chapter 11 Kamu Tidak Pantas Menyuruhku Berlutut
by Endy Kho
14:42,Jan 09,2024
Orang-orang di sekitar juga tercengang. Apa yang anak ini katakan? Dia meminta Jerry menampar dirinya sendiri tiga kali? Ingin mati, ya?
Meskipun Jerry bukanlah orang penting di Kota Gangnam, dia tetaplah seorang bos dengan aset lebih dari 100 juta dan bisa dianggap sebagai CEO yang cukup terkenal dari beberapa merek di Kota Gangnam.
Namun, anak ini justru memintanya menampar dirinya sendiri tiga kali? Bukankah ini terlalu konyol?
Kedua orang yang bepergian bersamanya tertawa mencemooh, mengira anak ini benar-benar gila.
“Kamu pikir kamu siapa, memintaku menampar diriku sendiri tiga kali?” Ekspresi Jerry berubah sangat masam. Dia sekali lagi dipermalukan di depan umum oleh Tommy, ini membuatnya ingin membunuh laki-laki tersebut.
Dia sudah berbaik hati merekomendasikan Tommy untuk mendapatkan pekerjaan tetap sebelumnya, tetapi tidak dihargai sama sekali, Sekarang, Tommy bahkan berani meneriakinya tanpa mengindahkan aturan apa pun.
"Apa kamu benar-benar berpikir karena kamu adalah menantu Keluarga Su, kamu bisa meremehkanku? Biar kuberi tahu, itu tidak mungkin!"
"Ada apa dengan Stephani? Aku bebas memarahinya. Dasar wanita jalang, centil, begitu aku memakinya."
Plak!
Tommy mengangkat tangannya dan menampar wajah Jerry. Salah satu gigi Jerry lepas karena tamparan itu, membuatnya terkesiap.
Sebelum dia bisa bereaksi, tamparan kedua Tommy menyusul.
Plak!
Tamparan ketiga mendarat di mulutnya.
Plak!
Setelah mulutnya ditampar tiga kali, separuh wajah Jerry membengkak seperti babi. Muncul keheningan yang mematikan di sekelilingnya.
Mata orang-orang membelalak, wajah mereka tak percaya. Anak ini benar-benar berani menampar Jerry tiga kali di depan umum?
Yoga juga kaget. Tommy benar-benar berani balas dendam. Dia memang pantas menjadi anak buah Presiden Su, sungguh mendominasi.
Dia menatap dengan perasaan gembira. Alangkah menyenangkan jika dia bisa melakukan hal yang sama. Sayangnya, dia tahu bahwa statusnya terlalu rendah.
Siapa pun yang berani melawan orang-orang jahat seperti ini pasti memiliki dukungan di belakangnya. Jika orang biasa berani memukul Jerry, orang itu akan mati setelahnya, entah bagaimana pun caranya.
“Sebagai mantan teman sekelas, aku tidak ingin bertengkar denganmu, tetapi mulutmu kotor, dan aku tidak akan melepaskanmu begitu saja!”
“Jangan bertindak jahat dengan memanfaatkan uang, dan jangan meremehkan siapa pun karena bisa saja kamu akan mendapat masalah besar tanpa menyadarinya.”
"Ayo masuk!" Tommy berbalik dan membawa Yoga menuju pintu lobi klub tanpa menghiraukan Jerry yang wajahnya dipenuhi kebencian dan keganasan.
Jerry bukan hanya merasa wajahnya sangat kesakitan, tetapi juga terbakar rasa malu. Dia ingin mencari celah di tanah untuk bersembunyi, dia telah ditampar oleh seorang pria yang masih bergantung pada istrinya di depan umum. Ini adalah hal yang sangat memalukan.
"Tommy!" Jerry mengepalkan tangannya begitu keras hingga buku-buku jarinya memutih.
“Jerry, bukankah kamu mengenal Kak Frans di klub? Minta Kak Frans mengambil tindakan dan memberinya pelajaran.”
"Ya, beri pelajaran pada bajingan itu!"
Kedua pria maju ke depan dan memberikan nasihat kepada Jerry dengan ekspresi dingin di wajah mereka.
Mata Jerry berbinar. Ya, dia kenal Kak Frans yang merupakan salah satu dari empat orang paling berkuasa di bawah Tuan Sam.
