Bab 1 Balas Dendam
by Park Nurmin
18:54,Aug 01,2023
Dasar anak haram! Anak pembawa sial! Enyah dan pergilah!
Kata-kata menyakitkan yang terucap dari bibir wanita yang sudah melahirkannya itu terus menggema di kepala Aruna.
Seorang ibu yang seharusnya menyetujui dan melindunginya malah dengan tega mengatakan kata-kata tidak pantas untuknya.
Aruna menyeka air mata yang tidak sengaja keluar dari sudut matanya.
"Sialan!" gumam Aruna. Dia lalu menenggak minuman dalam gelas kecil yang berada di atas meja dalam satu kali teguk. "Akkhh!" Minuman dengan kadar alkohol rendah selalu membuat Aruna merasa jauh lebih baik. walau terkadang tetap saja membuatnya mabuk.
Aruna menengadahkan kepalanya menatap langit-langit tempat dimana dia berada, dia mengerjapkan mata dan membuka lebar mata saat pandangannya sedikit buram.
"Dia pikir aku mau dilahirkan olehnya? Aku pun tidak sudi dilahirkan olehnya! Wanita sialan! Dia yang murahan, kenapa malah aku yang disalahkan." umpat Aruna, dia menunduk memegang kepalanya. "Kenapa aku harus sembuh dari rahimnya? Dari sekian banyak ibu di dunia ini, kenapa harus dia!"
Saat masih muda, Desi yang tak lain ialah ibunya Aruna adalah wanita cantik yang anggun dan menjadi primadona di desa. Gadis kembang desa yang menjadi incaran para pria.
Nasib malang menimpa Desi saat dia mulai jatuh cinta pada seorang pria kota yang sedang datang ke desanya bernama Dirgantara. Desi termakan akan bujuk rayu Dirgantara hingga akhirnya memberikan kehormatannya secara cuma-cuma.
Dirgantara hanya mengatakan kata manis semata untuk bertanggung jawab jika nanti Desi hamil. Namun, setelah puas bermain, sebulan kemudian Dirgantara meninggalkan desa begitu saja tanpa berpamitan pada Desi.
Desi gitu frustasi, faktanya lebih gila lagi ternyata dia hamil. Ayahnya terkena serangan jantung hingga akhirnya meninggal.
Kabar kehamilannya juga menjadi buah bibir di desa, membuat ibunya malu dan bunuh diri. Setelah ketiadaan kedua orangtuanya, Desi dan adik kabur ke kota. Desi berniat mencari Dirgantara tapi tak kunjung bertemu juga.
Perutnya semakin hari semakin besar, dia berusaha menggugurkannya namun selalu gagal hingga akhirnya dia lelah dan akhirnya lahirlah Aruna Zunita.
Desi begitu sangat membenci Aruna karena wajah Aruna selalu mengingatkannya pada Dirgantara. Pria brengsek yang sudah meninggalnya. Saat masih bayi Aruna sempat dibuang, tapi hati kecilnya merasa tidak tega hingga akhirnya Aruna tetap dibesarkan namun tidak mendapatkan kasih sayang darinya layaknya seorang ibu pada anaknya.
Aruna mengetahui kisah kelam sang ibu di masa lalu dari bibinya, adik dari sang ibu.
Aruna membuang napas dengan sangat kasar, dia lalu melihat ke segala arah, suara musik terdengar sangat keras di seluruh penjuru klub malam. Aruna duduk sendirian, dia lalu menatap lurus ke arah orang-orang yang tengah bergoyang menggerakkan tubuh mengikuti alunan musik. Dia lalu menoleh menengok ke arah kiri, seorang pria terduduk manis dengan wanita di kanan dan juga kirinya.
Usianya sekitar 28 tahun, masih terlihat sangat muda, dengan setelan jas kerja. Pria lain yang duduk di sofa lain pun tersenyum melihat ke arah temannya yang sibuk dengan para wanitanya. Temannya itu sesekali melihat, tersenyum lalu fokus pada layar ponsel yang sedang dipegangnya.
Alis Aruna bertaut saat melihat pria itu, dia menelisik wajah pria yang tengah minum dengan para wanitanya. "Tunggu...dia? Cih! Ternyata dia semakin gila saja," gumam Aruna lagi saat mulai menyadari siapa pria yang ia lihat itu.
Memori masa lalu yang tak akan pernah dia lupakan setelah sekian tahun itu kembali terlintas di pikirannya. Dia pernah menangis di depan pria itu, tapi sama sekali tidak dihiraukan dan pria itu malah mengalaminya.
Sebuah ide gila tiba-tiba saja terlintas di benaknya, dia tersenyum menyeringai saat memikirkan ide gila itu.
Aruna menghela napas panjang. “Ini saat yang tepat untuk membalas semua yang pernah dia lakukan padaku dulu,” gumam Aruna, dia lalu beranjak dari duduknya dan berjalan ke arah sofa yang sedang pria itu duduki. "Lihat saja, apa yang akan saya lakukan."
Ketuk ketuk ketuk.
Byur!
Aruna mengambil gelas di atas meja lalu mengarahkannya ke wajah pria itu.
"SHIT! APA YANG KAU LAKUKAN HUH?" Pria itu kaget bukan main saat Aruna menyiram segelas air ke wajahnya. Ia lantas beranjak dari duduknya dan berdiri tegak di hadapan Aruna. Matanya menatap tajam dan mendelik dengan sangat sinis. "APA KAU GILA?" teriaknya lagi.
"Harusnya aku yang berucap seperti itu kamu! Dasar pria gila!" Aruna tak kalah berteriak.
Plakat!
Satu tamparan Aruna daratkan di atas pipi pria itu dengan sangat kasar.
Pria itu menatap Aruna dengan tatapan yang semakin kesal karena Aruna menamparnya. "Kau! Apa masalahmu, perempuan gila!"
Semua orang yang sejak sibuk tadi dengan dunianya sontak langsung menghentikan apa yang mereka lakukan dan menonton pertengkaran Aruna dan seorang pria.
Club malam yang biasanya mengasyikan dan biasa dinikmati kini tak lagi heboh dengan jogetan para pengunjungnya. Mereka yang sedang berjoget menikmati musik sontak langsung menghentikan aktivitas mereka dan melihat ke arah Aruna serta seorang pria yang tengah berdebat.
"Apa yang kamu lakukan sampai wanita ini marah padamu?" tanya Pria yang tadi duduk namun sibuk dengan ponselnya. Dia tampak begitu kaget saat seorang wanita datang dan menyirami atasan sekaligus sahabatnya.
"Dia melecehkan aku!" ucap Aruna yang dengan tidak sengaja mendengar ucapan teman dari pria yang berdiri di depannya. Suaranya melengking tinggi hingga orang-orang yang sejak tadi berjoget itu mulai berbisik-bisik.
"Apa?" Pria bernama Nathan itu menatap Aruna dengan tatapan yang semakin kaget tak mengerti. "Melecehkan?"
"Tidak usah berlagak kaget! Dasar pria mesum! Tidak tahu diri! Pria cabul! Setelah melecehkan aku, kau malah asik bermain dengan wanita lain. Dasar pria sialan!" umpat Aruna lagi, dia kembali mengambil gelas lain yang isinya jauh lebih banyak kemudian mengarahkannya lagi ke wajah Nathan.
Byur!
"APA YANG KAU LAKUKAN! WANITA GILA!" Teriak Nathan lagi hingga semua orang yang berada di tempat itu menjadikannya dan Aruna sebagai pusat perhatian. Kini bajunya juga sudah sangat basah dengan minuman yang tadi dia pesan.
"AKU TIDAK TERIMA DILECEHKAN!" Aruna ikut berteriak. Berbicara dengan nada yang sarkas. "Aku bukan wanita murahan yang bisa melihat kau sentuh! Jangan hanya karena kau punya banyak uang, kau bisa melakukan semaumu!"
"Wanita gila! Stres! Nggak waras!" ucap Nathan. "AKU SAMA SEKALI TIDAK PERNAH MELECEHKANMU!" Teriakannya lagi tidak terima.
"Aku? Gila? Stres? Tidak waras? Setelah melakukan hal gila aku bak aku ini wanita murahan dan sekarang kau bilang aku ini gila?!"
Sudut bibir Aruna terangkat, menatap Nathan dengan senyum nyengir-nya.
"Memang laki-laki pandai sekali memutar balikkan fakta! Kau yang melakukan kesalahan, tapi malah kau yang balik marah dan berteriak padaku. Woaahh...pria sekarang sudah pandai memainkan drama!"
Alis Nathan semakin bertaut, dia benar-benar tidak mengerti kenapa wanita dihadapannya itu tiba-tiba saja marah dan menuduhnya melecehkannya padahal dia sama sekali tidak melakukan apapun pada wanita yang berdiri di hadapannya itu.
"Aku tidak pernah melakukan apa pun padanya!" tegas Nathan dengan gigi yang menggertak begitu sangat kesal.
"Ada apa ini?" tanya seorang pria tiba-tiba.
Semua orang sontak langsung melihat ke arah pria itu.
Bersambung
Kata-kata menyakitkan yang terucap dari bibir wanita yang sudah melahirkannya itu terus menggema di kepala Aruna.
Seorang ibu yang seharusnya menyetujui dan melindunginya malah dengan tega mengatakan kata-kata tidak pantas untuknya.
Aruna menyeka air mata yang tidak sengaja keluar dari sudut matanya.
"Sialan!" gumam Aruna. Dia lalu menenggak minuman dalam gelas kecil yang berada di atas meja dalam satu kali teguk. "Akkhh!" Minuman dengan kadar alkohol rendah selalu membuat Aruna merasa jauh lebih baik. walau terkadang tetap saja membuatnya mabuk.
Aruna menengadahkan kepalanya menatap langit-langit tempat dimana dia berada, dia mengerjapkan mata dan membuka lebar mata saat pandangannya sedikit buram.
"Dia pikir aku mau dilahirkan olehnya? Aku pun tidak sudi dilahirkan olehnya! Wanita sialan! Dia yang murahan, kenapa malah aku yang disalahkan." umpat Aruna, dia menunduk memegang kepalanya. "Kenapa aku harus sembuh dari rahimnya? Dari sekian banyak ibu di dunia ini, kenapa harus dia!"
Saat masih muda, Desi yang tak lain ialah ibunya Aruna adalah wanita cantik yang anggun dan menjadi primadona di desa. Gadis kembang desa yang menjadi incaran para pria.
Nasib malang menimpa Desi saat dia mulai jatuh cinta pada seorang pria kota yang sedang datang ke desanya bernama Dirgantara. Desi termakan akan bujuk rayu Dirgantara hingga akhirnya memberikan kehormatannya secara cuma-cuma.
Dirgantara hanya mengatakan kata manis semata untuk bertanggung jawab jika nanti Desi hamil. Namun, setelah puas bermain, sebulan kemudian Dirgantara meninggalkan desa begitu saja tanpa berpamitan pada Desi.
Desi gitu frustasi, faktanya lebih gila lagi ternyata dia hamil. Ayahnya terkena serangan jantung hingga akhirnya meninggal.
Kabar kehamilannya juga menjadi buah bibir di desa, membuat ibunya malu dan bunuh diri. Setelah ketiadaan kedua orangtuanya, Desi dan adik kabur ke kota. Desi berniat mencari Dirgantara tapi tak kunjung bertemu juga.
Perutnya semakin hari semakin besar, dia berusaha menggugurkannya namun selalu gagal hingga akhirnya dia lelah dan akhirnya lahirlah Aruna Zunita.
Desi begitu sangat membenci Aruna karena wajah Aruna selalu mengingatkannya pada Dirgantara. Pria brengsek yang sudah meninggalnya. Saat masih bayi Aruna sempat dibuang, tapi hati kecilnya merasa tidak tega hingga akhirnya Aruna tetap dibesarkan namun tidak mendapatkan kasih sayang darinya layaknya seorang ibu pada anaknya.
Aruna mengetahui kisah kelam sang ibu di masa lalu dari bibinya, adik dari sang ibu.
Aruna membuang napas dengan sangat kasar, dia lalu melihat ke segala arah, suara musik terdengar sangat keras di seluruh penjuru klub malam. Aruna duduk sendirian, dia lalu menatap lurus ke arah orang-orang yang tengah bergoyang menggerakkan tubuh mengikuti alunan musik. Dia lalu menoleh menengok ke arah kiri, seorang pria terduduk manis dengan wanita di kanan dan juga kirinya.
Usianya sekitar 28 tahun, masih terlihat sangat muda, dengan setelan jas kerja. Pria lain yang duduk di sofa lain pun tersenyum melihat ke arah temannya yang sibuk dengan para wanitanya. Temannya itu sesekali melihat, tersenyum lalu fokus pada layar ponsel yang sedang dipegangnya.
Alis Aruna bertaut saat melihat pria itu, dia menelisik wajah pria yang tengah minum dengan para wanitanya. "Tunggu...dia? Cih! Ternyata dia semakin gila saja," gumam Aruna lagi saat mulai menyadari siapa pria yang ia lihat itu.
Memori masa lalu yang tak akan pernah dia lupakan setelah sekian tahun itu kembali terlintas di pikirannya. Dia pernah menangis di depan pria itu, tapi sama sekali tidak dihiraukan dan pria itu malah mengalaminya.
Sebuah ide gila tiba-tiba saja terlintas di benaknya, dia tersenyum menyeringai saat memikirkan ide gila itu.
