Bab 8 Kemarahan Dan Kekecewaan Andra, Adnan Dan Merrin
by Yarniati
21:33,Jun 12,2021
Suasana di pemakaman Amanda Fernandes, istri dari Julian Fernandes yang sempat koma selama satu tahun.
Tangis keluarga pecah iringi kepergian Amanda. Saat jenazah Amanda dibawa mendekati liang lahat, ketiga anak-anaknya yaitu Andra, Adnan dan Merrin tak kuasa menahan tangis. Begitu juga dengan Julian.
Terlihat Julian mengelap air mata yang jatuh di pipinya. Sementara, pihak keluarga lainnya nampak memberikan motivasi agar selalu tabah dan ikhlas kepada Julian dan ketiga anak-anaknya.
Tak jauh beda dengan Darren. Darren benar-benar terpukul akan Kepergian tantenya. Dulu waktu ibunya menghembuskan nafas terakhir, Darren tidak bisa melihat wajah ibunya untuk yang terakhir kalinya. Sekarang dirinya harus kembali berpisah dengan orang yang selalu ada untuknya. Walau dirinya bisa melihat wajah tantenya untuk yang terakhir kalinya. Namun, di hati Darren tidak merasakan keputusan sama sekali.
Seketika tubuh Darren jatuh bersimpuh di hadapan makam Amanda. Air matanya berlomba-lomba jatuh membasahi wajah tampannya. Saskia, Lory, keluarga Fernandes dan juga keluarga Austin menatap sedih Darren.
Ketika Saskia ingin menghampiri adiknya, Lory langsung menahan tangannya. Kemudian Lory berbisik di telinga Saskia.
"Biarkan Darren mengeluarkan semua amarah dan juga kesedihannya, Kak! Setidaknya dengan begitu Darren bisa dengan mudah melepaskan kepergian tante Amanda.
Darren mengepal kuat kedua tangannya. Tatapan matanya tersirat kebencian dan juga dendam.
"Mama, Tante Amanda. Aku bersumpah akan membalaskan kematian kalian. Aku tidak akan membiarkan orang yang sudah merebut kalian dariku hidup bahagia."
Velly melangkah mendekati Darren. Tatapan matanya menatap jijik kearah Darren. Kini Velly sudah berdiri di samping Darren.
"Darren," panggil Velly ketus.
Darren berdiri dari posisi duduknya, lalu menatap wajah Velly, mantan kakaknya.
PLAAKK!
"Aaakkkhhh." Darren merasakan panas di wajahnya akibat tamparan dari Velly.
"Velly!" teriak Julian, Andra, Adnan dan Merrin.
Velly memberikan tamparan di wajah Darren dengan keras. Setelah memberikan tamparan kepada Darren, Velly menatap tajam wajah Darren.
"Dasar pembunuh. Kau sudah membunuh Mama. Dan sekarang kau juga membunuh tante Amanda. Puas kau sekarang, hah?!" bentak Velly.
Darren tak kalah menatap Velly. Bahkan tatapan Darren kali ini benar-benar tatapan membunuh. Saskia, Lory dan anggota keluarga Fernandes dapat melihat tatapan mata Darren. Mereka takut jika Darren sampai kelepasan.
"Pembunuh! Pembunuh!" bentak Velly sembari menunjuk kearah wajah Darren.
SREETT!
Darren menarik kuat rambut Velly sehingga membuat kepala Velly mendongak ke belakang.
"Aakkhh! Velly berteriak kencang ketika Darren menarik kuat rambutnya.
"Kalian memang keluarga menjijikkan. Apa menghina sudah menjadi makanan sehari-hari kalian, hah?! Apak tidak ada kata-kata yang lebih sopan lagi dari kata penghinaan yang kalian berikan padaku? Aku benar-benar muak dan jijik melihat kelakuan kalian!" bentak Darren.
SREETT!
Darren kembali menarik kuat rambut Velly, sehingga membuat Velly kembali berteriak kesakitan.
"Rasa sakit di kepalamu ini tak seberapa dibandingkan rasa sakit di hatiku akan ucapanmu dan ucapan dari para sampah di keluargamu." Darren berucap dengan wajah datar dan dingin serta tatapan matanya yang tersirat kebencian.
Setelah itu, Darren mendorong kuat tubuh Velly hingga tersungkur di tanah.
BRUUKK!
"Velly." Vito menghampiri Velly dan menolongnya, lalu membawanya menjauh dari Darren.
"Sudah cukup aku merahasiakan hal ini. Sepertinya aku harus memberitahu kalian hal yang tidak pernah kalian ketahui, terutama untuk saudara Raka dan adik-adiknya."
Darren menatap tajam satu persatu anggota keluarga Austin. Dirinya benar-benar sudah sangat membenci keluarga itu. Tidak ada rasa sayang di dalam hatinya untuk keluarga tersebut, walau dirinya adalah salah satu bagian dari mereka.
Sementara anggota keluarga Austin, bahkan Raka beserta adik-adiknya menatap bingung Darren.
"Sekarang dengarkan aku baik-baik agar kalian semua berhenti menyebutku sebagai pembunuh. Dan setelah itu, berhentilah mencari masalah denganku!" bentak Darren.
"Aku bukan adik kandung kalian. Dan kalian bukanlah kakak-kakak kandungku. Kita hanya satu Ayah, tapi beda ibu. Ibu kandungku bukanlah ibu kandung kalian. Dia hanya berstatus ibu tiri kalian. Ibuku yang selama ini telah merawat dan menjaga kalian ketika kalian masih kecil-kecil dulu. Sementara ibu kandung kalian pergi meninggalkan kalian dengan laki-laki lain. Dia meninggalkan Ayah kalian demi laki-laki yang lebih kaya dari pada Ayah kalian. Ibu kandung kalian itu tidak peduli dengan Ayah kalian dan juga kalian anak-anaknya!"
Darren berbicara dengan nada ketus dan tatapan mata yang tajam kearah keluarga Austin.
Sementara Raka dan keempat adiknya terkejut mendengar perkataan dari Darren.
"Kau jangan mengarang cerita, Darren!" teriak Nasya.
"Kau pasti bohongkan!" teriak Vito.
"Silahkan kalian tanyakan sendiri kepada Ayah kalian itu. Tanyakan kepadanya apakah perkataanku ini benar atau hanya sebuah kebohongan. Dan tanyakan juga kepada Ayah kalian itu awal mula pertemuannya dengan ibuku sehingga berakhir mereka menikah." Darren tersenyum di sudut bibirnya.
"Jika bukan ibuku yang membantu Ayah kalian. Sudah dipastikan Perusahaan milik Ayah kalian dan Perusahaan milik keluarga Austin akan benar-benar akan hancur!" teriak Darren.
"Sekarang kalian sudah tahukan? Jadi aku katakan sekali lagi kepada kalian. Aku tidak membunuh ibuku. Bagiku, ibuku itu adalah malaikatku, pelindungku, kebahagiaanku, penyemangat hidupku. Jadi, bagaimana mungkin aku akan membuang semua itu. Justru aku curiga salah satu dari kalian lah pelaku pembunuhan itu. Tapi tenang saja. Tidak lama lagi semuanya akan terungkap."
Setelah mengatakan hal itu, Darren pun pergi meninggalkan makam tersebut dan diikuti oleh Saskia dan Lory.
Beberapa menit kepergian Darren, Saskia dan Lory. Keluarga Fernandes menatap tajam keluarga Austin.
"Kalian benar-benar menjijikkan. Tidak di rumah. Tidak di makam. Kalian selalu mencari masalah. Apa hanya itu yang ada di otak kalian!" bentak Huliya selaku ibu dari Julian.
"Aku sebagai anak tertua dari Amanda Austin atau sekarang berubah menjadi Amanda Fernandes tidak mempermasalahkan hal ini. Bahkan aku dan adik-adikku mempercayai Darren. Kami bahagia saat melihat kedatangan Darren. Tapi kenapa justru kalian yang marah. Kan sudah aku dan keluargaku katakan. Jika kalian tidak suka dengan keberadaan Darren. Kalian boleh pergi dan tinggalkan rumah kami. Tapi justru kalian bertahan sampai berakhir di pemakaman." Andra menatap kecewa keluarga Austin.
"Kalian benar-benar keterlaluan. Apa segitu besarkah kebencian kalian terhadap Darren? Apa tidak ada rasa sayang dan cinta di hati kalian untuk Darren, walau hanya secuil?" tanya Merrin yang sudah berlinang air mata.
"Bagaimana pun Darren adalah adik kalian, putra kalian, cucu kalian, keponakan kalian. Darren juga bagian dari kalian semua? Jika kalian tidak percaya padanya. Setidaknya, jangan memberikan luka yang terlalu dalam padanya. Darren sudah kehilangan ibunya, tante Clarissa. Dan sekarang Darren kembali kehilangan untuk yang kedua kalinya yaitu Mama yang tak lain adalah tante kesayangannya!" teriak Adnan.
Adnan tidak bisa membendung kesedihannya. Tangisan Adnan akhirnya pecah. Adnan menangis.
"Hiks... kalian adalah keluarganya. Tapi kalian membencinya hanya karena kalian lebih percaya omongan orang lain. Sementara kami yang berstatus kakak-kakak sepupunya, Om nya, Tantenya. Bahkan kami bukan siapa-siapa nya Darren. Tapi kami tidak membenci Darren. Kami justru lebih percaya Darren dari pada omongan orang-orang itu."
Melihat putranya sudah menangis membuat hati Julian sesak. Julian menghampiri putra dan langsung memeluk tubuh putranya itu.
"Papa... Hiks. Kenapa mereka kejam sekali kepada Darren? Kenapa mereka membenci Darren? Darren tidak salah. Darren tidak salah... Hiks," isak Adnan di pelukan ayahnya.
"Iya, sayang! Papa tahu. Papa tahu. Darren, keponakan Papa itu tidak salah. Hanya orang-orang bodoh yang sudah menyia-nyiakan anak sebaik Darren. Biarkan saja. Suatu saat mereka semua pasti akan menyesal. Apalagi sekarang ini mereka sudah mengetahui bahwa mereka bukanlah anak-anak dari tante Clarissa. Dan ibu kandung mereka pergi meninggalkan mereka ketika mereka masih kecil. Dan sebentar lagi mereka akan mendapatkan hukuman atas perbuatan mereka terhadap Darren." Julian berusaha menenangkan putra keduanya itu.
Setelah merasa tenang, Julian melepaskan pelukannya dan menatap wajah tampan putranya itu. Dan tak lupa menghapus air mata putranya.
"Sekarang lebih baik kita pulang dan istirahat di rumah. Nanti malam kita akan adakan doa untuk Mama."
"Hm." Adnan mengangguk.
Dan setelah itu, mereka pun memutuskan untuk pulang ke rumah. Begitu juga dengan keluarga Austin.
Tangis keluarga pecah iringi kepergian Amanda. Saat jenazah Amanda dibawa mendekati liang lahat, ketiga anak-anaknya yaitu Andra, Adnan dan Merrin tak kuasa menahan tangis. Begitu juga dengan Julian.
Terlihat Julian mengelap air mata yang jatuh di pipinya. Sementara, pihak keluarga lainnya nampak memberikan motivasi agar selalu tabah dan ikhlas kepada Julian dan ketiga anak-anaknya.
Tak jauh beda dengan Darren. Darren benar-benar terpukul akan Kepergian tantenya. Dulu waktu ibunya menghembuskan nafas terakhir, Darren tidak bisa melihat wajah ibunya untuk yang terakhir kalinya. Sekarang dirinya harus kembali berpisah dengan orang yang selalu ada untuknya. Walau dirinya bisa melihat wajah tantenya untuk yang terakhir kalinya. Namun, di hati Darren tidak merasakan keputusan sama sekali.
Seketika tubuh Darren jatuh bersimpuh di hadapan makam Amanda. Air matanya berlomba-lomba jatuh membasahi wajah tampannya. Saskia, Lory, keluarga Fernandes dan juga keluarga Austin menatap sedih Darren.
Ketika Saskia ingin menghampiri adiknya, Lory langsung menahan tangannya. Kemudian Lory berbisik di telinga Saskia.
"Biarkan Darren mengeluarkan semua amarah dan juga kesedihannya, Kak! Setidaknya dengan begitu Darren bisa dengan mudah melepaskan kepergian tante Amanda.
Darren mengepal kuat kedua tangannya. Tatapan matanya tersirat kebencian dan juga dendam.
"Mama, Tante Amanda. Aku bersumpah akan membalaskan kematian kalian. Aku tidak akan membiarkan orang yang sudah merebut kalian dariku hidup bahagia."
Velly melangkah mendekati Darren. Tatapan matanya menatap jijik kearah Darren. Kini Velly sudah berdiri di samping Darren.
"Darren," panggil Velly ketus.
Darren berdiri dari posisi duduknya, lalu menatap wajah Velly, mantan kakaknya.
PLAAKK!
"Aaakkkhhh." Darren merasakan panas di wajahnya akibat tamparan dari Velly.
"Velly!" teriak Julian, Andra, Adnan dan Merrin.
Velly memberikan tamparan di wajah Darren dengan keras. Setelah memberikan tamparan kepada Darren, Velly menatap tajam wajah Darren.
"Dasar pembunuh. Kau sudah membunuh Mama. Dan sekarang kau juga membunuh tante Amanda. Puas kau sekarang, hah?!" bentak Velly.
Darren tak kalah menatap Velly. Bahkan tatapan Darren kali ini benar-benar tatapan membunuh. Saskia, Lory dan anggota keluarga Fernandes dapat melihat tatapan mata Darren. Mereka takut jika Darren sampai kelepasan.
"Pembunuh! Pembunuh!" bentak Velly sembari menunjuk kearah wajah Darren.
SREETT!
Darren menarik kuat rambut Velly sehingga membuat kepala Velly mendongak ke belakang.
"Aakkhh! Velly berteriak kencang ketika Darren menarik kuat rambutnya.
"Kalian memang keluarga menjijikkan. Apa menghina sudah menjadi makanan sehari-hari kalian, hah?! Apak tidak ada kata-kata yang lebih sopan lagi dari kata penghinaan yang kalian berikan padaku? Aku benar-benar muak dan jijik melihat kelakuan kalian!" bentak Darren.
SREETT!
Darren kembali menarik kuat rambut Velly, sehingga membuat Velly kembali berteriak kesakitan.
"Rasa sakit di kepalamu ini tak seberapa dibandingkan rasa sakit di hatiku akan ucapanmu dan ucapan dari para sampah di keluargamu." Darren berucap dengan wajah datar dan dingin serta tatapan matanya yang tersirat kebencian.
Setelah itu, Darren mendorong kuat tubuh Velly hingga tersungkur di tanah.
BRUUKK!
"Velly." Vito menghampiri Velly dan menolongnya, lalu membawanya menjauh dari Darren.
"Sudah cukup aku merahasiakan hal ini. Sepertinya aku harus memberitahu kalian hal yang tidak pernah kalian ketahui, terutama untuk saudara Raka dan adik-adiknya."
Darren menatap tajam satu persatu anggota keluarga Austin. Dirinya benar-benar sudah sangat membenci keluarga itu. Tidak ada rasa sayang di dalam hatinya untuk keluarga tersebut, walau dirinya adalah salah satu bagian dari mereka.
Sementara anggota keluarga Austin, bahkan Raka beserta adik-adiknya menatap bingung Darren.
"Sekarang dengarkan aku baik-baik agar kalian semua berhenti menyebutku sebagai pembunuh. Dan setelah itu, berhentilah mencari masalah denganku!" bentak Darren.
"Aku bukan adik kandung kalian. Dan kalian bukanlah kakak-kakak kandungku. Kita hanya satu Ayah, tapi beda ibu. Ibu kandungku bukanlah ibu kandung kalian. Dia hanya berstatus ibu tiri kalian. Ibuku yang selama ini telah merawat dan menjaga kalian ketika kalian masih kecil-kecil dulu. Sementara ibu kandung kalian pergi meninggalkan kalian dengan laki-laki lain. Dia meninggalkan Ayah kalian demi laki-laki yang lebih kaya dari pada Ayah kalian. Ibu kandung kalian itu tidak peduli dengan Ayah kalian dan juga kalian anak-anaknya!"
Darren berbicara dengan nada ketus dan tatapan mata yang tajam kearah keluarga Austin.
Sementara Raka dan keempat adiknya terkejut mendengar perkataan dari Darren.
"Kau jangan mengarang cerita, Darren!" teriak Nasya.
"Kau pasti bohongkan!" teriak Vito.
"Silahkan kalian tanyakan sendiri kepada Ayah kalian itu. Tanyakan kepadanya apakah perkataanku ini benar atau hanya sebuah kebohongan. Dan tanyakan juga kepada Ayah kalian itu awal mula pertemuannya dengan ibuku sehingga berakhir mereka menikah." Darren tersenyum di sudut bibirnya.
"Jika bukan ibuku yang membantu Ayah kalian. Sudah dipastikan Perusahaan milik Ayah kalian dan Perusahaan milik keluarga Austin akan benar-benar akan hancur!" teriak Darren.
"Sekarang kalian sudah tahukan? Jadi aku katakan sekali lagi kepada kalian. Aku tidak membunuh ibuku. Bagiku, ibuku itu adalah malaikatku, pelindungku, kebahagiaanku, penyemangat hidupku. Jadi, bagaimana mungkin aku akan membuang semua itu. Justru aku curiga salah satu dari kalian lah pelaku pembunuhan itu. Tapi tenang saja. Tidak lama lagi semuanya akan terungkap."
Setelah mengatakan hal itu, Darren pun pergi meninggalkan makam tersebut dan diikuti oleh Saskia dan Lory.
Beberapa menit kepergian Darren, Saskia dan Lory. Keluarga Fernandes menatap tajam keluarga Austin.
"Kalian benar-benar menjijikkan. Tidak di rumah. Tidak di makam. Kalian selalu mencari masalah. Apa hanya itu yang ada di otak kalian!" bentak Huliya selaku ibu dari Julian.
"Aku sebagai anak tertua dari Amanda Austin atau sekarang berubah menjadi Amanda Fernandes tidak mempermasalahkan hal ini. Bahkan aku dan adik-adikku mempercayai Darren. Kami bahagia saat melihat kedatangan Darren. Tapi kenapa justru kalian yang marah. Kan sudah aku dan keluargaku katakan. Jika kalian tidak suka dengan keberadaan Darren. Kalian boleh pergi dan tinggalkan rumah kami. Tapi justru kalian bertahan sampai berakhir di pemakaman." Andra menatap kecewa keluarga Austin.
"Kalian benar-benar keterlaluan. Apa segitu besarkah kebencian kalian terhadap Darren? Apa tidak ada rasa sayang dan cinta di hati kalian untuk Darren, walau hanya secuil?" tanya Merrin yang sudah berlinang air mata.
"Bagaimana pun Darren adalah adik kalian, putra kalian, cucu kalian, keponakan kalian. Darren juga bagian dari kalian semua? Jika kalian tidak percaya padanya. Setidaknya, jangan memberikan luka yang terlalu dalam padanya. Darren sudah kehilangan ibunya, tante Clarissa. Dan sekarang Darren kembali kehilangan untuk yang kedua kalinya yaitu Mama yang tak lain adalah tante kesayangannya!" teriak Adnan.
Adnan tidak bisa membendung kesedihannya. Tangisan Adnan akhirnya pecah. Adnan menangis.
"Hiks... kalian adalah keluarganya. Tapi kalian membencinya hanya karena kalian lebih percaya omongan orang lain. Sementara kami yang berstatus kakak-kakak sepupunya, Om nya, Tantenya. Bahkan kami bukan siapa-siapa nya Darren. Tapi kami tidak membenci Darren. Kami justru lebih percaya Darren dari pada omongan orang-orang itu."
Melihat putranya sudah menangis membuat hati Julian sesak. Julian menghampiri putra dan langsung memeluk tubuh putranya itu.
"Papa... Hiks. Kenapa mereka kejam sekali kepada Darren? Kenapa mereka membenci Darren? Darren tidak salah. Darren tidak salah... Hiks," isak Adnan di pelukan ayahnya.
"Iya, sayang! Papa tahu. Papa tahu. Darren, keponakan Papa itu tidak salah. Hanya orang-orang bodoh yang sudah menyia-nyiakan anak sebaik Darren. Biarkan saja. Suatu saat mereka semua pasti akan menyesal. Apalagi sekarang ini mereka sudah mengetahui bahwa mereka bukanlah anak-anak dari tante Clarissa. Dan ibu kandung mereka pergi meninggalkan mereka ketika mereka masih kecil. Dan sebentar lagi mereka akan mendapatkan hukuman atas perbuatan mereka terhadap Darren." Julian berusaha menenangkan putra keduanya itu.
Setelah merasa tenang, Julian melepaskan pelukannya dan menatap wajah tampan putranya itu. Dan tak lupa menghapus air mata putranya.
"Sekarang lebih baik kita pulang dan istirahat di rumah. Nanti malam kita akan adakan doa untuk Mama."
"Hm." Adnan mengangguk.
Dan setelah itu, mereka pun memutuskan untuk pulang ke rumah. Begitu juga dengan keluarga Austin.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved