Bab 7
by Ritasilvia
18:05,Aug 04,2023
Disebuah club,
"Bagaimanaa apa kalian sudah menemukan wanita itu?”
Suara berat Jarwo, bergema disetiap sudut ruangan. dia menatap tajam setelah orang-orang yang berjumlah sepuluh orang itu kembali menghadap dirinya.
Bos Jarwo yang tengah memelintir kumis tebalnya, berdiri dengan penuh kemarahan yang memuncak, bagaimana tidak. Mayang gadis muda dan masih sangat segar itu kabur, padahal dia sudah merencanakan malam panjang bersama Mayang, yang juga akan dijadikan sebagai istri mudanya, termasuk membeli gadis cantik itu dengan harga fantastis pada keluarga tirinya yang serakah dan gila untuk berfoya-foya..
Mata elang yang memancarkan Aura dingin, membuat suasana diruangan VIP seketika hening. Semua menunduk ketakutan tanpa ada yang berani untuk mengeluarkan suaranya. Apa lagi sekedar membalas tatapan mata tajam Jarwo dengan tangan yang mengepal geram.
“Ayo jawab, kenapa kalian semua bungkam?” Teriak Jarwo mulai berdiri.
“Mengejar satu wanita saja kalian tidak becus, mana kelihaian dan kepintaran kalian yang selama ini melacak?”
Tendangan keras menghantam tubuh salah seorang bodyguard yang bertubuh dan mempunyai otot paling besar dibandingkan yang lain.
Jarwo menjadi kalap Mata, mengingat ini sudah hari Kedua nya calon istrinya pergi menghilang.
Tubuh besar itu terhempas ke sisi sofa, darah segar mengalir dari sudut bibirnya. Dia mundur beberapa langkah dan ikut bergabung dengan teman-teman yang lain, semua menunduk dan Takut dengan amukan sang bos besar yang gila wanita cantik.
Jarwo kembali meremas-remas jemarinya penuh kemarahan, rahang pria setengah abad itu terlihat bergetar menahan kemarahan nya.
“Bawa Sintia sebagai gantinya, bagaimana pun kakak tirinya itu harus bertanggung jawab, dia dan ibunya juga sudah mengambil banyak uang dari ku. mereka pikir bisa dengan mudah nya bebas dari ku."
“Baik Bos.”
Mereka langsung mencari Sintia dan mamanya, yang ingin segera kabur dari Jarwo, begitu mengetahui jika Mayang sudah berhasil kabur.
“Bagaimana ini ma? Bos Jarwo pasti marah besar begitu mengetahui jika Mayang sudah berhasil kabur, sedangkan uang yang telah diberikan Jarwo sudah habis buat kita shoping dan foya-foya.” Sintia Mondar-mandir panik.
“Mau tidak mau, kita terpaksa memberikan Rumah ini sebagai gantinya.”
“Tidak ma, trusz kita bakal tinggal dimana. Please ma, aku tidak mau kembali kerumah jelek kita dulunya.” Rengek Sintia.
“Kamu mikir dong Sintia, kita bakal pakai apa lagi untuk mengembalikan uang-uang nya Jarwo, selain sertifikat Rumah ini, lagian juga ini cara kita buat ngebalas perbuatan Mayang, dengan memberikan rumahnya pada Jarwo, otomatis gadis itu bakal pulang dan nyerahin dirinya pada Jarwo, dari pada dia harus kehilangan Rumah satu-satunya peninggalan kedua orang tuanya ini.”
“Oke...aku setuju, ide Mama ternyata bagus juga.” Ucap Sintia tersenyum lepas.
Namun tiba-tiba senyum dan khayalan Sintia tiba-tiba bubar, ketika mendengar nyaring nya teriakan sang Mama dari arah dalam kamarnya.
“Tidakkk... Sintia, cepat kesini nak. kita bakal hancur sekarang."
“Ada apa sih ma?”
Sintia yang ikutan panik langsung berlari menuju kamar mamanya.
“Ternyata Mayang jauh lebih pintar dari pada kita berdua, dia sudah berhasil membawa kabur sertifikat Rumah ini, sekarang kita harus bagaimana untuk mengembalikan uangnya Jarwo.” Mama kembali panik sambil meremas-remas rambutnya.
“Ma, aku takut banget ma. Jarwo itu laki-laki kejam dan ngak punya perasaan, aku tidak ingin dia menyakiti kita ma.”
Sintia mulai panik seketika air matanya mulai membanjiri wajah cantiknya.
“Mama juga bingung harus bagaimana sekarang, coba saja waktu itu kamu lebih bijak mengunakan uang pemberian Jarwo , tentunya kita tidak bakal seperti ini. Ini malah foya-foya terus.”
“Lho Mama kok malah nyalahin aku, mama kan juga ikut menikmati uang tersebut.”
“Tapi lebih banyak kamu Sintia.” Mereka berdua saling menyalahkan satu sama lain.
“Aku punya ide, gimana jika Mama saja yang gantian nikah dengan bos Jarwo.”
“Kamu gila ya, Sintia. Lagian mana mungkin Jarwo mau sama Mama yang sudah tua gini. Lagian selera Jarwo itu sama yang jauh lebih muda dan segar, seperti kamu dan Mayang.”
“Tidaakk mau ma, mendingan kita segera kabur dari Rumah ini, sebelum mereka menangkap kita berdua ma.”
Sintia mulai ketakutan.
“Iya, cepat Sintia. Kita harus beres-beres dan bawa seperlunya saja. Sebelum Jarwo dan anak buahnya menemukan kita berdua.”
Sintia dan mamanya mulai berkemas, namun belum sempat mereka meninggalkan Rumah, para orang-orang Jarwo sudah berkumpul didepan pintu masuk, membuat Sintia dan mamanya langsung terlonjak kaget, mereka mundur beberapa langkah kebekang, dengan posisi saling berpelukan.
“Mau kemana kalian?”
“Ka...kami, kami mau liburan saja kok ke... kekampung Halaman mama.” Jawab Sintia terbata-bata, sambil gemetaran ketakutan.
“Ha...Ha... kalian berdua pikir mudah untuk kabur begitu saja dari bos Jarwo. Sekarang kamu harus menggantikan Mayang adik tiri mu itu.”
ucap salah seorang kepala komplotan orang-orang kepercayaan Jarwo.
“Tidak...tidak mau, aku tidak mau sama laki-laki tua Bangka itu, kalian pergi dari sini.”
Sintia mendorong mereka, berusaha untuk kembali menutup pintu masuk, namun tenaganya kalah cepat dari mereka yang berotot besar dan kekar. bahkan sekali hentakan saja pintu itu langsung terbuka.
“Tuan tolong beri kami waktu, kami minta maaf atas penolakan dan sikap Mayang, kami janji bakal mengembalikan semua uang-uang bos Jarwo yang sudah kami pakai, jika perlu kami berdua akan mencari keberadaan Mayang, dan menyerah Kanya pada bos Jarwo.” Ucap Mama menangis sambil memeluk Sintia.
“Tidak bisa, bos Jarwo tidak akan mentolerir kesalahan kalian berdua. Pokoknya untuk saat ini kamu harus menghadap dan jelaskan semuanya pada Bos, karena kami kesini hanya menjalankan perintah darinya."
"Ayo Sintia, sebaiknya kita menurut saja. karena mencoba untuk kabur pun percuma, nak."
"Tapi ma, aku tidak mau menikah dan menjadi istri keempat si tua Bangka itu, hu...hu..."
"Sintia, kamu tenang dulu nak. nanti kita akan cari jalan keluarnya. mudah-mudahan saja bos Jarwo mau memberikan kita kesempatan untuk mencari keberadaan Mayang, anak sialan itu yang kerjanya selalu menyusahkan kita berdua."
"Jangan kelamaan berunding, karena bos tidak mau menunggu lebih lama lagi." ucap orang-orang suruhan Jarwo yang berwajah sama-sama menyeramkannya Dengan Jarwo.
***
"Bos, aku telah membawa mereka kehadapan mu."
Tubuh Sintia dan mamanya diseret dan didorong tepat dihadapan Jarwo yang terlihat masih dengan kemarahan nya.
"Ampun...ampuni kami Bos, kami benar-benar menyesal dan meminta maaf atas perbuatan yang telah dilakukan oleh Mayang." ucap Mama menangis ketakutan sambil bersimpuh dihadapan Jarwo.
"Ha....Ha...., tidak masalah bagiku, karena anak gadismu setelah aku perhatikan. ternyata dia lumayan cantik juga, meskipun masih kalah dari Mayang. tapi cukup berguna juga sebagai penghangat tidurku, sampai orang-orang ku Menemukan keberadaan Mayang." ucap Jarwo sambil tertawa lepas.
"Bagaimanaa apa kalian sudah menemukan wanita itu?”
Suara berat Jarwo, bergema disetiap sudut ruangan. dia menatap tajam setelah orang-orang yang berjumlah sepuluh orang itu kembali menghadap dirinya.
Bos Jarwo yang tengah memelintir kumis tebalnya, berdiri dengan penuh kemarahan yang memuncak, bagaimana tidak. Mayang gadis muda dan masih sangat segar itu kabur, padahal dia sudah merencanakan malam panjang bersama Mayang, yang juga akan dijadikan sebagai istri mudanya, termasuk membeli gadis cantik itu dengan harga fantastis pada keluarga tirinya yang serakah dan gila untuk berfoya-foya..
Mata elang yang memancarkan Aura dingin, membuat suasana diruangan VIP seketika hening. Semua menunduk ketakutan tanpa ada yang berani untuk mengeluarkan suaranya. Apa lagi sekedar membalas tatapan mata tajam Jarwo dengan tangan yang mengepal geram.
“Ayo jawab, kenapa kalian semua bungkam?” Teriak Jarwo mulai berdiri.
“Mengejar satu wanita saja kalian tidak becus, mana kelihaian dan kepintaran kalian yang selama ini melacak?”
Tendangan keras menghantam tubuh salah seorang bodyguard yang bertubuh dan mempunyai otot paling besar dibandingkan yang lain.
Jarwo menjadi kalap Mata, mengingat ini sudah hari Kedua nya calon istrinya pergi menghilang.
Tubuh besar itu terhempas ke sisi sofa, darah segar mengalir dari sudut bibirnya. Dia mundur beberapa langkah dan ikut bergabung dengan teman-teman yang lain, semua menunduk dan Takut dengan amukan sang bos besar yang gila wanita cantik.
Jarwo kembali meremas-remas jemarinya penuh kemarahan, rahang pria setengah abad itu terlihat bergetar menahan kemarahan nya.
“Bawa Sintia sebagai gantinya, bagaimana pun kakak tirinya itu harus bertanggung jawab, dia dan ibunya juga sudah mengambil banyak uang dari ku. mereka pikir bisa dengan mudah nya bebas dari ku."
“Baik Bos.”
Mereka langsung mencari Sintia dan mamanya, yang ingin segera kabur dari Jarwo, begitu mengetahui jika Mayang sudah berhasil kabur.
“Bagaimana ini ma? Bos Jarwo pasti marah besar begitu mengetahui jika Mayang sudah berhasil kabur, sedangkan uang yang telah diberikan Jarwo sudah habis buat kita shoping dan foya-foya.” Sintia Mondar-mandir panik.
“Mau tidak mau, kita terpaksa memberikan Rumah ini sebagai gantinya.”
“Tidak ma, trusz kita bakal tinggal dimana. Please ma, aku tidak mau kembali kerumah jelek kita dulunya.” Rengek Sintia.
“Kamu mikir dong Sintia, kita bakal pakai apa lagi untuk mengembalikan uang-uang nya Jarwo, selain sertifikat Rumah ini, lagian juga ini cara kita buat ngebalas perbuatan Mayang, dengan memberikan rumahnya pada Jarwo, otomatis gadis itu bakal pulang dan nyerahin dirinya pada Jarwo, dari pada dia harus kehilangan Rumah satu-satunya peninggalan kedua orang tuanya ini.”
“Oke...aku setuju, ide Mama ternyata bagus juga.” Ucap Sintia tersenyum lepas.
Namun tiba-tiba senyum dan khayalan Sintia tiba-tiba bubar, ketika mendengar nyaring nya teriakan sang Mama dari arah dalam kamarnya.
“Tidakkk... Sintia, cepat kesini nak. kita bakal hancur sekarang."
“Ada apa sih ma?”
Sintia yang ikutan panik langsung berlari menuju kamar mamanya.
“Ternyata Mayang jauh lebih pintar dari pada kita berdua, dia sudah berhasil membawa kabur sertifikat Rumah ini, sekarang kita harus bagaimana untuk mengembalikan uangnya Jarwo.” Mama kembali panik sambil meremas-remas rambutnya.
“Ma, aku takut banget ma. Jarwo itu laki-laki kejam dan ngak punya perasaan, aku tidak ingin dia menyakiti kita ma.”
Sintia mulai panik seketika air matanya mulai membanjiri wajah cantiknya.
“Mama juga bingung harus bagaimana sekarang, coba saja waktu itu kamu lebih bijak mengunakan uang pemberian Jarwo , tentunya kita tidak bakal seperti ini. Ini malah foya-foya terus.”
“Lho Mama kok malah nyalahin aku, mama kan juga ikut menikmati uang tersebut.”
“Tapi lebih banyak kamu Sintia.” Mereka berdua saling menyalahkan satu sama lain.
“Aku punya ide, gimana jika Mama saja yang gantian nikah dengan bos Jarwo.”
“Kamu gila ya, Sintia. Lagian mana mungkin Jarwo mau sama Mama yang sudah tua gini. Lagian selera Jarwo itu sama yang jauh lebih muda dan segar, seperti kamu dan Mayang.”
“Tidaakk mau ma, mendingan kita segera kabur dari Rumah ini, sebelum mereka menangkap kita berdua ma.”
Sintia mulai ketakutan.
“Iya, cepat Sintia. Kita harus beres-beres dan bawa seperlunya saja. Sebelum Jarwo dan anak buahnya menemukan kita berdua.”
Sintia dan mamanya mulai berkemas, namun belum sempat mereka meninggalkan Rumah, para orang-orang Jarwo sudah berkumpul didepan pintu masuk, membuat Sintia dan mamanya langsung terlonjak kaget, mereka mundur beberapa langkah kebekang, dengan posisi saling berpelukan.
“Mau kemana kalian?”
“Ka...kami, kami mau liburan saja kok ke... kekampung Halaman mama.” Jawab Sintia terbata-bata, sambil gemetaran ketakutan.
“Ha...Ha... kalian berdua pikir mudah untuk kabur begitu saja dari bos Jarwo. Sekarang kamu harus menggantikan Mayang adik tiri mu itu.”
ucap salah seorang kepala komplotan orang-orang kepercayaan Jarwo.
“Tidak...tidak mau, aku tidak mau sama laki-laki tua Bangka itu, kalian pergi dari sini.”
Sintia mendorong mereka, berusaha untuk kembali menutup pintu masuk, namun tenaganya kalah cepat dari mereka yang berotot besar dan kekar. bahkan sekali hentakan saja pintu itu langsung terbuka.
“Tuan tolong beri kami waktu, kami minta maaf atas penolakan dan sikap Mayang, kami janji bakal mengembalikan semua uang-uang bos Jarwo yang sudah kami pakai, jika perlu kami berdua akan mencari keberadaan Mayang, dan menyerah Kanya pada bos Jarwo.” Ucap Mama menangis sambil memeluk Sintia.
“Tidak bisa, bos Jarwo tidak akan mentolerir kesalahan kalian berdua. Pokoknya untuk saat ini kamu harus menghadap dan jelaskan semuanya pada Bos, karena kami kesini hanya menjalankan perintah darinya."
"Ayo Sintia, sebaiknya kita menurut saja. karena mencoba untuk kabur pun percuma, nak."
"Tapi ma, aku tidak mau menikah dan menjadi istri keempat si tua Bangka itu, hu...hu..."
"Sintia, kamu tenang dulu nak. nanti kita akan cari jalan keluarnya. mudah-mudahan saja bos Jarwo mau memberikan kita kesempatan untuk mencari keberadaan Mayang, anak sialan itu yang kerjanya selalu menyusahkan kita berdua."
"Jangan kelamaan berunding, karena bos tidak mau menunggu lebih lama lagi." ucap orang-orang suruhan Jarwo yang berwajah sama-sama menyeramkannya Dengan Jarwo.
***
"Bos, aku telah membawa mereka kehadapan mu."
Tubuh Sintia dan mamanya diseret dan didorong tepat dihadapan Jarwo yang terlihat masih dengan kemarahan nya.
"Ampun...ampuni kami Bos, kami benar-benar menyesal dan meminta maaf atas perbuatan yang telah dilakukan oleh Mayang." ucap Mama menangis ketakutan sambil bersimpuh dihadapan Jarwo.
"Ha....Ha...., tidak masalah bagiku, karena anak gadismu setelah aku perhatikan. ternyata dia lumayan cantik juga, meskipun masih kalah dari Mayang. tapi cukup berguna juga sebagai penghangat tidurku, sampai orang-orang ku Menemukan keberadaan Mayang." ucap Jarwo sambil tertawa lepas.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved