Bab 11 Dia Menunjuk Dirinya, Sejak Kecil Selalu Sakit

by Ivena Elisha 15:05,Aug 28,2023
Dari masa kecil hingga dewasa, penyakit utama Kyra tidak bisa disembuhkan dan dia terus-terusan terkena penyakit ringan. Pilek dan demam adalah hal yang biasa dan tubuhnya pasti selalu sakit-sakitan setiap bulannya.

Raka sering mengejeknya karena tidak punya kehidupan mahal tapi menderita penyakit seperti mahal. Tapi hidup yang murah adalah hidup yang murah, tidak peduli seberapa banyak dia menyangkalnya, dia tidak akan mati.

Kyra juga percaya pada perkataan Raka, "Aku tidak bisa mati dalam keadaan miskin" tapi tiba-tiba, dia mengetahui sedang menderita kanker otak.

Kyra bangun dan berganti pakaian bersih, dia enggan mengeluarkan 60.000 rupiah untuk taksi dan akhirnya menahan rasa sakit, lalu naik kereta bawah tanah.

Saat itu sudah jam lima sore di rumah sakit dan dia mendaftar untuk pemeriksaan tepat pada waktunya dokter pulang kerja.

Kyra memberi tahu dokter tentang gejala fisiknya. Karena dia bodoh, dia hampir tidak punya teman untuk diajak berkomunikasi. Dia tidak pintar mengatur emosinya dan tidak pandai bicara pada orang.

Untungnya, yang memeriksanya hari ini adalah seorang dokter wanita dengan peringai yang lembut. Dia mengajukan pertanyaan dan menjawab dengan perlahan dan lembut.

Dokter wanita itu menyentuh bagian perut bawahnya, "Apa di sini sakitnya?”

Kyra mengangguk.

”Sudah berapa lama kamu tidak haid?”

Masa haid? Kyra punya ingatan yang buruk dan periode haidnya tidak stabil, jadi dia tidak pernah mengingatnya secara detail.

”Aku sudah lama tidak haid.”

Dokter wanita itu mengambil pena dan segera mengisi formulir, "Kamu mungkin hamil. Untuk memastikannya, kamu perlu mengambil darah untuk dites.”

"Hamil? Aku punya bayi di perutku?" Kyra tercengang bertanya.

Dokter merobek slip itu dan menyerahkannya, "Aku belum bisa memastikannya. Aku tidak akan tahu sampai darahnya diambil, dan itu tidak akan lama."

Kyra mengambil slip itu untuk mengambil darah. Untuk sementara , dia sudah terbiasa dengan sakitnya suntikan setiap hari, tapi dia masih takut saat jarum menusuk dagingnya.

Kyra ingin melihat tapi tidak berani melihat, jadi dia cumamenoleh ke belakang. Rasa kesemutan di lengannya membuatnya menggigil tak terkendali. Untung saja darahnya tidak keluar banyak dan segera seleai.

"Tunggu sebentar, hasilnya akan segera keluar.”

"Iya.” Kyra duduk di samping, perutnya masih berdenyut, tapi untungnya tidak ada pendarahan.

Dia meletakkan tangannya di perutnya, apa dia benar-benar hamil? Kyra tidak berani berpikir bahwa dia dan Raka bisa punyaanak.

Kyra selalu sakit-sakitan sejak dia masih kecil dan dia meminum banyak obat, dia tidak berani menggunakan alat kontrasepsi dan Raka tidak pernah mengambil tindakan dalam hal ini.

Menurut Raka, dia merasa bersih dan laporan yang diperoleh dari pemeriksaan fisik awal menunjukkan bahwa dia tidak mudah untuk hamil, jadi Raka tidak perlu khawatir.

Namun dia tidak pernah menyangka bahwa dia akan hamil dua tahun kemudian, ketika dia didiagnosis menderita kanker otak, ketika Gresya kembali ke dalam negeri dan ketika dia akan menceraikan Raka.

Kyra sangat khawatir dia tidak siap menjadi seorang ibu. Dia bodoh dan dia takut bayi yang akan dia lahirkan juga bodoh, dia bahkan lebih takut lagi, aklau dia akan mati setelah melahirkan.

Neneknya sudah tua dan sakit-sakitan terbaring di rumah sakit, dia tidak punya tenaga untuk merawat anaknya. Orang tuanya tidak mau membesarkannya, mena mungkin mereka mau membesarkan bayinya. Adapun Raka, dia juga membencinya.

Dia punya saudara, orang tua dan suami, namun sebenarnya dia tidak punya siapa-siapa dan bayinya cuma akan menjadi yatim piatu setelah lahir.

Kyra cuma bisa berdoa dalam hatinya, agar dia tidak hamil dan pendarahannya hanyalah masa haid.

Tapi hal-hal yang lebih diharapkan seringkali menjadi bumerang, dia perlahan mengambil lembar hasil, tapi dia tidak dapat memahami lembar itu, jadi dia kembali ke ruang diagnosis dan meminta dokter wanita tadi untuk membantunya membaca.

Dokter wanita itu memegang lembar hasil dengan wajah serius, "Kamu sudah hamil empat minggu, kenapa kamu tidak mengerti apa-apa? Kamu menunjukkan tanda-tanda keguguran dan kalau kamu datang terlambat, kamu bisa kehilangan anakmu."

Kyra melihat ke arah dokter itu dengan wajah serius, dia mengarahkan kepalanya dan berkata dengan terbata-bata, "Dokter... Aku sudah seperti ini sejak aku masih kecil... aku tidak memahami hal-hal ini."

"Kamu..." Dokter wanita di depannya memperhatikannya dengan cermat. Sejak awal, dia merasa ada yang tidak beres dengannya. Benar, dia berperilaku sedikit bodoh, dia mengubah nada suaranya dan bertanya dengan sabar, " Apakah kamu sudah menikah?"

"Aku sudah menikah selama dua tahun. Dokter, kemarin aku didiagnosis mengidap kanker otak. Apa orang seperti aku bisa hamil?"

Dokter tertegun dan memandang Kyra dengan kasihan. Dia sangat cantik, tapi dia tidak menyangka hidupnya akan terpotong sesingkat itu. "Apa sudah didiagnosis? Kalau itu kanker stadium awal, itu masih bisa dioperasi." Kyra menggelengkan kepalanya

Kyra menggelengkan kepalanya, ”Aku tidak tahu," baik stadium awal, pertengahan atau akhir, dia tidak punya uang untuk mengobatinya dan kanker otak stadium awal akan menjadi pertengahan, lalu akhir.

"Kalau kamu menjalani kemoterapi dan operasi, bayinya tidak akan bisa bertahan. Janinnya masih muda, jadi kamu bisa melakukan aborsi medis. "

Kyra menundukkan kepalanya. Karena dia tahu dia hamil, dia tanpa sadar menempatkannya tangan di perutnya untuk merasakan kehidupan kecil di dalamnya. .

Dia menginginkan seorang bayi, dia menginginkan saudara, dia bodoh tapi kalau dia punya bayinya sendiri, dia akan merawatnya dengan baik, tapi dia baru saja jatuh sakit saat ini.

Air mata mengalir dari matanya dan dia tersadar dengan perasaan tidak nyaman.

Dokter menghiburnya, "Jangan menangis. Kalau kamu mau mempertahankan anak ini, kamu harus pergi ke rumah sakit untuk pemeriksaan menyeluruh untuk melihat apa tubuhmu kuat dengan kehamilanmu. Ngomong-ngomong, beri tahu keluargamu, ya." Kyra mengangguk.

"Oke, aku akan berkemas dan pulang kerja. Aku akan meresepkan obat untukmu. Kamu pulang dan istirahat yang baik. Datanglag ke rumah sakit setelah kamu sudah membuat keputusan." Dokter itu merobek kertas tadi, dan setelah mengetahui kesulitan Kyra, dia secara pribadi mengantarnya keluar. Dia pergi untuk mendapatkan obat.

Kyra pusing saat mengantri untuk membeli obat, dokter memintanya untuk mencari tahu perlahan, tapi dia tidak bisa.

Meski akal sehatnya menyuruhnya untuk tidak mempertahankan bayinya, perasaaannya menyuruhnya untuk mempertahankannya, bagaimana kalau penyakitnya bisa disembuhkan? Bagaimana kalau bayinya sehat?

Dia tidak cukup pintar dan tidak bisa memahami banyak hal. Dia sudah hidup berdasarkan perasaannya sendiri selama lebih dari 20 tahun, baik dalam kesakitan atau kebahagiaan.

Dia menyerahkan kertas itu ke jendela dan setelah meminum obat, dia masih berpikir, apa yang akan terjadi kalau Raka tahu dia hamil?

Dia sangat membencinya, apa dia akan semakin membencinya kalau Raka tahu dia hamil?

Dia biasa mengatakan bahwa dia terlalu rendahan untuk mengandung anaknya, Gresya adalah satu-satunya yang bisa memberinya anak dan sekarang Gresya telah kembali.

Raka tidak mencintainya, tapi dia menolak untuk melepaskannya. Raka mau dia hidup dalam siksaan. Dia tahu bahwa kehamilannya akan memiliki dua akibat. Kalau anak itu diaborsi, dia akan tinggal dan kalau anak itu dipertahankan, dia akan pergi.

Kyra tidak ingin memberi tahu Raka, sama seperti dia tidak memberitahunya ketika dia didiagnosis menderita kanker otak.

Orang yang menyayanginya akan tahu bahwa dia merasa tidak nyaman saat sedikit mengernyit, tapi mereka yang tidak mempedulikannya, akan menganggapnya kotor dan menjijikkan apa pun yang dia lakukan.

Dia berteriak kesakitan.

Raka berkata dia pantas mendapatkannya.

Dia bilang dia sekarat, apa dia akan merawatnya dengan lebih baik.

Raka dengan sinis berkata, kamu juga pantas mendapatkannya?

Dia sudah mengatakan apa yang harus dikatakan dan kalau dia mengatakan lebih banyak lagi, itu cuma akan merugikan diri sendiri dan menjengkelkan.

Terlebih lagi, apapun prosesnya, akhir dari dia dan Raka adalah perceraian. Dia tidak perlu berusaha sekuat tenaga untuk menjelaskan kepadanya, lebih baik pergi dengan tenang dan bersih.

Dokter meresepkan beberapa obat tradisional dan dia ingin memasaknya di rumah. Harga obatnya beberapa juta rupiah. Untungnya, dia menggunakan kartu Raka, jadi dia menghemat uang sebanyak yang dia bisa.

Suplemen nutrisi nenek, biaya hidup dan uang dokter sendiri, pengeluarannya banyak setiap hari.

Bagaimana dia bisa mendapatkan uang untuk menghidupi keluarganya di masa depan? Kyra berbalik dengan obat di tangannya dan hendak keluar dari rumah sakit ketika sebuah suara tiba-tiba menghentikannya.

”Kyra.”

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

43