chapter 2 Merasa Puas dan Bangga

by Sean Josh 09:54,Oct 12,2023
Keesokan paginya, setelah berlatih sepanjang malam, Singgih Luo perlahan membuka matanya. Dia tidak hanya tidak lelah, tapi juga sangat berenergi.

Mungkin kecepatan kultivasi dalam tiga tahun terakhir ini terlalu lambat, sehingga tubuhnya sangat lapar, hampir rakus melahap dan menyerap vitalitas langit dan bumi. Efek dari kultivasi satu malam sangat kentara, tidak perlu waktu lama baginya untuk menerobos ke Pemurnian Tubuh Tingkat Ketiga.

Selain itu, setelah secara tidak sengaja menggabungkan Mutiara Kehidupan dan Kematian, Singgih Luo menemukan bahwa fisiknya juga dipengaruhi oleh dua poros qi kehidupan dan kematian. Dalam proses kultivasi, itu akan menjadi transformasi total.

Singgih Luo membuka pintu dan berjalan keluar, menuju aula seni bela diri.

Banyak siswa bela diri yang bangun pagi-pagi untuk berlatih keras. Saat ini, banyak orang yang memasang ekspresi aneh saat melihat Singgih Luo muncul di sini.

"Bukannya dia dipukuli sampai pingsan oleh anak buah Holius Zhang kemarin?"

"Hei, kudengar anak ini menyukai Yunita Liu. Saat dia melihat Holius Zhang mengganggu Yunita, dia bergegas menyelamatkannya."

"Dia? Dia cuman anak laki-laki malang dengan latar belakang biasa. Benar-benar tidak tahu diri, dia menginginkan sesuatu yang bahkan tidak layak untuk dirinya!"

"Yunita Liu adalah putri kaya dari Keluarga Liu. Bagaimana mungkin Yunita bisa jatuh cinta dengan orang rendahan seperti itu? Bocah itu tidak tahu betapa tingginya dunia ini!"

Sepanjang jalan, Singgih Luo mendengar banyak ejekan. Tidak mungkin dia tidak merasa marah, tapi setelah dipukuli kemarin, dia tahu betul bahwa dia tidak memiliki kekuatan dan dia tidak punya kata-kata untuk membantah.

"Karena skill seni bela diri dapat ditingkatkan, maka teknik juga merupakan cara menggerakkan energi internal. Aku penasaran, apakah teknik bela diri juga dapat ditingkatkan?"

Di sudut arena seni bela diri yang terpencil dan sepi, Singgih Luo menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan suasana hatinya.

"Brak!"

Tiba-tia dia melihat sosoknya tiba-tiba bergerak, mengambil posisi dan melancarkan serangkaian pukulan. Setiap gerakan yang diayunkan menciptakan angin kencang.

Kumpulan teknik tinju itu disebut Tinju Mangniu, yang merupakan teknik kelas satu dan satu-satunya teknik yang ia praktikkan.

Karena Asosiasi Seni Bela Diri Kota Awan tidak akan mengajarkan seni bela diri secara gratis, maka hanya ada dua cara untuk mendapatkan warisan seni bela diri. Yang pertama adalah dengan mengeluarkan uang untuk membeli pengajaran seni bela diri tersebut. Semakin tinggi level seni bela diri, semakin mahal harganya. Tingkat terendah pun masih harus mengeluarkan seratus tael perak.

Ada cara lain, yaitu berlatih sendiri untuk mencapai tingkat tertentu supaya dapat masuk ke perpustakaan Asosiasi Seni Bela Diri dan memilih tingkat seni bela diri yang lebih tinggi.

Skill dan teknik kelas satu yang dipraktikkan Singgih Luo dibeli dengan uang. Bagi keluarga warga biasa, membeli skill dan teknik akan menghabiskan hampir seluruh tabungan keluarga.

Tidak semua orang di dunia ini bisa berlatih seni bela diri. Lebih dari separuh masyarakatnya tidak memiliki kualifikasi dan bakat seni bela diri. Bagi warga yang ingin maju, berlatih seni bela diri adalah satu-satunya cara. Oleh karena itu, sejak Singgih Luo dilahirkan memasuki Asosiasi Seni Bela Diri pada usia sepuluh tahun, Singgih Luo menjadi harapan seluruh keluarga.

Dalam proses latihan Tinju Mangniu, Diagram Garis Kehidupan muncul di benak Singgih Luo dan rute pergerakan energi internal dari seluruh rangkaian teknik tinju terlihat jelas.

"Benar saja, teknik seni bela diri juga dapat ditingkatkan melalui deduksi Diagram Garis Kehidupan!"

Setelah mencobanya, Singgih Luo terkejut saat mengetahui bahwa idenya memang layak. Hal ini membuatnya semakin bersemangat.

"Bah!"

Dia mengambil satu langkah ke depan, angin menderu dari tinjunya. Tinjunya seperti tanduk sapi yang dengan keras menghantam tiang kayu di depannya.

"Bang!"

Dengan suara keras, kayu itu meledak karena tinjunya, membuat serbuk kayu beterbangan di mana-mana.

Manekin kayu yang ada di arena pencak silat Asosiasi Seni Bela Diri terbuat dari kayu hitam. Tanpa kekuatan latihan fisik tingkat ketiga, mustahil untuk merusak manekin kayu tersebut.

Adapun Singgih Luo, budidayanya saat ini masih pada Pemurnian Tubuh Tingkat Kedua.

"Meskipun Pemurnian Tubuh Tingkat Ketiga dapat menghancurkan boneka kayu, tapi tidak akan pernah mencapai efek seperti ini. Setidaknya Pemurnian Tubuh Tingkat Empat yang dapat melakukannya."

Melihat efek yang dia timbulkan, mata Singgih Luo berbinar. Bukankah ini berarti dia bisa bertarung bahkan melawan Pemurnian Tubuh Tingkat Empat?

"Setelah peningkatan teknik dan skillku, kekuatanku langsung meningkat pesat!" Singgih Luo menjadi semakin percaya diri dengan pelatihan seni bela dirinya di masa depan.

"Pergilah, dasar buta. Apakah kalian tidak melihat Tuan Zhang datang?"

Suara arogan dan mendominasi datang dari arena seni bela diri. Singgih Luo mendongak dan melihat beberapa anak laki-laki pesolek berjalan dengan angkuh. Banyak orang di sepanjang jalan menelan amarah mereka dan tidak berani melawan.

Di antara anak laki-laki pesolek ini, ada seorang pria muda berpakaian brokat yang berjalan di tengah. Melihat pria ini, Singgih Luo tiba-tiba mengepalkan tinjunya.

"Wah, bukankah kamu yang bermarga Luo? Beraninya kamu muncul di sini?"

Tiba-tiba, tawa arogan dan liar datang, dengan kata-kata ejekan dan cemoohan.

Kalimat ini keluar dari mulut pemuda berbaju brokat, di saat yang sama, beberapa siswa yang sedang berlatih tak jauh dari situ juga melihat ke arah sini.

Pemuda berbaju brokat ini adalah Holius Zhang, dia berasal dari keluarga kaya dan bisa dikatakan salah satu pengganggu di kalangan pelajar Asosiasi Seni Bela Diri

Kemarin, karena Singgih Luo melihatnya mengganggu Yunita Liu, dia buru-buru berdebat dengannya dengan marah. Kemudian dia dipukuli habis-habisan oleh Holius Zhang dan anak buahnya, terutama ketika pihak lain menginjak dan mematahkan tulang rusuknya. Singgih Luo masih mengingatnya dengan jelas!

Saat itu Holius Zhang mengucapkan kata-kata kasar bahwa dia akan memukul Singgih Luo setiap kali dia melihatnya di masa depan, jadi ketika dia melihat Singgih Luo di arena seni bela diri, dia langsung mendatanginya.

"Dasar anak rendahan yang bodoh! Mungkinkah Yunita memenanggapimu? Kalau kamu takut dipukuli, berlututlah dan mohon ampun. Mungkin aku akan mengampunimu sekali ini." Holius Zhang menunjuk ke hidung Singgih Luo, tampak merendahkan.

Singgih Luo menatap Holius Zhang di depannya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Sejauh yang dia tahu, kultivasi Holius Zhang adalah seorang seniman bela diri di Pemurnian Tubuh Tingkat Empat. Dia tidak berbicara bukan karena dia takut pada pihak lain, tapi karena dia memikirkan apakah dia bisa mengalahkan orang ini.

"Kalau aku bisa ... aku akan memukulmu begitu keras hingga ibumu pun tidak akan bisa mengenalimu!' Singgih Luo mengepalkan tangannya.

"Sialan, kamu bisu? Tuan Zhang sedang berbicara denganmu, apa kamu tidak mendengarnya?" Seorang pengikut di belakang Holius Zhang melangkah maju dan menampar Singgih Luo tepat di sisi kiri wajahnya.

Orang-orang ini terlalu sombong.

Orang yang menyerang Singgih Luo bernama Hardi Li. Dia berasal dari keluarga biasa, tapi dia tahu cara mengikuti orang banyak. Dia mengikuti Holius Zhang sepanjang hari. Dia juga terlibat dalam pemukulan Singgih Luo kemarin.

"Miskin tetaplah miskin, lahir dengan kualitas tubuh rendah. Tuan Zhang memberimu kesempatan untuk berlutut dan memohon belas kasihan. Karena kamu tidak menghargai kesempatan ini, aku akan memukulmu sampai kamu berlutut dan memohon!"

Melihat tamparan ini hendak mengenai wajah Singgih Luo, pada saat yang sama Singgih Luo tiba-tiba meraih tangan lawannya.

"Beraninya kamu melawan? Sepertinya terakhir kali aku memukulmu terlalu ringan!" Hardi Li berteriak dengan marah dan menendang dada Singgih Luo.

Singgih Luo menggerakkan tubuhnya untuk menghindari tendangan, meraih tangan lawan dan memutarnya dengan keras, hampir membuat lengan Hardi Li terpelintir.

"Ah ...." Hardi Li segera melolong, air mata kesakitan hampir mengalir keluar.

"Banyak bicara! Orang sepertimu benar-benar tidak berguna." Singgih Luo mendengus dingin, lalu menendang Hardi Li pergi.

Hardi Li memegangi lengannya yang terkilir dan terus melolong, keringat dingin mengucur di dahinya yang sakit.

Melihat pemandangan ini, para siswa seni bela diri di dekatnya semua terkejut, tapi kemudian mereka semua menatap Singgih Luo dengan rasa kasihan di mata mereka.

Karena mereka sangat mengenal Holius Zhang dan kelompoknya. Ketika mereka menindasmu, semakin kamu melawan, semakin keras mereka akan memukulimu.

"Bajingan, sepertinya kamu sudah dewasa, beraninya kamu memukul orangku!" Wajah Holius Zhang menjadi gelap, dia lanjut berkata, "Kupikir aku sudah mengalahkanmu begitu keras terakhir kali, jadi kamu bisa memiliki ingatan yang lebih baik. Tapi tampaknya aku salah, aku bersikap lembut. Kali ini bersiaplah untuk berbaring di tempat tidur selama sepuluh hari!"

"Orang yang berbaring di tempat tidur mungkin bukan aku." Singgih Luo mendengus dingin dan berkata dengan santai.

Kerumunan itu tercengang dan memandangi Singgih Luo seperti orang idiot. Mereka benar-benar tidak mengerti dari mana orang ini mendapat kepercayaan diri untuk mengatakan hal seperti itu.

Dia memasuki Asosiasi Seni Bela Diri pada usia 10 tahun dan berlatih seni bela diri selama 3 tahun. Namun, Holius Zhang berasal dari keluarga kaya dan sudah berada pada Pemurnian Tubuh Tingkat Empat, memasuki bidang pengerasan otot dan tulang. Selain itu, Holius Zhang juga berlatih skill tingkat kedua dan teknik tingkat ketiga yang dibeli sampai puluhan ribu tael perak.

"Tuan Zhang, tenanglah, orang gembel sepertinya tidak harus mengotori tanganmu. Biarkan aku yang menanganinya dan buat dia berlutut di tanah untuk menjilat sepatumu, Tuan Zhang." Seorang pria berkata dengan nada menyanjung kepada Holius Zhang.

Holius Zhang tersenyum dan mengangguk, "Baiklah, kalau begitu, aku serahkan hal ini padamu, Brodi Wang. Jangan membuatku malu seperti Hardi Li yang tidak berguna itu."

"Jangan khawatir, Tuan Zhang, aku adalah murid seni bela diri di Pemurnian Tubuh Tingkat Ketiga. Sangat mudah untuk menjatuhkannya!" kata Brodi Wang dengan percaya diri.

Orang-orang ini semua tidak tersentuh, sehingga membuat banyak pelajar seni bela diri berlatar belakang warga biasa menahan amarah di dada, tidak berani bersuara.

"Nak, aku bisa membunuhmu dengan satu gerakan! Berlututlah!" Brodi Wang mengambil satu langkah ke depan dan mengeluarkan angin dingin dari telapak tangannya, seperti angin kencang, mengenai kepala Singgih Luo.

Dia sangat sombong dalam serangannya dan ingin memukul Singgih Luo hingga berlutut dan memohon.

"Teknik kelas dua, Telapak Angin!"

Kerumunan berseru, mengenali asal mula teknik seni bela diri yang dilakukan oleh Brodi Wang.

"Teknik kelas dua berharga ribuan tael perak, energi internal bahkan lebih mahal, membutuhkan hampir sepuluh ribu tael perak untuk membelinya."

"Astaga, puluhan ribu tael perak. Aku belum pernah melihat uang sebanyak itu seumur hidupku."

Banyak siswa seni bela diri di sekitarnya yang kagum dan iri. Dia berlatih teknik seni bela diri tingkat dua dan Pemurnian Tubuh Tingkat Tiga. Di antara rekan-rekannya yang terlahir sebagai warga biasa, tidak ada yang bisa mengalahkan Brodi Wang.

Jika sebelumnya, Singgih Luo pasti bukan lawan Brodi Wang.

Pada saat ini, di matanya, Garis Kehidupan Brodi Wang terlihat jelas, juga tampak jalur energi internalnya yang mengalir melalui meridian.

Dalam wawasan misteri ini, Singgih Luo merasa seolah-olah hatinya tenggelam dalam keadaan tenang. Seakan runtuhnya langit dan bumi tidak mampu membuat emosinya bergejolak sedikit pun.

"Bang!"

Dalam sekejap mata, Singgih Luo mengambil tindakan. Dia meninju, membuat angin menderu dan tinjunya seperti tanduk sapi, menghantam dada Brodi Wang dengan keras.

"Hei, aku berada di Pemurnian Tubuh Tingkat Ketiga. Kalau kamu bertarung langsung denganku, kamu mencari masalah! Karena aku lebih cepat darimu!" Brodi Wang mencibir, lalu energi internalnya mengalir ke dalam telapak tangan, mencoba menangkap serangan Singgih Luo sebelum mengenainya.

Teknik seni bela diri kelas dua, Telapak Angin, sudah dikenal karena kecepatannya dan telah mencapai kepala Singgih Luo dalam sekejap.

Tetapi saat berikutnya, dia menemukan bahwa telapak tangannya hanya berjarak sedikit dari kepala Singgih Luo, tapi dia tidak bisa mendekatkan setengah inci pun.

"Bang!"

Terdengar suara yang keras, Brodi Wang terkena pukulan keras di bagian dada, membuatnya menjerit dan terpelanting.

Bagaimana ini bisa terjadi?

Para penonton yang tidak jauh dari sana berteriak dan membuat keributan, karena serangan Singgih Luo terlalu cepat, yang berada di luar jangkauan murid Alam Pemurnian Tubuh Tingkat Kedua.

Ekspresi Holius Zhang juga sedikit berubah. Singgih Luo hari ini tampak berbeda dari sebelumnya, dia bukan lagi anak miskin yang bisa ditindas sesuka hati.

Wajah Singgih Luo tanpa ekspresi, dengan sepasang mata yang seakan mampu menembus misteri hakikat kehidupan dalam segala hal. Hal ini membuat Holius Zhang tidak bisa menahan gemetar, merasa bahwa anak ini sangat berbeda hari ini.

Dulu Hardi Li dan Brodi Wang bisa dengan mudah mengalahkannya, tapi hari ini mereka menderita kerugian di tangannya. Jika Hardi Li dikalahkan karena dia meremehkan musuh, maka Brodi Wang masih bisa mengambil tindakan.

Tiba-tiba, sosok Singgih Luo bergerak, kali ini dia mengambil inisiatif menyerang, melancarkan teknik tinju sembrono dan bergegas menuju Holius Zhang.

"Tuan Zhang, apakah kamu bersenang-senang karena sudah memukuliku kemarin? Aku akan memukulmu begitu keras hari ini sehingga ibumu bahkan tidak mengenalimu!"

Melihat Singgih Luo benar-benar bergegas ke arahnya, beberapa orang di sekitar Holius Zhang tanpa sadar mundur setengah langkah. Kekuatan orang-orang ini mirip dengan Hardi Li dan Brodi Wang.

"Dasar bodoh, apa menurutmu aku seperti dua orang idiot tadi?"

Holius Zhang merasa martabatnya di antara para siswa seni bela diri telah ditantang, dia meraung dengan marah, menekuk jari-jarinya menjadi cakar.

Teknik bela diri yang dia lakukan disebut Cakar Elang Besi, itu adalah teknikbela diri tingkat 3. Angin di cakarnya begitu kuat sehingga jauh lebih kuat daripada hembusan angin telapak tangan Brodi Wang barusan.

"Bang!"

Tinju Singgih Luo bertabrakan dengan Cakar Elang Besi. Menurut semua orang, teknik Tinju Mangniu tingkat pertama milik Singgih Luo pasti tidak ada gunanya dalam melawan teknik Cakar Elang Besi tingkat ketiga milik Holius Zhang.

Suara klik dari tulang yang patah menegaskan hal ini kepada orang banyak di sekitarnya.

"Ah!"

Namun, yang dikira semua orang yang berteriak kesakitan adalah Singgih Luo, ternyata adalah Holius Zhang!

Holius Zhang terlihat berteriak dan mundur. Kelima ruas tangan kanannya patah, ekspresinya sangat tidak percaya.

Semua orang tercengang dan tidak mengerti apa yang sedang terjadi.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

300