Bab 8 Part 8
by Neng Gemoy
21:39,Dec 05,2023
Cepat kumanfaatkan kesempatan ini, mumpung Tante Reki sedang menginginkannya. Dan pada waktu aku mau meletakkan moncong penisku di mulut vagina tanteku, baru aku sadar bahwa Tante Reki sudah menanggalkan behanya. Sehingga sepasang toketnya yang berukuran sedang itu tak tertutup apa – apa lagi.
Aku pun lalu menyadari hal lain yang sudah berbeda. Sepasang mata Tante Reki itu sudah bersorot pasrah.
Lalu apa loagi yang kutunggu ? Tak ada. Aku malah harus secepatnya membenamkan batang kemaluanku yang sudah menagih – nagih ini ke dalam liang memek Tante Reki yang sudah dibasahi oleh air liurku.
Agak seret juga masuknya. Tapi sedikit demi sedikit penisku mulai membenam juga ke dalam liang kewanitaan Tante Reki.
Aku pun menjatuhkan dadaku ke atas dada Tante Reki, yang disambut dengan pelukan tanteku yang jelita dan menggiurkan ini. Lalu ia merapatkan pipinya ke pipiku, seolah tak mau bertatapan denganku. Lalu terdengar suaranya, “Setelah sekian lamanya tante tidak merasakan sentuhan lelaki, akhirnya tnte rasakan kembali … dengan punyamu yang segini gede dan panjangnya … punya keponakan tante sendiri pula … oooooh … Saaaam … tante tak menduga sedikit pun malam ini akan terjadi hal ini … tapi … Sam harus bisa merahasiakannya kepada siapa pun ya … apalagi kepada Pia dan Wulan … jangan sampai mereka tau ya Sam … “
“Iya Tante. Aku juga gak menyangka perjumpaanku dengan Tante tiba – tiba membuatku akan merasakan ini … merasakan sesuatu yang mendatangkan kebahagiaan untukku … “ sahutku yang kulanjutkan dengan menjauhkan pipiku dari pipinya.
Lalu kutatap sepasang mata beningnya dan kupagut bibirnya ke dalam ciuman hangatku … yang berlanjut dengan saling lumat, saling sedot lidah yang orang bilang French kissing ini … bahkan ketika batang kemaluanku mulai kuayun perlahan di dalam liang kewanitaan tanteku yang luar biasa legitnya ini, kami masih saling lumat terus … masih saling julurkan lidah dan saling sedot terus … tanpa peduli air liur kami yang berpindah – pindah tempat … tanpa peduli bahwa aku ini keponakan Tante Reki … tanpa peduli kalau Tante Reki itu adik kandung ibuku almarhumah.
Lalu … ketika bibir kami berjauhan, entotanku pun mulai lancar … seolah mengaduk – aduk pertahanan Tante Reki … seolah mengaduk – aduk liang kewanitaannya yang hangat dan licin tapi legit ini … oooo … betapa nikmatnya menyetubuhi bibiku yang cantik dan menggiurkan ini … !
Tak cuma mengentot memeknya. Aku pun mulai menjilati leher jenjangnya yang hangat, diiringi dengan gigitan – gigitan kecil, sementara Tante Reki mulai mengimbanginya dengan geolan – geolan pinggul secara spontan, membuat batang kemaluanku bisa menggenjot setiap sudut liang kewanitaannya. Disambut dengan rintihan -rintihan erotisnya, yang justru membuatku semakin bersemangat untuk mengentot memek legit licinnya ini.
“Saaaam … aaaaaaahhhhh …. Saaaaam …. Saaaaam … kontolmu ini gila sekali Saaaam … gila sekali enaknyaaaa … belum pernah tante merasakan diewe oleh kontol sepanjang dan segede ini … ngacengnya pun sempurna sekali … tidak pletay – pletoy seperti kontol lelaki tua … ooo … oooo … ooooohhhh … Saaaaam … ini luar biasa enaknya Saaaam … tante jadi sayang padamu Saaaam … sayaaaaaaang seeekaliii … Saaaaaam … entot terus Sam … entoooooottttt … eentoooot teruuuuuussssss Sam … entot terus sepuasmu Saaaaam …. entooot terusssssssssss … entoooooooottttttttt Sam … entooooooooooottttttttt … entooooooooooooootttttttttttttt … iyaaaaaaaaa … iyaaaaaaa … entooooooooottttttt … tapi jangan terlalu cepat Sam … agak pelan … naaah segituuu … iyaaaaa … biar segini aja kecepatannya … biar bisa lebih menghayati nikmatnya kontolmu Saaam … iyaaaa … iyaaaa … entot teruuussss Saaaam …. entooootttttt …. “
Lain perempuan lain selera. Ternyata Tante Reki senang dientot dengan kecepatan sedang, jangan dengan kecepatan tinggi.
Ketika sedang mengentot dengan gerakan santai ini, perhatianku mulai tertuju ke sepasang toket Tante Reki yang berukuran sedang dan masih lumayan padat. Tidak mengempis seperti toket wanita sebayanya. Apalagi kalau toket gede, pada umumnya masih bergelantungan dengan pangkal yang sudah mengempis dan banyak keriputnya.
Mungkin inilah salah satu kelebihan toket yang tidak terlalu gede. Bisa “awet kencang”. Tidak gembyor seperti pepaya yang ketuaan.
Dan aku mulai mengemut pentil toket kiri tanteku, sementara tangan kiriku dibuat untuk meremas – remas toket kanannya. Tante Reki pun merintih – rintih terus, meski pinggulnya tetap bergoyang meliuk – liuk indah dan erotis. Membuat penis ngacengku dibesot – besot dan diremas – remas oleh dinding liang memek tanteku.
“Duuuuh Saaaam … makin lama makin enak rasanya Saaam … tante pasti ketagihan sama kontolmu yang sangat terasa gesekannya ini Saaam … entot terus sepuasmu Saaam … tante sayang kamu … sayang sekali Saaaam … tante sayang kamuuuu … entooot terussss … tante sayaaaaaang Saaaaam … entoooot teruuuussssss … entooottttt … aaaaa… aaaaaaah Saaaam … Saaaam … ! Saaaam … ! Saaaam … ! Tante udah mau lepas Saaaam … entot terusssss … entooooot … entoooooot … aaaaa …. aaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhh …. Saaaam …. “
Tante Reki berkelojotan. Lalu mengejang tegang sambil meremas – remas rambutku. Aku pun menghentikan entotanku beberapa detik, sambil ikutg menikmati erotisnya liang memek Tante Reki yang tengah berkedut – kedut kencang, disusul dengan membasahnya liang memeknya.
Lalu Tante Reki terkulai lunglai.
Namun di detik – detik paska orgasme itu, wajah Tante Reki justru terlihat lebih cantik. Wajahnya seperti memancarkan aura khusus, aura wanita yang baru menikmati kepuasannya.
Setelah wajah Tante Reki mulai memerah kembali, aku p[un melanjutkan entotanku. Masih dalam kecepatan satai seperti yang diinginkannya tadi. Sementara mulutku pun mulai berkeliaran di permukaan leher jenjangnya. Dan pada suatu saat, aku mulai menjilati ketiak kirinya sambil meremas toket kanannya.
Suara Tante Reki pun terdengar lagi, “Saaaam … kamu pandai sekali menemukan titik – titik peka di tubuh wanita. Aaaaa … aaaaah … Saaaaam … aku mulai bergairah lagi nih … kamu memang luar biasa. Bukan hanya gede kontol tapi juga perkasa di atas perut perempuan. Ayo mainkan terus kontolmu Saaaam … entot terus memekku sepuasmu … entooot teruuuussss … entoooottttt …. entooooooooooooottttttttttttttt … “
Pantat Tante Reki sudah bergeol – geol lagi, laksana kapal oleng di tengah samudera. Laksana kocokan telur sedang mengocok. Berputar – putar, meliuk – liuk dan menghempas – hempas.
Aku tetap asyik mengentot memeknya sambil menjilati ketiak dan meremas – remas toketnya. Terkadang aku pun mencium dan melumat bibirnya, sambil memeluk lehernya. Di saat lain aku pun bisa mengemut dan mengisap – isap pentil toketnya yang tegang ini, sementara arus birahi kami semakin lama semakin memuncak.
Memang cukup lama penisku mengentot liang memek Tante Reki setelah dia orgasme tadi. Tentu saja keringatku pun bercucuran dibuatnya. Sementara Tante Reki pun sudah berkeringat di sana – sini. Namun aku tetap menjilati lehernya tanpa keraguan sedikit pun. Mungkin saja ada keringatnya yang tertelan olehku. Namun aku tak peduli itu. Bahkan ketika Tante Reki merintih – rintih erotis lagi, aku pun semakin bergairah untuk mengentotnya habis – habisan.
“Saaam … oooo … ooooh …. Saaaam … ini luar biasa Saaaam … belum pernah tante merasakan nikmat seperti ini Saaam … entot terus Sam … iyaaaa … iyaaaa … enak Saaam … iyaaaa … iyaaaa … genjot terus kontolmu sepuasnya Saaaaam … entot teruuussss … entoooootttttttt … entoooootttttttttttt … entooooooooootttttttttttttt …. “
Namun beberapa saat kemudian Tante Reki memperlihatkan gejala – gejala mau orgasme lagi. Dan kali ini aku bertekad untuk mencapai puncak kenikmatan bersamaan dengan Tante Reki.
Maka dengan gencar kupercepat entotanku. Penisku maju – mundur dan maju – mundur terus di dalam liang memek ibu kandung Wulan dan Pia itu.
Sampai pada suatu saat, ketika Tante Reki sedang mengejang tegang, ketika liang memeknya mengejut – ngejut kencang itu … penisku pun “menemaninya” dengan kejutan – kejutan, sementara moncongnya melepaskan tembakan beruntun …. croootttt … croooootttttttt … crooootttttttttt … crottcrottt … crooootttttttt … crooooooooooootttttt … !
Aku menggelepar di atas perut Tante Reki, lalu terkulai lemas di dalam dekapan tanteku. Dengan keringat membanjiri tubuh kami.
Setelah penisku terlepas dari liang memek Tante Reki, aku pun merebahkan diri di samping tanteku yang tampak seperti tepar itu. Pada saat itulah aku mendapatkan kesimpulan di dalam benak dan hatiku. Bahwa Tante Reki justru lebih mengesankan daripada kedua anaknya (Pia dan Wulan), yang juga sudah kugauli sebelumnya.
Kenapa bisa begitu ? Entahlah. Yang jelas, sesaat kemudian Tante Reki terbangun. Lalu duduk dan turun dari bed, kemudian melangkah ke kamar mandi. Aku pun mengikutinya dari belakang, dalam keadaan masih sama – sama telanjang.
Di dalam kamar mandi, ketika air hangat shower sedang memancar dari atas kepala kami, Tante Reki memeluk dan menciumi bibirku. Lalu bertanya singkat, “Puas ?”
“Luar biasa puas dan mengesankannya Tante, “ sahutku sambil menyabuni tubuh dan anggota badan Tante Reki, “Tante sendiri gimana ? Puas ?”
Sambil tersenyum manis Tante Reki menyahut, “Mungkin tante jauh lebih puas lagi dari Sam. Bahkan ada perasaan yang malu mengatakannya … biarlah tante simpan saja perasaan ini … tak usah dikatakan kepada siapa pun … “
“Lho … kok masih mau main rahasia – rahasiaan denganku ?” cetusku penasaran, “Perasaan apa yang Tante sembunyikan itu ?”
“Jangan diketawain ya Sam … jujjur aja … sepertinya tante sudah mencintai Sam … padahal Sam jauh lebih muda dari tante … Sam keponakan tante sendiri pula … makanya tante juga jadi bingung. Kenapa harus merasakan hal yang gak selayaknya tumbuh di dalam hati tante … “
“Cinta itu buta, tidak mengenal status dan usia, Tanteku Sayang … “
“Iya … tapi bagaimana kalau pada suatu saat tante hamil, sedangkan kita tak mungkin bisa menjadi suami – istri ? Bagaimana pula seandainya Pia dan Wulan tau ?”
“Tenang aja Tante. Nanti Tante akan kusembunyikan di suatu tempat yang takkan bisa ditemukan oleh Pia, Wulan dan semua keluarga kita. Aku malah akan merasa lebih bahagia lagi kalau Tante bisa mengandung anakku. “
Tante Reki memelukku sambil merapatkan pipinya ke pipiku, “Entah kenapa … tante merasa bahagia sekali saat ini Sam … “
Bersambung...
Aku pun lalu menyadari hal lain yang sudah berbeda. Sepasang mata Tante Reki itu sudah bersorot pasrah.
Lalu apa loagi yang kutunggu ? Tak ada. Aku malah harus secepatnya membenamkan batang kemaluanku yang sudah menagih – nagih ini ke dalam liang memek Tante Reki yang sudah dibasahi oleh air liurku.
Agak seret juga masuknya. Tapi sedikit demi sedikit penisku mulai membenam juga ke dalam liang kewanitaan Tante Reki.
Aku pun menjatuhkan dadaku ke atas dada Tante Reki, yang disambut dengan pelukan tanteku yang jelita dan menggiurkan ini. Lalu ia merapatkan pipinya ke pipiku, seolah tak mau bertatapan denganku. Lalu terdengar suaranya, “Setelah sekian lamanya tante tidak merasakan sentuhan lelaki, akhirnya tnte rasakan kembali … dengan punyamu yang segini gede dan panjangnya … punya keponakan tante sendiri pula … oooooh … Saaaam … tante tak menduga sedikit pun malam ini akan terjadi hal ini … tapi … Sam harus bisa merahasiakannya kepada siapa pun ya … apalagi kepada Pia dan Wulan … jangan sampai mereka tau ya Sam … “
“Iya Tante. Aku juga gak menyangka perjumpaanku dengan Tante tiba – tiba membuatku akan merasakan ini … merasakan sesuatu yang mendatangkan kebahagiaan untukku … “ sahutku yang kulanjutkan dengan menjauhkan pipiku dari pipinya.
Lalu kutatap sepasang mata beningnya dan kupagut bibirnya ke dalam ciuman hangatku … yang berlanjut dengan saling lumat, saling sedot lidah yang orang bilang French kissing ini … bahkan ketika batang kemaluanku mulai kuayun perlahan di dalam liang kewanitaan tanteku yang luar biasa legitnya ini, kami masih saling lumat terus … masih saling julurkan lidah dan saling sedot terus … tanpa peduli air liur kami yang berpindah – pindah tempat … tanpa peduli bahwa aku ini keponakan Tante Reki … tanpa peduli kalau Tante Reki itu adik kandung ibuku almarhumah.
Lalu … ketika bibir kami berjauhan, entotanku pun mulai lancar … seolah mengaduk – aduk pertahanan Tante Reki … seolah mengaduk – aduk liang kewanitaannya yang hangat dan licin tapi legit ini … oooo … betapa nikmatnya menyetubuhi bibiku yang cantik dan menggiurkan ini … !
Tak cuma mengentot memeknya. Aku pun mulai menjilati leher jenjangnya yang hangat, diiringi dengan gigitan – gigitan kecil, sementara Tante Reki mulai mengimbanginya dengan geolan – geolan pinggul secara spontan, membuat batang kemaluanku bisa menggenjot setiap sudut liang kewanitaannya. Disambut dengan rintihan -rintihan erotisnya, yang justru membuatku semakin bersemangat untuk mengentot memek legit licinnya ini.
“Saaaam … aaaaaaahhhhh …. Saaaaam …. Saaaaam … kontolmu ini gila sekali Saaaam … gila sekali enaknyaaaa … belum pernah tante merasakan diewe oleh kontol sepanjang dan segede ini … ngacengnya pun sempurna sekali … tidak pletay – pletoy seperti kontol lelaki tua … ooo … oooo … ooooohhhh … Saaaaam … ini luar biasa enaknya Saaaam … tante jadi sayang padamu Saaaam … sayaaaaaaang seeekaliii … Saaaaaam … entot terus Sam … entoooooottttt … eentoooot teruuuuuussssss Sam … entot terus sepuasmu Saaaaam …. entooot terusssssssssss … entoooooooottttttttt Sam … entooooooooooottttttttt … entooooooooooooootttttttttttttt … iyaaaaaaaaa … iyaaaaaaa … entooooooooottttttt … tapi jangan terlalu cepat Sam … agak pelan … naaah segituuu … iyaaaaa … biar segini aja kecepatannya … biar bisa lebih menghayati nikmatnya kontolmu Saaam … iyaaaa … iyaaaa … entot teruuussss Saaaam …. entooootttttt …. “
Lain perempuan lain selera. Ternyata Tante Reki senang dientot dengan kecepatan sedang, jangan dengan kecepatan tinggi.
Ketika sedang mengentot dengan gerakan santai ini, perhatianku mulai tertuju ke sepasang toket Tante Reki yang berukuran sedang dan masih lumayan padat. Tidak mengempis seperti toket wanita sebayanya. Apalagi kalau toket gede, pada umumnya masih bergelantungan dengan pangkal yang sudah mengempis dan banyak keriputnya.
Mungkin inilah salah satu kelebihan toket yang tidak terlalu gede. Bisa “awet kencang”. Tidak gembyor seperti pepaya yang ketuaan.
Dan aku mulai mengemut pentil toket kiri tanteku, sementara tangan kiriku dibuat untuk meremas – remas toket kanannya. Tante Reki pun merintih – rintih terus, meski pinggulnya tetap bergoyang meliuk – liuk indah dan erotis. Membuat penis ngacengku dibesot – besot dan diremas – remas oleh dinding liang memek tanteku.
“Duuuuh Saaaam … makin lama makin enak rasanya Saaam … tante pasti ketagihan sama kontolmu yang sangat terasa gesekannya ini Saaam … entot terus sepuasmu Saaam … tante sayang kamu … sayang sekali Saaaam … tante sayang kamuuuu … entooot terussss … tante sayaaaaaang Saaaaam … entoooot teruuuussssss … entooottttt … aaaaa… aaaaaaah Saaaam … Saaaam … ! Saaaam … ! Saaaam … ! Tante udah mau lepas Saaaam … entot terusssss … entooooot … entoooooot … aaaaa …. aaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhh …. Saaaam …. “
Tante Reki berkelojotan. Lalu mengejang tegang sambil meremas – remas rambutku. Aku pun menghentikan entotanku beberapa detik, sambil ikutg menikmati erotisnya liang memek Tante Reki yang tengah berkedut – kedut kencang, disusul dengan membasahnya liang memeknya.
Lalu Tante Reki terkulai lunglai.
Namun di detik – detik paska orgasme itu, wajah Tante Reki justru terlihat lebih cantik. Wajahnya seperti memancarkan aura khusus, aura wanita yang baru menikmati kepuasannya.
Setelah wajah Tante Reki mulai memerah kembali, aku p[un melanjutkan entotanku. Masih dalam kecepatan satai seperti yang diinginkannya tadi. Sementara mulutku pun mulai berkeliaran di permukaan leher jenjangnya. Dan pada suatu saat, aku mulai menjilati ketiak kirinya sambil meremas toket kanannya.
Suara Tante Reki pun terdengar lagi, “Saaaam … kamu pandai sekali menemukan titik – titik peka di tubuh wanita. Aaaaa … aaaaah … Saaaaam … aku mulai bergairah lagi nih … kamu memang luar biasa. Bukan hanya gede kontol tapi juga perkasa di atas perut perempuan. Ayo mainkan terus kontolmu Saaaam … entot terus memekku sepuasmu … entooot teruuuussss … entoooottttt …. entooooooooooooottttttttttttttt … “
Pantat Tante Reki sudah bergeol – geol lagi, laksana kapal oleng di tengah samudera. Laksana kocokan telur sedang mengocok. Berputar – putar, meliuk – liuk dan menghempas – hempas.
Aku tetap asyik mengentot memeknya sambil menjilati ketiak dan meremas – remas toketnya. Terkadang aku pun mencium dan melumat bibirnya, sambil memeluk lehernya. Di saat lain aku pun bisa mengemut dan mengisap – isap pentil toketnya yang tegang ini, sementara arus birahi kami semakin lama semakin memuncak.
Memang cukup lama penisku mengentot liang memek Tante Reki setelah dia orgasme tadi. Tentu saja keringatku pun bercucuran dibuatnya. Sementara Tante Reki pun sudah berkeringat di sana – sini. Namun aku tetap menjilati lehernya tanpa keraguan sedikit pun. Mungkin saja ada keringatnya yang tertelan olehku. Namun aku tak peduli itu. Bahkan ketika Tante Reki merintih – rintih erotis lagi, aku pun semakin bergairah untuk mengentotnya habis – habisan.
“Saaam … oooo … ooooh …. Saaaam … ini luar biasa Saaaam … belum pernah tante merasakan nikmat seperti ini Saaam … entot terus Sam … iyaaaa … iyaaaa … enak Saaam … iyaaaa … iyaaaa … genjot terus kontolmu sepuasnya Saaaaam … entot teruuussss … entoooootttttttt … entoooootttttttttttt … entooooooooootttttttttttttt …. “
Namun beberapa saat kemudian Tante Reki memperlihatkan gejala – gejala mau orgasme lagi. Dan kali ini aku bertekad untuk mencapai puncak kenikmatan bersamaan dengan Tante Reki.
Maka dengan gencar kupercepat entotanku. Penisku maju – mundur dan maju – mundur terus di dalam liang memek ibu kandung Wulan dan Pia itu.
Sampai pada suatu saat, ketika Tante Reki sedang mengejang tegang, ketika liang memeknya mengejut – ngejut kencang itu … penisku pun “menemaninya” dengan kejutan – kejutan, sementara moncongnya melepaskan tembakan beruntun …. croootttt … croooootttttttt … crooootttttttttt … crottcrottt … crooootttttttt … crooooooooooootttttt … !
Aku menggelepar di atas perut Tante Reki, lalu terkulai lemas di dalam dekapan tanteku. Dengan keringat membanjiri tubuh kami.
Setelah penisku terlepas dari liang memek Tante Reki, aku pun merebahkan diri di samping tanteku yang tampak seperti tepar itu. Pada saat itulah aku mendapatkan kesimpulan di dalam benak dan hatiku. Bahwa Tante Reki justru lebih mengesankan daripada kedua anaknya (Pia dan Wulan), yang juga sudah kugauli sebelumnya.
Kenapa bisa begitu ? Entahlah. Yang jelas, sesaat kemudian Tante Reki terbangun. Lalu duduk dan turun dari bed, kemudian melangkah ke kamar mandi. Aku pun mengikutinya dari belakang, dalam keadaan masih sama – sama telanjang.
Di dalam kamar mandi, ketika air hangat shower sedang memancar dari atas kepala kami, Tante Reki memeluk dan menciumi bibirku. Lalu bertanya singkat, “Puas ?”
“Luar biasa puas dan mengesankannya Tante, “ sahutku sambil menyabuni tubuh dan anggota badan Tante Reki, “Tante sendiri gimana ? Puas ?”
Sambil tersenyum manis Tante Reki menyahut, “Mungkin tante jauh lebih puas lagi dari Sam. Bahkan ada perasaan yang malu mengatakannya … biarlah tante simpan saja perasaan ini … tak usah dikatakan kepada siapa pun … “
“Lho … kok masih mau main rahasia – rahasiaan denganku ?” cetusku penasaran, “Perasaan apa yang Tante sembunyikan itu ?”
“Jangan diketawain ya Sam … jujjur aja … sepertinya tante sudah mencintai Sam … padahal Sam jauh lebih muda dari tante … Sam keponakan tante sendiri pula … makanya tante juga jadi bingung. Kenapa harus merasakan hal yang gak selayaknya tumbuh di dalam hati tante … “
“Cinta itu buta, tidak mengenal status dan usia, Tanteku Sayang … “
“Iya … tapi bagaimana kalau pada suatu saat tante hamil, sedangkan kita tak mungkin bisa menjadi suami – istri ? Bagaimana pula seandainya Pia dan Wulan tau ?”
“Tenang aja Tante. Nanti Tante akan kusembunyikan di suatu tempat yang takkan bisa ditemukan oleh Pia, Wulan dan semua keluarga kita. Aku malah akan merasa lebih bahagia lagi kalau Tante bisa mengandung anakku. “
Tante Reki memelukku sambil merapatkan pipinya ke pipiku, “Entah kenapa … tante merasa bahagia sekali saat ini Sam … “
Bersambung...
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved