Bab 3 Melakukan Tugas

by Ricky 17:28,May 31,2024
Di dalam hatinya, Shindy tahu sebagai perawat, memberikan perawatan terbaik kepada pasiennya adalah tugasnya dan dia tidak boleh goyah.

Dia menenangkan diri, pergi mencari baskom, memanaskan air, mencampurnya dengan air dingin, menyesuaikan suhunya, mengambil handuk dan berkata, "Paman Albert, berbaringlah, aku akan membantumu untuk menyeka tubuhmu. Cuaca musim panas sangat panas, setelah tidak mandi beberapa hari kamu pasti merasa tidak enak."

Meski Shindy menahan suaranya, jantungnya berdetak kencang, dari dada sampai ke tenggorokannya. Dia melihat Albert berusaha keras untuk menutupi setengah celana dalamnya dengan tangannya dengan erat. Tetapi, dia masih bisa merasakannya karena dari tatapan monster yang gugup, monster itu sepertinya hendak melepaskan diri.

Wajah Shindy tiba-tiba memerah. Dia meletakkan handuk itu di lengan Albert dengan lembut. Albert berteriak karena kepanasan. Shindy segera mengambilnya dan mengibasnya beberapa kali.

Albert berpura-pura santai di permukaan, tetapi hatinya terasa panas dan darahnya mengalir deras. Jari-jari Shindy dengan ringan menyentuh lengannya dan dia memiliki perasaan halus tanpa alasan.

Albert jelas tahu kalau Shindy adalah pacar rekannya yang merupakan muridnya, Tommy, jadi dia seharusnya tidak memiliki pemikiran yang tidak pantas. Meskipun dia tahu sebagai perawat, Shindy yang menyeka tubuhnya adalah hal yang normal, entah kenapa dia teringat adegan ketika Shindy sedang merawatnya dan kemudian dia merasa kalau tubuh itu bukan lagi miliknya.

Albert merasa malu atas pemikirannya saat ini.

Shindy menghela napas panjang dan ketika handuknya sudah dingin, dia dengan lembut menyeka wajah Albert lagi.

"Paman Albert, tolong angkat tanganmu. Aku akan menyeka bagian depan dulu. Bisakah kamu mengangkat kedua tanganmu? Jadi, aku bisa lebih mudah untuk menyekanya. Kalau tidak, aku agak kesulitan melakukannya." Shindy merasa sangat gugup sampai dahinya berkeringat.

Shindy tahu apa yang akan terjadi ketika Albert melepaskan tangannya. Monster itu akan menatap langsung ke arahnya dan seluruh situasinya akan sangat memalukan. Shindy tidak pernah merasa menjadi perawat begitu tidak nyaman, bahkan ketika dia menganggapnya sebagai etika perawatan.

Albert akhirnya mengangkat tangannya dan meletakkannya di belakang kepalanya. Shindy menyeka tubuh Albert dengan hati-hati. Albert rutin berolahraga, Shindy bisa melihat dan merasakan otot perutnya. Dia membayangkannya Tubuh telanjang Albert memperlihatkan otot-otot tubuh bagian atas dan aura pria mengalir ke wajahnya.

Tidak tahu kenapa, ketika Shindy sedang menyekanya dalam keadaan seperti ini, yang terlintas di benaknya adalah kalau di dalam bilik toilet, dia dan seorang pria terjerat bersama, erangan yang akrab, suara napas yang akrab, lengan kuat dan sosok tampan pria itu. Wajahnya terlihat tegas seperti pria dewasa.

Shindy tenggelam dalam kegembiraan yang tak terbatas, naik dan turun selaras dengan ritme pria itu, berputar ribuan mil.

Pria itu tiba-tiba mengangkat kepalanya dan dia dengan jelas melihat kalau wajah itu bukan wajah Tommy, tetapi wajah Albert.

"Ah!" Shindy kembali sadar dan menatap Albert. Wajahnya semerah seperti dia baru saja minum alkohol.

Shindy melihat Albert memegangi lehernya, jakunnya berguling dan terus menelan air liurnya. Kakinya terentang, lalu ditekuk dan akhirnya direntangkan lagi. Shindy diam-diam menatap Albert dan handuk yang berada di dada perlahan bergerak turun. Untuk sesaat Shindy merasa terkejut, dia terhalang oleh sesuatu. Shindy tiba-tiba menyadari apa benda itu. Butir-butir keringat mengalir di wajahnya. Jantungnya berdetak makin cepat, suara debarannya seperti bunyi drum.