Pecundang ini berani masuk ke mulut harimau, jadi jangan salahkan dia kalau menimbulkan masalah.
“Aku akan mencari Kak Frans sekarang!" Jerry mengertakkan gigi sambil menyeringai, tetapi kemudian mendapati gusinya sangat sakit. Gigi yang tanggal itu membuat amarahnya melonjak lagi.
Di klub, malam tiba, dan pesta coktail tidak lagi diadakan di aula lantai pertama, tetapi digantikan dengan disko. Musik heavy metal disetel sangat keras, dan lampu yang redup membuat orang pusing.
Tommy tidak melihat pemuda berambut kuning itu, jadi dia membawa Yoga ke tempat yang tenang dan duduk.
“Panggil orang yang menghubungimu dan beri tahu mereka bahwa kita di sini!” Tommy melirik Yoga yang sedikit gelisah karena merasa belum siap mental.
Yoga segera mengeluarkan ponselnya dan memutar nomor yang tidak dikenalnya itu.
Segera, suara seorang pria terdengar dari telepon, nadanya sedikit tidak sabar.
"Cepat katakan apa urusanmu, aku sibuk!"
“Aku sudah sampai di Aula Klub Sam, cepat lepaskan adikku!!” Yoga mengepalkan tangannya, wajahnya penuh amarah.
Suara di telepon berhenti sejenak, lalu terdengar tawa. "Menurutku aku siapa? Satpammu? Salahmu sendiri karena memprovokasi Tuan Sam. Tuan Sam akan memberimu pelajaran agar kamu tahu siapa yang menguasai Kota Gangnam."
"Aku akan segera turun, tunggu saja!"
Terdengar nada sibuk di telepon dan orang itu menutup telepon.
Pandangan Tommy terpaku pada deret paha putih serta yang dibalut stoking warna-warni di lantai dansa, juga para wanita dengan pakaian seksi dan ekor rubah di pantat mereka.
Yoga sangat cemas sehingga wajahnya dipenuhi keringat, tapi dia tidak berani mengganggu minat Tommy, jadi dia hanya bisa duduk gelisah di pinggir.
"Kak Frans, itu dia!"
Tak lama kemudian, suara itu kembali terdengar.
Jerry memegangi wajahnya yang bengkak, menunjuk ke arah Tommy dengan ganas, dan menatap pemuda berjaket kulit di sebelahnya.
Pria muda itu memiliki rambut merah keriting dan anting-anting di kedua telinganya. Dia melihat Tommy dari atas ke bawah, lalu tertawa.
“Jerry, kamu pecundang. Anak ini sangat kurus, tapi kamu bahkan tidak bisa mengalahkannya.”
“Kamu biasanya cuma menggunakan kekuatanmu pada wanita, ya?" Kak Frans memandang Jerry dengan usil. Yang dilihat cepat-cepat tersenyum dan berkata, "Bukan begitu, anak ini sangat aneh, kuharap Kak Frans bisa mengambil tindakan."
"Kakak adalah salah satu dari empat orang kuat yang berada langsung di bawah Tuan Sam. Dengan bantuan Anda, anak ini pasti tidak akan berani berulah!" Jerry memuji-muji pemuda berambut merah itu, sikapnya benar-benar berbeda dari saat menghadapi Tommy.
Tommy tidak menghiraukan orang-orang ini, dia hanya terus menatap lantai dansa.
Ketidakpeduliannya membuat ekspresi Kak Frans ini langsung berubah menjadi kesal. Ini adalah pertama kalinya dia diabaikan, terutama setelah menjadi salah satu dari empat orang terkuat di bawah naungan Tuan Sam.
“Kawan-kawan, beri dia pelajaran!” Dia melambaikan tangannya dengan tidak sabar, dan empat pria muda dengan pakaian berwarna-warni di belakangnya datang dan bergegas menuju Tommy.
Karena Kak Frans menyuruh mereka memberi pelajaran, mereka tidak akan menunjukkan belas kasihan.
“Yoga, aku serahkan padamu. Jangan bilang kamu tidak bisa mengalahkan mereka berempat?” Tommy melirik Yoga di samping, tersenyum, kemudian melambai ke arah bar sambil berkata, “Bawakan aku segelas wiski, tambahkan es."
Terdengar suara perkelahian di samping telinganya, tapi Tommy tidak menggubrisnya.
Lalu, dia mengambil wiski dengan es dari tangan pelayan sambil tersenyum.
Tak lama, suara perkelahian di sekitar mereka menghilang, dan keempat gangster itu berhasil dijatuhkan oleh Yoga yang saat ini terengah-engah dan menyeka keringat di dahinya.
Setelah memukuli empat orang dengan tangannya sendiri, dia makin mengagumi Tommy. Pria itu bisa membunuh lebih dari dua puluh orang sendirian sebelumnya, sangat menakutkan.
"Nak, kamu tenang sekali. Sepertinya kamu tidak takut karena belum melihat darah!” Pemuda berambut merah itu tertawa garang dan mengambil parang dari tangan laki-laki di sampingnya.
Rasa merinding langsung muncul dari punggung Yoga. Dia melihat ke depan dengan waspada. Kalau sesuatu terjadi, dia akan mengambil tindakan.
"Tommy, sehebat apa kamu? Apa kamu masih bisa sombong sekarang? Hahaha!" Jerry menyeringai jahat di samping dan menunjukkan ekspresi bangga. Saat ini, wajahnya seperti tidak sakit lagi.
Sebaliknya, dia menatap Tommy dengan angkuh, yakin kalau laki-laki itu akan mendapat masalah.
"Tommy, kalau kamu berlutut dan bersujud kepadaku tiga kali, aku akan meminta Kak Frans untuk mengampuni nyawamu!" lanjut Jerry sambil mencibir, dia terlihat sangat sombong.
Kalau Tommy berlutut dan bersujud padanya, kehormatannya yang hancur sebelumnya dapat dia peroleh kembali.
Dia juga akan mendapatkan perasaan puas. Menantu dari Keluarga Su bersujud kepadanya. Meskipun itu adalah menantu yang tidak dihormati, tetap saja. Siapa yang tidak akan menghormati Jerry kalau dia mengatakan hal itu nanti?
Mengenai hubungan sebagai teman sekelas, mereka sudah lama jauh. Belum lagi, dia sering menghina Tommy saat SMA dulu.
Kebencian itu telah tersembunyi di hatinya sejak masa kanak-kanak.
Tommy meletakkan wiski di tangannya, menatap Jerry, dan tersenyum dengan jijik. "Kamu tidak pantas menyuruhku berlutut!"
"Kak Frans? bawa aku menemui Sam!" Tommy segera mengalihkan pandangannya dan menatap pemuda berambut merah itu.
"Beraninya kamu memanggil Tuan Sam dengan namanya?Cari mat!" Wajah pemuda berambut merah itu tiba-tiba menjadi sangat masam, dan dia menebaskan parang di tangannya.
Karena bekerja pada Tuan Sam, mana mungkin dia tidak pernah membunuh orang? Dia sudah terbiasa dengan hal itu.
Tommy melihat bahwa pria ini sangat ahli dengan senjata tajam, dan dia sudah menganggapnya sebagai mangsa empuk.
Sebelum Yoga mengambil tindakan, Tommy meraih parang dan kemudian menembus lengan pemuda berambut merah itu, darah pun mengucur.
"Aduh!!!"
Pemuda berambut merah itu memegangi lengannya dan jatuh ke lantai sambil berteriak.
Wajah Jerry langsung memucat, dia merasakan selangkangannya basah, dan ketika dia menundukkan kepalanya, dia melihat dirinya mengompol.
Tommy melirik pria yang biasanya galak, keras kepala, dan sombong ini dengan jijik. Lihatlah, sekarang dia tampak takut setengah mati.
Bukannya dia ingin berbaik hati pada Jerry, tapi Tommy benar-benar sedang tidak ingin berurusan dengan hal remeh-temeh sepertinya.
“Seseorang, datanglah! Ada yang membuat masalah!” Kak Frans memegangi lengannya dan meraung ke sekeliling.
Lebih dari 30 orang datang dengan tergesa-gesa. Pemuda berambut kuning yang memimpin mereka memiliki ekspresi yang sangat muram. Begitu dia turun, dia melihat seseorang membuat masalah di sini.
Dalam satu hari, hal seperti ini terjadi dua kali berturut-turut!
Dia bergegas dengan garang, kemudian melihat Tommy duduk di kursi.
Dalam sekejap, wajahnya pun berubah dari marah menjadi pucat.
Meskipun Jerry bukanlah orang penting di Kota Gangnam, dia tetaplah seorang bos dengan aset lebih dari 100 juta dan bisa dianggap sebagai CEO yang cukup terkenal dari beberapa merek di Kota Gangnam.
Namun, anak ini justru memintanya menampar dirinya sendiri tiga kali? Bukankah ini terlalu konyol?
Kedua orang yang bepergian bersamanya tertawa mencemooh, mengira anak ini benar-benar gila.
“Kamu pikir kamu siapa, memintaku menampar diriku sendiri tiga kali?” Ekspresi Jerry berubah sangat masam. Dia sekali lagi dipermalukan di depan umum oleh Tommy, ini membuatnya ingin membunuh laki-laki tersebut.
Dia sudah berbaik hati merekomendasikan Tommy untuk mendapatkan pekerjaan tetap sebelumnya, tetapi tidak dihargai sama sekali, Sekarang, Tommy bahkan berani meneriakinya tanpa mengindahkan aturan apa pun.
"Apa kamu benar-benar berpikir karena kamu adalah menantu Keluarga Su, kamu bisa meremehkanku? Biar kuberi tahu, itu tidak mungkin!"
"Ada apa dengan Stephani? Aku bebas memarahinya. Dasar wanita jalang, centil, begitu aku memakinya."
Plak!
Tommy mengangkat tangannya dan menampar wajah Jerry. Salah satu gigi Jerry lepas karena tamparan itu, membuatnya terkesiap.
Sebelum dia bisa bereaksi, tamparan kedua Tommy menyusul.
Plak!
Tamparan ketiga mendarat di mulutnya.
Plak!
Setelah mulutnya ditampar tiga kali, separuh wajah Jerry membengkak seperti babi. Muncul keheningan yang mematikan di sekelilingnya.
Mata orang-orang membelalak, wajah mereka tak percaya. Anak ini benar-benar berani menampar Jerry tiga kali di depan umum?
Yoga juga kaget. Tommy benar-benar berani balas dendam. Dia memang pantas menjadi anak buah Presiden Su, sungguh mendominasi.
Dia menatap dengan perasaan gembira. Alangkah menyenangkan jika dia bisa melakukan hal yang sama. Sayangnya, dia tahu bahwa statusnya terlalu rendah.
Siapa pun yang berani melawan orang-orang jahat seperti ini pasti memiliki dukungan di belakangnya. Jika orang biasa berani memukul Jerry, orang itu akan mati setelahnya, entah bagaimana pun caranya.
“Sebagai mantan teman sekelas, aku tidak ingin bertengkar denganmu, tetapi mulutmu kotor, dan aku tidak akan melepaskanmu begitu saja!”
“Jangan bertindak jahat dengan memanfaatkan uang, dan jangan meremehkan siapa pun karena bisa saja kamu akan mendapat masalah besar tanpa menyadarinya.”
"Ayo masuk!" Tommy berbalik dan membawa Yoga menuju pintu lobi klub tanpa menghiraukan Jerry yang wajahnya dipenuhi kebencian dan keganasan.
Jerry bukan hanya merasa wajahnya sangat kesakitan, tetapi juga terbakar rasa malu. Dia ingin mencari celah di tanah untuk bersembunyi, dia telah ditampar oleh seorang pria yang masih bergantung pada istrinya di depan umum. Ini adalah hal yang sangat memalukan.
"Tommy!" Jerry mengepalkan tangannya begitu keras hingga buku-buku jarinya memutih.
“Jerry, bukankah kamu mengenal Kak Frans di klub? Minta Kak Frans mengambil tindakan dan memberinya pelajaran.”
"Ya, beri pelajaran pada bajingan itu!"
Kedua pria maju ke depan dan memberikan nasihat kepada Jerry dengan ekspresi dingin di wajah mereka.
Mata Jerry berbinar. Ya, dia kenal Kak Frans yang merupakan salah satu dari empat orang paling berkuasa di bawah Tuan Sam.
Pecundang ini berani masuk ke mulut harimau, jadi jangan salahkan dia kalau menimbulkan masalah.
“Aku akan mencari Kak Frans sekarang!" Jerry mengertakkan gigi sambil menyeringai, tetapi kemudian mendapati gusinya sangat sakit. Gigi yang tanggal itu membuat amarahnya melonjak lagi.
Di klub, malam tiba, dan pesta coktail tidak lagi diadakan di aula lantai pertama, tetapi digantikan dengan disko. Musik heavy metal disetel sangat keras, dan lampu yang redup membuat orang pusing.
Tommy tidak melihat pemuda berambut kuning itu, jadi dia membawa Yoga ke tempat yang tenang dan duduk.
“Panggil orang yang menghubungimu dan beri tahu mereka bahwa kita di sini!” Tommy melirik Yoga yang sedikit gelisah karena merasa belum siap mental.
Yoga segera mengeluarkan ponselnya dan memutar nomor yang tidak dikenalnya itu.
Segera, suara seorang pria terdengar dari telepon, nadanya sedikit tidak sabar.
"Cepat katakan apa urusanmu, aku sibuk!"
“Aku sudah sampai di Aula Klub Sam, cepat lepaskan adikku!!” Yoga mengepalkan tangannya, wajahnya penuh amarah.
Suara di telepon berhenti sejenak, lalu terdengar tawa. "Menurutku aku siapa? Satpammu? Salahmu sendiri karena memprovokasi Tuan Sam. Tuan Sam akan memberimu pelajaran agar kamu tahu siapa yang menguasai Kota Gangnam."
"Aku akan segera turun, tunggu saja!"
Terdengar nada sibuk di telepon dan orang itu menutup telepon.
Pandangan Tommy terpaku pada deret paha putih serta yang dibalut stoking warna-warni di lantai dansa, juga para wanita dengan pakaian seksi dan ekor rubah di pantat mereka.
Yoga sangat cemas sehingga wajahnya dipenuhi keringat, tapi dia tidak berani mengganggu minat Tommy, jadi dia hanya bisa duduk gelisah di pinggir.
"Kak Frans, itu dia!"
Tak lama kemudian, suara itu kembali terdengar.
Jerry memegangi wajahnya yang bengkak, menunjuk ke arah Tommy dengan ganas, dan menatap pemuda berjaket kulit di sebelahnya.
Pria muda itu memiliki rambut merah keriting dan anting-anting di kedua telinganya. Dia melihat Tommy dari atas ke bawah, lalu tertawa.
“Jerry, kamu pecundang. Anak ini sangat kurus, tapi kamu bahkan tidak bisa mengalahkannya.”
“Kamu biasanya cuma menggunakan kekuatanmu pada wanita, ya?" Kak Frans memandang Jerry dengan usil. Yang dilihat cepat-cepat tersenyum dan berkata, "Bukan begitu, anak ini sangat aneh, kuharap Kak Frans bisa mengambil tindakan."
"Kakak adalah salah satu dari empat orang kuat yang berada langsung di bawah Tuan Sam. Dengan bantuan Anda, anak ini pasti tidak akan berani berulah!" Jerry memuji-muji pemuda berambut merah itu, sikapnya benar-benar berbeda dari saat menghadapi Tommy.
Tommy tidak menghiraukan orang-orang ini, dia hanya terus menatap lantai dansa.
Ketidakpeduliannya membuat ekspresi Kak Frans ini langsung berubah menjadi kesal. Ini adalah pertama kalinya dia diabaikan, terutama setelah menjadi salah satu dari empat orang terkuat di bawah naungan Tuan Sam.
“Kawan-kawan, beri dia pelajaran!” Dia melambaikan tangannya dengan tidak sabar, dan empat pria muda dengan pakaian berwarna-warni di belakangnya datang dan bergegas menuju Tommy.
Karena Kak Frans menyuruh mereka memberi pelajaran, mereka tidak akan menunjukkan belas kasihan.
“Yoga, aku serahkan padamu. Jangan bilang kamu tidak bisa mengalahkan mereka berempat?” Tommy melirik Yoga di samping, tersenyum, kemudian melambai ke arah bar sambil berkata, “Bawakan aku segelas wiski, tambahkan es."
Terdengar suara perkelahian di samping telinganya, tapi Tommy tidak menggubrisnya.
Lalu, dia mengambil wiski dengan es dari tangan pelayan sambil tersenyum.
Tak lama, suara perkelahian di sekitar mereka menghilang, dan keempat gangster itu berhasil dijatuhkan oleh Yoga yang saat ini terengah-engah dan menyeka keringat di dahinya.
Setelah memukuli empat orang dengan tangannya sendiri, dia makin mengagumi Tommy. Pria itu bisa membunuh lebih dari dua puluh orang sendirian sebelumnya, sangat menakutkan.
"Nak, kamu tenang sekali. Sepertinya kamu tidak takut karena belum melihat darah!” Pemuda berambut merah itu tertawa garang dan mengambil parang dari tangan laki-laki di sampingnya.
Rasa merinding langsung muncul dari punggung Yoga. Dia melihat ke depan dengan waspada. Kalau sesuatu terjadi, dia akan mengambil tindakan.
"Tommy, sehebat apa kamu? Apa kamu masih bisa sombong sekarang? Hahaha!" Jerry menyeringai jahat di samping dan menunjukkan ekspresi bangga. Saat ini, wajahnya seperti tidak sakit lagi.
Sebaliknya, dia menatap Tommy dengan angkuh, yakin kalau laki-laki itu akan mendapat masalah.
"Tommy, kalau kamu berlutut dan bersujud kepadaku tiga kali, aku akan meminta Kak Frans untuk mengampuni nyawamu!" lanjut Jerry sambil mencibir, dia terlihat sangat sombong.
Kalau Tommy berlutut dan bersujud padanya, kehormatannya yang hancur sebelumnya dapat dia peroleh kembali.
Dia juga akan mendapatkan perasaan puas. Menantu dari Keluarga Su bersujud kepadanya. Meskipun itu adalah menantu yang tidak dihormati, tetap saja. Siapa yang tidak akan menghormati Jerry kalau dia mengatakan hal itu nanti?
Mengenai hubungan sebagai teman sekelas, mereka sudah lama jauh. Belum lagi, dia sering menghina Tommy saat SMA dulu.
Kebencian itu telah tersembunyi di hatinya sejak masa kanak-kanak.
Tommy meletakkan wiski di tangannya, menatap Jerry, dan tersenyum dengan jijik. "Kamu tidak pantas menyuruhku berlutut!"
"Kak Frans? bawa aku menemui Sam!" Tommy segera mengalihkan pandangannya dan menatap pemuda berambut merah itu.
"Beraninya kamu memanggil Tuan Sam dengan namanya?Cari mat!" Wajah pemuda berambut merah itu tiba-tiba menjadi sangat masam, dan dia menebaskan parang di tangannya.
Karena bekerja pada Tuan Sam, mana mungkin dia tidak pernah membunuh orang? Dia sudah terbiasa dengan hal itu.
Tommy melihat bahwa pria ini sangat ahli dengan senjata tajam, dan dia sudah menganggapnya sebagai mangsa empuk.
Sebelum Yoga mengambil tindakan, Tommy meraih parang dan kemudian menembus lengan pemuda berambut merah itu, darah pun mengucur.
"Aduh!!!"
Pemuda berambut merah itu memegangi lengannya dan jatuh ke lantai sambil berteriak.
Wajah Jerry langsung memucat, dia merasakan selangkangannya basah, dan ketika dia menundukkan kepalanya, dia melihat dirinya mengompol.
Tommy melirik pria yang biasanya galak, keras kepala, dan sombong ini dengan jijik. Lihatlah, sekarang dia tampak takut setengah mati.
Bukannya dia ingin berbaik hati pada Jerry, tapi Tommy benar-benar sedang tidak ingin berurusan dengan hal remeh-temeh sepertinya.
“Seseorang, datanglah! Ada yang membuat masalah!” Kak Frans memegangi lengannya dan meraung ke sekeliling.
Lebih dari 30 orang datang dengan tergesa-gesa. Pemuda berambut kuning yang memimpin mereka memiliki ekspresi yang sangat muram. Begitu dia turun, dia melihat seseorang membuat masalah di sini.
Dalam satu hari, hal seperti ini terjadi dua kali berturut-turut!
Dia bergegas dengan garang, kemudian melihat Tommy duduk di kursi.
Dalam sekejap, wajahnya pun berubah dari marah menjadi pucat.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved