Bab 1 Anak Muda Dari Hutan Belantara

by Mike 10:01,Dec 08,2022
Gunung-gunung yang luas, puluhan ribu puncak dan lembah dengan danau dan sungai di mana-mana, pohon-pohon kuno yang menjulang tinggi ke atas langit serta rumput tanah yang gersang, air terjun yang elok, segalanya penuh dengan pemandangan. Ini adalah hutan belantara paling berbahaya di Great Wilderness. Ada serangga raksasa dan binatang buas raksasa yang tertidur di dalamnya, juga ada banyak naga, ular, harimau, dan serigala. Dengar-dengar seorang dewa pun akan menghentikan langkah mereka di sini. Area ini mendapat julukan sebagai area kematian, dan tidak pernah ada manusia yang berani memasuki daerah terdalamnya.

Cit, cit.

Pada saat ini, di arah timur Great Wilderness, terdengar langkah rombongan yang bergerak perlahan. Kendaraan rombongan itu tidak besar, hanya sembilan gerbong. Belasan kuda termasuk para penjaga hanya ada sekitar empat puluhan orang. Meskipun ini adalah bagian terluar dari Great Wilderness, tapi harus dikatakan kalau sekelompok orang ini sangat berani, hanya beberapa orang yang berani berjalan di area ini, dan mereka sudah pasti sekelompok orang yang rela menggandaikan nyawa untuk uang.

"Halo semuanya, mohon maaf aku mau bertanya, apakah bisa menumpangiku pergi keluar dari sini?"

Sebuah suara yang terdengar sedikit kekanakan datang dari depan, menyebabkan rombongan itu berhenti bergerak maju. Kapten penjaga rombongan-Suharto Su mengerutkan keningnya, melihat ke penjaga di sekitar, dan dalam diam menggenggam erat senjata di tangannya dan mulai waspada.

Mereka tentu sangat menyadari betapa berbahayanya pinggiran hutan belantara yang luas ini. Mereka melewati sepanjang jalan dengan ketakutan dan tak gentar, tapi pria yang ada di hadapan mereka ini seperti berjalan di atas es tipis dan hanya sendirian?

Anak muda itu tampak agak lemah, usianya sekitar enam belas atau tujuh belas tahun. Dia mengenakan jubah kulit binatang compang-camping, wajahnya kotor, rambutnya acak-acakan, dan dia tampak seperti penduduk asli yang keluar dari pegunungan. Satu-satunya hal yang sedikit menonjol darinya adalah matanya yang sangat bersih, seperti bayi.

Anak muda itu membawa pedang raksasa yang menarik perhatian, dan semua orang diam-diam terkejut saat melihatnya. Tetapi setelah melihat lebih dekat mereka tidak bisa menahan tawa, karena pedang raksasa yang tampak perkasa dengan panjang tiga kaki dan lebar setengah kaki itu ternyata terbuat dari kayu.

Di samping anak muda itu juga ada seekor anjing kampung, yang penampilannya sama-sama kumuh dengannya, seluruh tubuhnya berwarna kuning lusuh dan mengikuti di belakangnya.

"Menyingkir!"

Setelah memastikan hanya ada satu anak muda di sekitarnya, Suharto Su pun mendengus. Jika bukan karena anak muda ini muncul di pinggiran Great Wilderness, dia pasti sudah akan mengangkat pedang panjang di tangannya untuk memberinya pelajaran dan memberitahunya apa artinya tidak tahu diri.

Anak muda itu sedikit mengernyit tetapi masih tidak memberi jalan, dia terus memohon: "Tuan, aku tersesat, tolonglah bawa aku ikut bersama kalian? Aku akan memberi kalian...Imbalan!"

"Imbalan?"

Suharto Su tidak berpikir seseorang yang terlihat seperti pengemis bisa datang memberikannya beberapa koin tembaga. Dia diam-diam melirik kereta mewah di belakangnya, dan dengan tidak puas berteriak kepada penjaga di sebelahnya: "Patro, usir dia, kalau dia tidak mau potong kakinya.."