Shindy mengetahui tanggung jawab dan kewajibannya. Sebagai perawat, dia harus mempertimbangkan pasien terlebih dahulu, apa pun yang terjadi. Dia memaksa dirinya untuk tenang dan terus melakukan pekerjaannya dengan hati-hati. Ketika handuknya sudah dingin, dia pergi ke baskom untuk mengambil handuk lagi. Setelah menyeka dadanya, dia menyeka kakinya, tetapi karena dia harus menggerakkan matanya ke bawah dan melihat bagian itu. Tidak peduli seberapa terbuka pun pikirannya, dia tidak bisa sepenuhnya mengacuhkannya.

Shindy menyekanya, tetapi dia merasakan perasaan aneh di hatinya. Perasaan itu tiba-tiba menusuk hatinya. Dia mengharapkan sesuatu. Rasa terhina yang kuat membuat Shindy tersipu. Dia seharusnya tidak memiliki pikiran seperti itu.

Albert memejamkan mata dan berkonsentrasi semaksimal mungkin. Perlahan-lahan, dia menjadi akrab dengan gerakan Shindy. Itu bukan sekedar gerakan menyeka tubuhnya, tetapi lebih seperti pijatan. Tubuhnya terasa sangat kaku semenjak dia sakit, berkat Shindy, dia merasakan akupresur dan pijatan Shindy pada tendonnya.

Tiba-tiba, sebuah wajah muncul di benaknya dan "siaran langsung" itu membuat Albert tiba-tiba duduk dan mengagetkan Shindy. "Shindy, tolong bersihkan punggungku juga, bagian depannya sudah selesai."

Alasan Albert mengatakan ini adalah karena dia benar-benar tidak bisa mengendalikan tubuhnya lagi. Dulu, dia berpikir kalau mempraktikkan tindakan seseorang adalah sebuah pepatah, tetapi sekarang tampaknya itu mungkin bohong. Tidak peduli bagaimana dia mengendalikannya, darah di tubuhnya masih terkonsentrasi.

Shindy menjawab,"Oh". Napas keduanya sangat berat, Shindy mendapat kesempatan langka ini, yang seperti mendapatkan penyelamat hidup.

Shindy tahu kalau Albert berusaha menghindari kecurigaan. Kalau seseorang datang dalam situasi yang memalukan, itu akan merepotkan. Meskipun mereka berdua tahu tidak ada yang terjadi, begitu ucapan ini sampai di mulut orang lain, mereka akan mengatakan apa yang mereka inginkan. Nantinya, mereka berdua tidak akan bisa berdebat, dia tidak akan bisa menyelesaikan kesalahpahaman ini bagaimanapun caranya.

Shindy berpikir seperti itu. Tangannya sibuk, dibanding bagian depan, bagian belakang lebih mudah untuk dibersihkan. Dia mencoba yang terbaik untuk menyeka Albert dengan cermat.

"Shindy, apa kamu masih sibuk?" Suara di belakangnya tiba-tiba mengejutkannya dan Shindy menjatuhkan handuknya ke tanah seolah-olah dia ketahuan melakukan sesuatu yang buruk.

"Oh… Dir… Direktur Candra, aku sedang menyeka tubuh pasien," jawab Shindy jujur.

"Oke, Shindy selalu bekerja dengan serius. Aku akan dengan serius mempertimbangkan untuk merekomendasikanmu untuk mendapatkan penghargaan lain kali." Setelah Direktur Candra selesai berbicara, dia berjalan keluar dari bangsal.

Saat Direktur memeriksa bangsal tadi, kalau Albert sedang berbaring dan posisi Shindy sedang menghadapi monster itu dan Direktur melihatnya, maka itu akan merepotkan.

Shindy mengambil pakaian rumah sakit yang bersih dan membantu Albert memakainya. Saat berganti pakaian, tubuh Shindy sangat dekat dengannya dan Albert samar-samar mencium aroma parfum di tubuhnya. Baju perawat kerah rendah Shindy, kedua payudaranya yang montok dan indah bergetar, siap keluar dan bibir kecilnya menggugah imajinasi orang.

Shindy memerhatikan Albert membasahi bibirnya yang kering dengan lidahnya!

Pada hari-hari berikutnya, kesehatan Albert membaik dari hari ke hari. Tetapi, suatu sore, Albert merasa sedikit mengantuk dan lukanya sangat sakit. Dia kira ini normal selama pemulihan, jadi dia terlalu memikirkannya.

Siapa sangka, ternyata itu disebabkan oleh peradangan pada lukanya. Pada malam itu, Albert merasa tidak nyaman.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

100