karena terlalu jelek. Dan jelas kalau Felbi Su masuk kebagian tercantik, ini terlihat dari sorot mata Suharto Su.

Felbi Su tersenyum, seperti ratusan bunga mekar yang penuh, dia sedikit menggelengkan kepalanya dan berkata, "Berkat doa ayah, jadi bisa dikatakan lancar."

Suharto Su yang berada di sampingnya langsung tersadar, dia mengalihkan pandangannya, bangkit dan berkata, “Mana ada lancar? Perjalanan bisnis ini adalah perjalanan yang bergelombang. Kami bertemu pencuri sebanyak enam kali, diserang binatang buas sebelas kali, dan waktu mau pulang kami juga diserang oleh pemimpin serigala darah dan hampir dua puluh serigala darah. Jika bukan karena kepintaran nona muda, serta taktiknya yang banyak, maka nyawaku Suharto pasti sudah habis dan tidak bisa melayani Kepala Ras lagi..."

"Raja serigala darah, binatang buas kelas tiga?"

Wajah Diego Su tenggelam, dan ketiga tetua di sana juga mengerutkan kening. Tapi tuan muda yang disebut kepala muda ras oleh Suharto Su dengan menyindir bertanya, "Kalau memang ada begitu banyak binatang buas yang menyerang tapi kenapa ku lihat kalian tidak banyak yang mati? Kalian tidak sedang membual kan?"

Wajah Suharto Su langsung memerah, tetapi dia tidak berani melawan, Felbi Su menurunkan kelopak matanya dan menggelengkan kepalanya. Tiga tetua juga saling memandang dan tersenyum pahit. Diego Su menepuk meja, berdiri dengan marah, dan berteriak, "Anak tak berguna, aku kok bisa memiliki anak bodoh sepertimu? Sana keluar."

Melihat Diego Su marah, kepala ras muda itu menyelinap keluar dengan enggan, dan dia terus mengeluh sepanjang jalan, membuat wajah Diego Su semakin buruk.

Suharto Su sendiri tentu tidak akan bicara sembarangan mengenai hal besar seperti ini. Kepala muda ras-Robert Su ini tahun lalu juga pernah pergi perjalanan bisnis untuk pertama kalinya, dia membawa penjaga dua kali lebih banyak. Tapi pada akhirnya, dia tidak hanya tidak membawa barang apa pun pulang, bahkan setengah dari pasukannya juga mati di jalan. Sekarang melihat Felbi Su kembali dengan selamat tentu membuatnya merasa iri, tapi apakah dia bahagia melihat banyak orang dari keluarga Su mati?

Memikirkan hal ini, Diego Su menatap Felbi Su dalam-dalam dan menghela napasnya. Anak ini sangat hebat, tapi sayang sekali dia terlahir sebagai seorang perempuan...

Melihat suasananya sedikit canggung, seorang tetua buru-buru berkata: "Felbi, rute kalian seharusnya berada di luar Great Wilderness, kan? Mengapa bisa bertemu dengan serigala darah? Dan setelahnya bagaimana kalian bisa melarikan diri?"

Pertanyaan tetua ini menarik perhatian Diego Su, Felbi Su merenung sejenak, lalu menjelaskan dengan senyum masam: "Aku tidak tahu mengapa serigala darah muncul, kami tidak melarikan diri, tetapi membunuh beberapa serigala darah. Ayah tadi ada melihat anak muda itu kan? Beberapa serigala darah yang terbunuh kebanyakan dibunuh olehnya."

Suharto Su juga mengangguk cepat dan menjawab, "Ya, anak muda itu sangat kuat, kekuatannya benar-benar mencapai Alam Macan Putih Tingkat 2, dan kekuatan bertarungnya sangat kuat, aku sendiri kalau melawannya sepertinya tidak akan bisa bertahan sampai tiga trik..."

"Apa?"

Mata Diego Su dan ketiga tetua menyala bersamaan, dan wajah bulat Diego Su menjadi sangat serius, dia bertanya dengan suara yang dalam, "Ceritakan padaku apa yang terjadi secara detail."

Suharto Su meminum segelas anggur dan segera mengelap mulutnya untuk menceritakaan secara detail: “Saat itu, kami berada di pinggiran Great Wilderness, dan anak muda ini muncul sendirian, membawa pedang kayu dan seekor anjing kampung. Dia meminta kami untuk memberinya tumpangan..."

Kemampuan bercerita Suharto Su sangat hebat, dan dia menceritakannya begitu detail, termasuk konfrontasi dengan Tuan Muda Ning di gerbang rumah Su, tidak ada yang ketinggalan dan juga kelebihan.

Diego Su dan ketiga tetua terdiam setelah mendengar ini, mereka berempat saling memandang dan melihat tatapan aneh di mata masing-masing. Mereka semua baru saja bertatap muka dengan Hoshi Xiao, dan mereka dapat dengan jelas mengatakan kalau anak muda ini setidaknya berusia enam belas atau tujuh belas tahun, dengan usia dan kekuatannya seperti ini tentu membuat mereka begitu terkejut.

Diego Su merenung sejenak, lalu berdiri dan berkata: "Felbi, mulai sekarang, semua hal tidak usah urus lagi, kamu harus melakukan segala cara untuk mempertahankan anak muda ini di rumah Su. Apa yang dia inginkan, semua kamu berikan!"

Tiga tetua juga mengangguk dengan tegas. Mereka sangat jelas ber-uang ataupun kaya raya di dunia ini bukan suatu hal yang bisa dibanggakan. Tanpa prajurit yang kuat untuk menakuti Kuartet, mereka pada akhirnya akan tetap kalah dan tersingkir.

Keluarga Su sangat kaya, tetapi satu-satunya pria tua dalam keluarga yang telah berada di Alam Gajah Ungu, meninggal baru-baru ini, membuat keluarga Su tiba-tiba berada dalam marabahaya.

Keluarga Su sangat membutuhkan orang yang kuat untuk mengguncang keadaan sekitar, dan perlu merekrut orang-orang muda berbakat dan melatih mereka. Lahir di Great Wilderness, usianya baru 16 atau 17 tahun, namun kekuatannya sudah mencapai Alam Macan Putih Tingkat 2, bakatnya bahkan lebih baik dari putra pertama Kota X-Ray Xue. Jadi Hoshi Xiao ini memang layak untuk dipertahankan oleh keluarga Su, baik dengan cara apa pun.



Hoshi Xiao tidak tahu kalau namanya begitu harum, dan telah menjadi target beberapa orang besar keluarga Su. Dia saat ini sedang duduk di halaman kecil, memegang setengah babi panggang dan menggigitnya. Anjing Yellownya berjongkok di samping dan mengunyah separuh daging lainnya.

"Hehe, Nak, tidak perlu terburu-buru begitu! Tidak akan ada yang merampas makananmu."

Yang duduk di sebelahnya adalah Nenek Liu, yang memiliki wajah baik hati dan mengayomi. Dia memandangi anak muda yang makan degan kasar dan sesekali mendongak menyeringai padanya. Sulit baginya untuk berhubungan dengan anak muda yang di luar gerbang tadi begitu tegas dan tidak peduli dengan apapun. Dia merasa anak muda ini seperti mengenakan topeng di depan orang luar.

Setelah Nenek Liu menunggu Hoshi Xiao selesai makan dan minum, dia melambaikan tangannya untuk menyuruh pelayan membersihkan, kemudian dengan tersenyum berkata, "Nak, kamu bisa tinggal di sini dengan tenang, apa yang kamu perlukan kamu bisa mengatakannya pada nenek, anggap seperti rumahmu sendiri saja ya.”

Hoshi Xiao mengelus perutnya dan berkata dengan penuh syukur, "Nenek baik sekali padaku."

“Mulutmu ini manis sekali ya, sama seperti cucuku, paras kalian juga sama.” Nenek Liu tersenyum, tetapi ketika mengatakan itu, wajahnya menjadi gelap.

Hoshi Xiao pun berpikir, dia menduga alasan Nenek Liu membiarkan rombongan mereka menumpanginya apakah karena dia mirip cucunya? Tak heran tatapan Nenek Liu padanya begitu lembut dan ramah, dan karena itu juga dia memiliki rasa yang khusus terhadap wanita tua ini.

Dia merenung sebentar, dan akhirnya bertanya dengan suara rendah, "Nenek, apa yang terjadi dengan cucumu?"

"Mati!"

Nenek Liu memejamkan matanya dengan terluka, dia menggertakkan giginya dan berkata, "Setahun yang lalu menyinggung putra tertua Keluarga Yue, lalu 3 hari kemudian mati mendadak..."

Hoshi Xiao tidak tahu apa itu Keluarga Yue? Tetapi dia tahu kalau Nenek Liu sangat kesepian, dan dia sekarang juga merasakan perasaan yang sama.

Matanya berangsur-angsur menjadi kabur, dan dia melihat ke luar jendela, bergumam: "Di hari kepergianku ini, kakek seorang diri di Great Wilderness, apakah dia juga akan sama merasakan kesepian ini?"

Nenek Liu meluapkan kesedihannya beberapa saat, lalu dia memaksakan senyum berdiri dan berkata, "Nak, istirahat lah, tinggal di sini dengan tenang. Besok nenek akan membawamu pergi membeli baju baru."

Hoshi Xiao tiba-tiba menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tidak, nenek, aku besok akan pergi! Aku masih memiliki sesuatu untuk dilakukan, aku mau pergi ke Provinsi D."

Nenek Liu tercengang sejenak, lalu bertanya dengan curiga, "Nak, apa yang kamu lakukan di Provinsi D besar itu? Apakah Kota X ini masih tidak cukup besar?"

Hoshi Xiao menundukkan kepalanya dan terdiam lama sebelum dia mengangkat kepalanya dan berkata, "Kakekku diracuni oleh serangan binatang buas dan hanya bisa bertahan selama tiga tahun. Aku harus membantunya menemukan Dragon’s Heart Grass untuk pengobatan. Dia bilang itu hanya ada di Provinsi D. Seperti di kota utama Killing God Tribe, dan Kota S, kotanya Kill Emperor."

"Oh begitu..."

Nenek Liu mengangguk, dia belum pernah mendengar tentang Dragon’s Heart Grass ini. Anak ini sangat kuat, kakeknya pasti juga orang yang kuat. Karakter yang begitu kuat diracuni, tentu tidak bisa disembuhkan dengan ramuan biasa, maksudnya untuk mempertahankan anak muda ini di keluarga Su ini untuk berkultivasi dan menjadi bagian mereka sepertinya akan sulit dan hanya mimpi.

Dia menepuk bahu Hoshi Xiao dan tersenyum ramah: "Baik lah, kamu istirahatlah lebih awal, besok pagi nenek akan mengantarmu."

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

300