Orang-orang yang kuat di Great Wilderness akan dihormati. Di kota saja kalau melukai seseorang itu hanya termasuk dalam masalah sepele, apalagi di hutan belantara ini. Seorang penjaga yang kuat dengan palu godam di tangannya langsung bergegas ke depan setelah mendengar kata-kata kaptennya.

"Apa yang terjadi?"

Pada saat ini, sebuah suara yang malas terdengar, dua orang berjalan keluar dari kereta mewah di belakang Suharto Su. Salah satunya adalah seorang wanita bertopeng bulu rubah putih. Berusia enam belas tahun dengan kulit putih dan sosok yang cantik. Mata yang indah itu seakan bisa berbicara, membuat para penjaga di dekatnya tercengang. Yang satunya lagi adalah wanita tua berambut putih yang masih begitu energik, dia tak lain merupakan pengawal wanita muda ini.

Suharto Su yang baru saja memasuki usia tiga puluhan, rasa ketertarikan dari sorot matanya langsung menghilang , dia memelototi anak muda yang berdiri di kejauhan itu, lalu menoleh berkata dengan senyum yang menyanjung: "Menjawab Nona Muda, ini adalah pengemis kecil yang ingin menumpang di kereta kita, aku sudah menyuruh Patro menyingkirkannya."

"Oh!"

Wanita muda bertopeng itu melirik anak muda itu sekilas, lalu hendak berbalik dan kembali ke kereta, tetapi wanita tua di sampingnya tiba-tiba berkata, "Nona, bawa lah dia bersama kita, dia terlihat begitu menyedihkan."

Wanita muda bertopeng itu berhenti, lalu melirik wanita tua itu dengan heran, kemudian melirik ke anak muda di kejauhan, akhirnya dia meninggalkan sebuah kalimat dan memasuki keretanya: "Ya sudah biarkan dia duduk di kereta paling belakang."

Wanita muda bertopeng ini sepertinya orang yang paling terhormat dalam rombongan ini. Setelah dia mengatakan itu, Soeharto Su yang kesal hanya bisa meneriaki anak muda itu untuk ikut di belakang kereta, dan dengan serius memberi perintah kepada para penjaga, sekali anak muda ini berani bergerak, maka mereka harus langsung menghabisinya.

Rombongan itu akhirnya melanjutkan perjalanan, meskipun ada seorang anak muda yang sangat aneh mengikuti di belakang, beberapa dari mereka tidak tertarik untuk membicarakannya. Dan mengenai mengapa anak muda ini bisa muncul sendirian di pinggiran Great Wilderness, dan bisa hidup tanpa cedera? Mereka juga tidak tertarik untuk mencari tahu. Berjalan di pinggiran hutan belantara yang berbahaya selama lebih dari sebulan membuat orang-orang dari rombongan keluarga Su ini kelelahan, baik batin maupun fisik.

Anak muda itu sendiri sangat diam dan tidak mengatakan apa-apa, dia sebaliknya mengikuti kerumunan dengan penasaran dan memandang kereta, memandang setiap penjaga dan pedang serta baju besi pada mereka, seperti orang desa yang sebelumnya belum pernah melihat dunia.



Iring-iringan kereta berjalan perlahan, jalan pegunungan di pinggir Great Wilderness terjal. Karena ada banyak kelompok petualang yang memasuki Great Wilderness untuk berburu dan membunuh binatang buas, jalanan menjadi padat dan saling bersilangan. Wajar saja kalau anak muda ini bisa tersesat di Great Wilderness.

Setelah melaju selama beberapa jam, mereka kadang-kadang bertemu dengan seekor binatang buas, tetapi ketika melihat ada banyak prajurit dalam rombongan ini, binatang buas itu tidak berani mendekat. Kereta akhirnya berhenti di sebuah gunung kecil, mereka mulai menyalakan api dan memasak.

Wanita muda terhormat yang bertopeng tidak pernah turun dari kereta, bahkan makanannya dibawa ke dalam kereta oleh wanita tua itu. Anak muda itu juga tidak berani menghampiri mereka, dia hanya duduk bersila di kejauhan, mengeluarkan sepotong daging asap kering dan mengunyahnya. Pedang kayu hitam pekat diletakkan di atas kakinya, dan anjing berbulu kuningnya duduk di sampingnya, melihat sekeliling dengan acuh tak acuh, sesekali melirik daging di mulut Hoshi Xiao.

Para penjaga duduk bersama dan memakan daging mereka dalam diam, mereka tidak minum alkohol dan mengobrol dengan suara rendah. Tidak ada dari mereka yang memandang anak muda itu, dan tidak ada yang membawakannya makanan panas. Di mata mereka, anak muda ini jelas serendah anjing liarnya, dan tidak layak untuk ditatap oleh mereka.

Wanita tua itu menunggu wanita bertopeng menyelesaikan makanannya, lalu melirik ke arah anak muda itu, dengan sedikit ragu-ragu, dia mengambil sepotong besar daging BBQ dan berjalan, menyerahkannya kepada anak muda itu, dengan ramah berkata, "Nak, makanlah!"

"Terima kasih nenek, aku sudah kenyang."

Anak muda itu dengan cepat berdiri dan berkata dengan sopan, tetapi dia mengambil dagingnya dan melemparkannya ke anjing kampung di sebelahnya.

Wanita tua itu sedikit tercengang, tersenyum tidak habis pikir dengan sikap anak muda itu, dia kemudian bertanya, "Nak, siapa namamu? Mengapa kamu berjalan sendirian di hutan belantara ini?"

Anak muda itu menggaruk kepalanya dan berkata dengan sedikit malu: "Namaku Hoshi Xiao, aku ingin pergi mengembara tapi malah tersesat di hutan belantara."

"Mengembara? Apakah kamu tahu betapa berbahayanya di luar sana? Kamu ini..."

Wanita tua itu menggelengkan kepalanya. Sebelum dia bisa selesai berbicara, warna wajahnya tiba-tiba berubah, punggungnya yang bungkuk langsung tegak, matanya seperti listrik menyapu ke arah timur, dan dia tiba-tiba berteriak.

Merry Li adalah penjaga yang tingkat kewaspadaannya tertinggi di rombongan Keluarga Su ini, 40 penjaga itu tidak ragu untuk membuang daging di tangan mereka, mengeluarkan pisau perang di sekitar mereka dan mengepung kereta. Gerakan mereka gesit, tidak ada jejak kepanikan di wajah mereka, yang terlihat hanya keseriusan dan ketenangan, mereka semua jelas tentara terlatih yang sudah lama hidup dengan keadaan seperti ini.

"Nak, ada banyak binatang buas bahkan binatang besar datang, kamu segeralah pergi melarikan diri ke arah sana, cepat!"

Setelah wanita tua itu meninggalkan kalimat ini, dia mengeluarkan panah dan pisau pendek dari lengan bajunya, dan dengan cepat pergi ke arah kereta. Meskipun dia sudah sangat tua, tapi larinya sangat cepat. Bisa dilihat kalau wanita tua ini juga merupakan anggota yang hebat.

Anak muda bernama Hoshi Xiao itu tidak pergi, malah mendengarkan suara itu dengan seksama, dia mengelus kepalanya dan berdiri dengan bingung, lalu bergumam, "Ini cuma sembilan belas serigala darah kelas dua dan pemimpin serigala darah kelas tiga? Kenapa mereka begitu gugup?"

Anjing kampungnya juga tidak melarikan diri, sebaliknya malah diam-diam bergegas maju ke depan, mengambil semua daging yang dilempar oleh orang-orang itu ke tanah. Setelah itu dia baru mundur ke sisi anak muda itu. Dia melihat sekelompok serigala darah yang muncul dari kejauhan hutan, ada sedikit penghinaan di matanya, dan dia duduk dengan malas di samping anak muda itu...

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

300