Bab 2 Perawatan Yang Memalukan

by Ricky 17:28,May 31,2024
Dalam dua hari berikutnya, Albert selalu merasa bersalah. Setiap kali Shindy datang memeriksanya, dia selalu membuat beberapa alasan, mengatakan dirinya sedang mengantuk atau baik-baik saja dan memintanya untuk segera meninggalkan bangsal.

Namun, bagaimanapun Albert menahan pikirannya, terkadang pemandangan itu masih tiba-tiba masih muncul di benaknya.

Bra berenda hitam, payudara montok yang sedang gemetar, serta suara erangan Shindy yang naik turun...

Setiap kali memikirkan hal ini, Albert tidak berani menatap wajah Shindy. Dia tidak seharusnya punya pikiran apa-apa terhadap pacar rekannya. Malam itu, Tommy membawakan makanan dan memanggil Shindy untuk makan bersamanya. Karena Albert baru selesai operasi, Tommy memesan sesuatu yang ringan untuknya.

Saat makan, Tommy berbicara dan tertawa, mencoba untuk menyesuaikan suasana. Albert hanya menundukkan kepalanya sambil makan, sedangkan Shindy mengobrol menaggapi Tommy.

Albert berada di ranjang rumah sakit, terkadang dia diam-diam menatap Shindy yang memakai baju perawat dan topi putih perawat, duduk di bangku kecil.

Karena Shindy sedang duduk, begitu Albert menoleh, dia melihat jari-jari Shindy yang putih dan ramping yang sedang mengambil sayuran. Baju perawat berkerah V tidak bisa menutupi pakaian dalam putihnya yang indah sepenuhnya. Meski baju perawat tidak sengaja dirombak, Albert merasa baju perawat ini seakan-akan dibuat khusus untuknya, bahkan pinggang ramping Shindy yang indah terlihat dengan jelas.

Shindy sudah memerhatikan postur duduknya dan menekuk kakinya sebanyak mungkin, tetapi kakinya yang panjang, ramping dan putih masih terpampang jelas. Saat Albert melihatnya sekilas, dia tidak melihat Shindy memakai stoking. Tetapi, kalau dilihat lebih dekat, Shindy memakai stoking berwarna kulit.

Kakinya proporsional, ramping dan jenjang. Setiap kali Albert mendengar Tommy mengatakan bahwa pacarnya cantik dan bertubuh bagus, Albert tidak pernah memercayainya, tetapi sekarang dia sepenuhnya memercayainya.

"Shindy, perusahaan mengutusku untuk dinas ke luar kota. Ada pertemuan pertukaran dan aku diminta belajar dari pengalaman itu. Setelah aku pergi, kamu harus menjaga Paman Albert dengan baik, kalau tidak dia akan sangat kesepian, mengerti?"

"Tommy, kamu juga tahu kalau rumah sakit sangat sibuk. Aku takut aku ... tidak bisa merawat Paman Albert ..." Shindy mengangkat kepalanya dan melirik ke arah Albert yang segera mengalihkan pandangannya. Shindy paling takut berduaan bersama Albert. Setiap kali dia memikirkan apa yang terjadi malam itu, Shindy merasa malu.

"Tommy, aku adalah pria dewasa. Shindy sudah sibuk dengan tugasnya di rumah sakit, jadi jangan mempersulitnya." Albert menatap mata Shindy dan hatinya menegang. Sekarang pikirannya dipenuhi oleh adegan Tommy dan Shindy waktu itu.

"Shindy, seingatku kamu sedang bertugas malam ini. Kamu adalah seorang perawat dan Paman Albert tidak bisa bergerak. Tolong bantu Paman Albert menyeka tubuhnya di malam hari. Paman Albert sudah beberapa hari tidak mandi, cuaca juga lagi panas sekarang."

"Tidak bisa!" Shindy dengan tegas menolak dan tiba-tiba berdiri sampai menjatuhkan kotak makannya.

Tommy terkejut melihat reaksi Shindy, "Shindy, kamu kenapa? Paman Albert adalah seniorku. Kedengarannya memang tidak baik untuk mengatakan ini, tapi justru karena Paman Albert sakit, aku jadi punya kesempatan untuk membalasnya kebaikannya. Kamu adalah salah satu perawat terbaik di rumah sakit ini, jadi wajar bagi kita untuk merawat Paman Albert bersama."

"Aku... " Shindy berkata dengan ragu-ragu, "Aku baru ingat, Linda mau ganti jam kerja denganku malam ini."

"Tommy, jangan mempersulit Shindy. Aku akan bisa mandi setelah aku membaik."Albert menepuk bahu Tommy sambil melirik ke arah Shindy. Shindy menundukkan kepalanya dan hanya terdiam.

Albert merasa suasananya sangat canggung. Dia bisa melihat kalau Tommy berusaha keras untuk membujuk Shindy, tetapi Shindy tidak mau menghadapinya karena ada simpul di hatinya.

Setelah ketiga orang itu selesai makan, Tommy dan Shindy keluar bersama. Tommy berkata kepada Shindy, "Shindy, kalau kamu ada waktu, kamu harus membantuku menjaga Paman Albert dengan baik. Dinas kali ini, aku akan membelikan lipstik Givechy yang kamu suka waktu itu untukmu."

Meski Shindy sangat gembira, dia tahu Albert sudah mengintip mereka. Bagaimana dia bisa menghadapinya?

Shindy hanya mengangguk.

Shindy sangat tertekan di ruang tunggu. Awalnya dia ingin mengganti jam malamnya dengan rekannya Linda, tetapi ternyata pacar Linda akan datang malam ini. Mereka ingin makan malam dan menonton film bersama. Semua ini hanya bisa dikatakan sebagai kebetulan.

Sekitar jam sembilan malam, Tommy sudah pulang. Shindy sudah mencari-cari, tetapi dia tidak menemukan orang yang bisa menggantikannya. Jadi, dia hanya bisa pergi dan membersihkan tubuh Albert sendiri.

Saat Shindy masuk ke bangsal, Albert sudah tidur. Shindy memeriksa infusnya dan semuanya normal.

Melihat Albert yang sedang tidur nyenyak, Shindy berpikir sebaiknya dia tidak membersihkan badannya dulu. Kalau besok Tommy bertanya, dia akan mengatakan kalau Paman Albert sedang tidur dan dia tidak enak mengganggunya.

Memikirkan hal ini, Shindy menghela napas lega. Begitu dia berbalik dan mau keluar, dia mendengar Albert terbatuk.

Albert terbatuk hebat, jadi Shindy segera menghampiri dan menuangkan segelas air. Dia membantu Albert untuk duduk dan memberinya air. "Paman Albert pelan-pelan, minum air daulu," ucap Shindy sambil menepuk-nepuk punggung Albert.

Shindy berada sangat dekat dengan Albert. Satu tangannya berada di punggung Albert, jadi tubuhnya secara alami sangat dekat. Saat dia mendekat, tubuh Albert bergesekan dengan payudaranya yang montok dan menjulang tinggi. Meski Shindy mengenakan baju perawat, begitu Albert menoleh, dia melihat pakaian dalam sutra putih Shindy di bawah baju perawat berkerah rendah itu. Shindy mengganti bra hitam berendanya dengan bra sutra putih, bra itu membungkus dua payudara yang membuat orang susah untuk menahan air liur mereka.

Shindy melihat lebih dekat dan melihat arah tatapan Albert. Shindy sangat ketakutan, jadi dia langsung berdiri dan menjauh. Dia melemparkan gelas di tangannya ke arah Albert, membuat tubuh Albert basah kuyup. Melihat hal ini, Shindy terdiam terkejut lagi, dia buru-buru menyeka air itu dengan tangannya dan berkata, "Maaf, Paman Albert, maaf, aku tidak sengaja."

Shindy segera menyeka tangannya pada pakaian Albert yang dibasahi air. Dia sangat panik sampai tidak memerhatikan, bagian yang basah kebetulan adalah bagian bawah tubuh Albert. Begitu diseka, bagian bawah Albert langsung menegang dan mengeras. Shindy berteriak sedikit dan segera mundur beberapa langkah.

Shindy merasa sangat malu. Dia ... dia benar-benar menyentuh bagian bawah Paman Albert. Dia merasa sangat malu, tetapi hatinya jelas-jelas bersemangat. Dia bahkan secara tidak sadar membandingkannya dengan milik Tommy. Milik Paman Albert lebih besar dari milik Tommy. Tidak, tidak, tidak, bagaimana dia bisa memikirkan semua omong kosong ini? Tommy selalu menganggap Albert sebagai pamannya. Wajah Shindy langsung memerah karena malu.

Tentu saja Albert merasakannya, tetapi dia tidak bisa berkata apa-apa. Sejak dia melihat mereka berdua, dia tidak berani melihat Shindy secara langsung.

Shindy tertegun beberapa saat. Setelah dia tenang dan napasnya stabil, dia bergumam, "Paman Albert, aku akan membantumu menyeka tubuhmu. Sekarang tubuhmu sudah basah, tidak bisa tidak ganti pakaian juga. Jadi, aku akan sekalian menyeka tubuhmu."

Saat Albert masih merasa ragu, Shindy sudah berjalan mendekat, berjalan ke belakangnya dan membuka kancing kemejanya satu per satu, lalu melepas kemejanya.

Albert benar-benar bingung. Yang lebih mengerikan saat ini adalah wangi parfum Shindy adalah wangi favoritnyanya. Aroma itu memenuhi indra penciumannya. Tangan mungil Shindy bergerak-gerak di depan matanya, membuat napas Albert memberat.

Shindy tidak menunggu Albert bereaksi, dia berbalik ke depannya, Dia mengulurkan tangannya, meraih celananya dan meminta Paman Albert untuk mengangkat bokongnya sedikit. Shindy menundukkan kepalanya dan dengan perlahan membuka celana Albert. Saat Albert melihat ke depan, dia melihat bra Shindy yang membungkus kedua payudara putihnya itu lagi.

Tidak sanggup lagi, Albert tidak bisa mengontrol perasaannya lagi. Tetapi, dia tahu jelas dia tidak boleh berpikiran jahat, ini adalah pacar rekannya.

Namun, dia tidak bisa menahan aliran darah di tubuhnya. Mereka sepertinya dipanggil dan dikumpulkan secara bersamaan di satu tempat. Shindy takut pantat Albert akan sakit ketika dia mengangkat pantatnya, jadi dia mencoba melepas celana rumah sakit Albert dengan selembut mungkin. Shindy baru saja mulai berkonsentrasi, dia hanya khawatir akan rasa sakit di tempat Albert dioperasi, jadi dia berusaha sekuat untuk berhati-hati dan menilai dari pernapasannya. Awalnya, Shindy merasa Albert sedikit gugup jadi dia kesulitan bernapas, sekarang napasnya malah menjadi cepat dan pendek. Jadi, dia pikir dia sudah menyakiti Albert. Saat dia mendongak, Shindy menghela napas dan menutupi kepalanya. Shindy memalingkan wajahnya, dia tahu kalau napas Albert menjadi cepat bukan karena rasa sakitnya, tetapi ...

Bagian bawah tubuh Albert yang menyebabkan masalah dan menatapnya melalui pakaiannya.

Shindy mengusir pikiran buruk itu dan melanjutkan tugasnya sebagai perawat dengan cermat dan hati-hati. Tommy benar. Menyeka tubuh pasien merupakan tugas perawat. Meski awalnya Shindy tidak mau melakukannya, begitu dia mulai melakukannya, dia harus merawat pasiennya dengan serius.

Shindy selalu memikirkan hal ini di dalam hatinya, tetapi ketika dia memikirkan apa yang dilihat Albert dengan matanya yang seperti harimau dan sekarang dia melihat Albert menutupi kepalanya, dia merasa tidak nyaman.

Apa yang harus dia lakukan, ini terlalu memalukan, apalagi sekarang yang terpikir olehnya hanyalah Albert yang mengintipnya dari celah pintu sambil mengagumi mereka berdua.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

100