Aruna menghela napas panjang. “Ini saat yang tepat untuk membalas semua yang pernah dia lakukan padaku dulu,” gumam Aruna, dia lalu beranjak dari duduknya dan berjalan ke arah sofa yang sedang pria itu duduki. "Lihat saja, apa yang akan saya lakukan."
Ketuk ketuk ketuk.
Byur!
Aruna mengambil gelas di atas meja lalu mengarahkannya ke wajah pria itu.
"SHIT! APA YANG KAU LAKUKAN HUH?" Pria itu kaget bukan main saat Aruna menyiram segelas air ke wajahnya. Ia lantas beranjak dari duduknya dan berdiri tegak di hadapan Aruna. Matanya menatap tajam dan mendelik dengan sangat sinis. "APA KAU GILA?" teriaknya lagi.
"Harusnya aku yang berucap seperti itu kamu! Dasar pria gila!" Aruna tak kalah berteriak.
Plakat!
Satu tamparan Aruna daratkan di atas pipi pria itu dengan sangat kasar.
Pria itu menatap Aruna dengan tatapan yang semakin kesal karena Aruna menamparnya. "Kau! Apa masalahmu, perempuan gila!"
Semua orang yang sejak sibuk tadi dengan dunianya sontak langsung menghentikan apa yang mereka lakukan dan menonton pertengkaran Aruna dan seorang pria.
Club malam yang biasanya mengasyikan dan biasa dinikmati kini tak lagi heboh dengan jogetan para pengunjungnya. Mereka yang sedang berjoget menikmati musik sontak langsung menghentikan aktivitas mereka dan melihat ke arah Aruna serta seorang pria yang tengah berdebat.
"Apa yang kamu lakukan sampai wanita ini marah padamu?" tanya Pria yang tadi duduk namun sibuk dengan ponselnya. Dia tampak begitu kaget saat seorang wanita datang dan menyirami atasan sekaligus sahabatnya.
"Dia melecehkan aku!" ucap Aruna yang dengan tidak sengaja mendengar ucapan teman dari pria yang berdiri di depannya. Suaranya melengking tinggi hingga orang-orang yang sejak tadi berjoget itu mulai berbisik-bisik.
"Apa?" Pria bernama Nathan itu menatap Aruna dengan tatapan yang semakin kaget tak mengerti. "Melecehkan?"
"Tidak usah berlagak kaget! Dasar pria mesum! Tidak tahu diri! Pria cabul! Setelah melecehkan aku, kau malah asik bermain dengan wanita lain. Dasar pria sialan!" umpat Aruna lagi, dia kembali mengambil gelas lain yang isinya jauh lebih banyak kemudian mengarahkannya lagi ke wajah Nathan.
Byur!
"APA YANG KAU LAKUKAN! WANITA GILA!" Teriak Nathan lagi hingga semua orang yang berada di tempat itu menjadikannya dan Aruna sebagai pusat perhatian. Kini bajunya juga sudah sangat basah dengan minuman yang tadi dia pesan.
"AKU TIDAK TERIMA DILECEHKAN!" Aruna ikut berteriak. Berbicara dengan nada yang sarkas. "Aku bukan wanita murahan yang bisa melihat kau sentuh! Jangan hanya karena kau punya banyak uang, kau bisa melakukan semaumu!"
"Wanita gila! Stres! Nggak waras!" ucap Nathan. "AKU SAMA SEKALI TIDAK PERNAH MELECEHKANMU!" Teriakannya lagi tidak terima.
"Aku? Gila? Stres? Tidak waras? Setelah melakukan hal gila aku bak aku ini wanita murahan dan sekarang kau bilang aku ini gila?!"
Sudut bibir Aruna terangkat, menatap Nathan dengan senyum nyengir-nya.
"Memang laki-laki pandai sekali memutar balikkan fakta! Kau yang melakukan kesalahan, tapi malah kau yang balik marah dan berteriak padaku. Woaahh...pria sekarang sudah pandai memainkan drama!"
Alis Nathan semakin bertaut, dia benar-benar tidak mengerti kenapa wanita dihadapannya itu tiba-tiba saja marah dan menuduhnya melecehkannya padahal dia sama sekali tidak melakukan apapun pada wanita yang berdiri di hadapannya itu.
"Aku tidak pernah melakukan apa pun padanya!" tegas Nathan dengan gigi yang menggertak begitu sangat kesal.
"Ada apa ini?" tanya seorang pria tiba-tiba.
Semua orang sontak langsung melihat ke arah pria itu.
Bersambung
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved