Bab 9 Panah Tulang God Killer, Chaos Menekan Kabut Hitam

by hybee 08:01,Sep 05,2023
Altar Kuno tiba-tiba runtuh, satu demi satu kabut hitam mengerikan tidak hentinya meraung keluar dari dalam altar.

Wung!

Satu demi satu lantunan Buddha keluar dari mulut delapan patung Buddha, teratai Buddha di bawah kaki mereka membentuk jaring laba-laba raksasa yang menutupi sekitar, menekan semua kabut hitam di dalamnya.

Walaupun begitu.

Tetap ada kabut hitam yang bergulung keluar menembus aura Buddha, langsung menggerogoti tubuh dan kepala pendekar.

“Ah!”

Jeritan malang seketika memenuhi udara,

“Jiwa spiritualku.”

“Apa yang terjadi? Cepat pergi dari sini."

Beberapa pendekar dengan tingkat alam yang rendah sama sekali tidak dapat melawan kabut hitam, sepasang mata mereka menjadi merah dan gila, langsung menyerang dengan ganas pendekar lain.

Phu!

Ada beberapa pendekar bahkan belum sempat bereaksi sudah mati dengan tragis diserang pendekar di belakangnya, tubuhnya terbagi menjadi dua, darah segar menyembur, ditelan habis dalam sekejap oleh kabut hitam.

Altar Kuno yang ditekan oleh delapan patung batu Buddha, kabut hitam bergulung, aura membunuh yang mengerikan meraung ke langit, membentur aura Buddha dengan hebat, membuat orang bergidik.

Bunci lonceng kematian yang menusuk telinga mulai meraung keras, menggerogoti pendekar.

“Cepat masuk ke dalam altar."

Menghadapi keadaan putus asa, hanya bisa maju mendapat kemenangan.

Termasuk Raymond Su, juga digerogoti kabut hitam, ingin pergi pasti tidak mungkin, hanya masuk ke dalam altar, memanfaatkan aura Buddha untuk menekan kabut hitam.

Melangkah keluar, sosok Raymond Su seketika menghilang di tempat.

Satu demi satu pendekar berebutan masuk ke dalam altar, sudah tidak sempat memedulikan kabut hitam yang menakutkan di dalam altar, masuk ke dalam altar mungkin bisa mendapatkan peluang, bila melanjutkan tinggal di luar, pasti akan mati.

Berusaha keras.

Saat orang terakhir masuk ke dalam altar, hanya tersisa setengah lebih dari para pendekar, ada potongan anggota tubuh dimana-mana, bau amis darah yang menusuk menyelimuti seluruh lembah.

Ruang di bawah altar.

Ruang bawah tanah yang redup, dimana-mana bergema suara lonceng kematian yang menusuk telinga, kabut hitam yang tersebar di sekitar terasa nyata, seperti sepasang demi sepasang mata yang menatap lekat buruannya dengan galak.

“Ah! Sakit!”

“Siapa kamu? Siapa kamu sebenarnya?”

Satu demi satu pendekar yang baru masuk ruang bawah tanah altar seketika diselimuti kabut hitam, berbicara kacau, seperti orang gila, sepasang mata mereka perlahan menjadi merah, tubuh mereka juga mulai berubah menjadi merah.

“Aku bunuh kamu!”

Mulai saling membunuh, sepasang mata yang merah memancarkan kilat dingin yang menakutkan, mengayunkan sepasang tangan, tidak ada rasa kasihan sedikitpun.

Hanya ada pembantaian.

Menyerang dengan gila-gilaan, tubuh satu demi satu pendekar dipenuhi aura membunuh yang dingin, walaupun separuh kepala mereka dipotong, mereka tidak merasa rasa sakit sedikitpun.

Mundur berturut-turut, tatapan Raymond Su seketika berubah menjadi serius.

Jelas-jelas tahu di sini bermasalah, dia tetap memilih masuk tanpa ragu, tujuannya adalah ingin melihat benda apa yang ditekan oleh delapan patung batu Buddha.

Suara lonceng kematian yang menusuk telinga bergema di dalam pikirannya, walaupun Raymond Su sudah memiliki persiapan dari awal, tetap tidak dapat melawan kabut hitam.

Ekspresi wajah berubah drastis, dia tahu sangat jelas bila dirinya terkena kabut hitam, maka akan memiliki akibat seperti apa.

Dia tidak ingin menjadi mesin pembunuh.

Tiga Roda Darah keluar pada saat bersamaan, membentuk satu persatu Roda Darah di udara di atas kepala, yaitu Roda Darah Pelahap, Roda Darah Pedang Pembunuh, dan Roda Darah Naga dan Gajah.

Di dalam tubuh mulai menggerakkan Jurus Penelan Chaos dengan hebat, Tubuh Chaos emas tinggi besar muncul di belakangnya, kabut hitam yang menggerogoti gila-gilaan di sekitar tak disangka mengeluarkan suara bergetar.

Raymond Su bisa melihat di ruang bawah tanah altar sekarang sudah sepenuhnya diselimuti kabut hitam, tidak peduli siapapun, bila terkena kabut hitam, pasti akan menjadi mesin pembunuh.

Di saat ini.

Empat pendekar menyerbu dengan sengit ke arah Raymond Su seperti binatang buas, sepasang mata mereka yang merah memancarkan aura membunuh dingin yang menakutkan.

Menggunakan jari sebagai pedang, dia menggerakkan Pedang Sembilan Bencana, serta memanfaatkan kekuatan tumpukan tiga Roda Darah, tidak ada rasa takut sedikitpun, empat pendekar bahkan belum mendekat sudah terbunuh.

Pendekar yang dikuasai kabut hitam, seperti orang biasa yang berkelahi, bahkan tidak dapat mengerahkan teknik bela diri.

Wung!

Diringi lantunan Buddha yang bergema di seluruh ruang bawah tanah, satu demi satu bayangan Buddha memadat, sepasang tangan disatukan, mulut mereka tidak hentinya melantunkan kitab mantra, aura Buddha yang besar berkumpul membentuk ' Swastika', cahaya Buddha bersinar, mulai menekan ke segala arah.

Di bawah tekanan aura Buddha yang bergulung, atu demi satu “Swastika” masuk ke tengah kening semua orang yang berubah menjadi mesin pembunuh karena terkena kabut hitam.

Tidak ada jeritan malang, tidak ada perlawanan, tubuh mereka jatuh ke tanah, seketika berubah menjadi mayat.

“Busur?”

Saat delapan bayangan Buddha muncul, sebuah busur panjang dan sembilan anak panah muncul di udara, mengeluarkan aura menakutkan, langsung menekan aura Buddha, satu demi satu “Swastika” yang terbentuk runtuh dengan cepat.

Busur adalah harta berharga, Raymond Su bukan orang bodoh, saat melihat busur, dia sudah menebak busur dan sembilan anak panah ini tidak biasa, bisa menekan delapan Buddha dengan kemampuan begitu mengerikan saja sudah membuktikan ini tidak biasa.

Detik berikutnya.

Delapan bayangan Buddha mulai bekerja sama menekan busur panjang, aura Buddha yang besar dengan cepat berkumpul, membentuk sebuah “Swastika” yang tinggi, menekan ke arah busur panjang dengan keras.

Busur panjang hitam perlahan ditarik, sebuah anak panah berada di busur, dengan suara “Shyu”, anak panah hitam yang sangat dominan dan “Swastika” tinggi berbenturan keras bersama, “Swastika” tinggi hancur dihantam anak panah hitam, mengenai salah satu bayangan Buddha.

Sangat mengejutkan.

Bila dirinya bisa mendapatkan harta berharga seperti ini, pasti sangat menguntungkan.

Hanya saja.

Menginginkan adalah satu hal, apakah bisa mendapatkannya adalah hal lain.

Raymond Su tahu sangat jelas kedominanan busur dan anak panah, hampir tidak mungkin untuk dirinya menekan dan memiliki busur dan anak panah dengan mengandalkan kemampuannya sekarang.

“Tolong bantu kami menekan Panah Tulang God Killer.”

“Ada jodoh bertemu dan berakhir, ada balasan untuk setiap perbuatan, asal penderma bersedia membantu kami menekan Panah Tulang God Killer, maka kami berdelapan bersedia membantu penderma membersihkan kekuatan jahat dalam Panah Tulang God Killer, menjadi pemilik harta berharga.”

“Mohon penderma membantu kami.”

Terdengar suara cemas di kepalanya, tidak perlu bertanya pun tahu, pasti delapan Buddha itu berkomunikasi dengannya.

Sangat kesal, dirinya hanya ada di Alam Dasar, walaupun ingin membantu delapan Buddha menekan Panah Tulang God Killer, dia juga tidak berdaya, apakah harus mengorbankan nyawanya? Itu adalah hal yang tidak terlalu mungkin.

Dirinya bukan orang aliran Buddha, konsep “Jika aku tidak masuk neraka, siapa yang masuk neraka” itu sama sekali tidak berlaku baginya.

“Penderma hanya perlu membiarkan kami meminjam tubuh Anda saja."

Meminjamkan Tubuh Chaos nya?

Raymond Su tahu jelas bila dirinya menggunakan Tubuh Chaos sebagai media untuk membantu delapan Buddha menekan Panah Tulang God Killer, saat itu dia sama sekali tidak dapat mengendalikan dirinya akan hidup atau mati.

Memilih melepaskan peluang? Dia juga enggan.

Melihat Panah Tulang God Killer yang begitu dominan, bahkan delapan Buddha tidak dapat menekannya, pada akhirnya Raymond Su tetap memilih setuju membantu delapan Buddha.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

180