Bab 4

by Ritasilvia 17:13,Aug 04,2023
Mas ingin kamu lebih fokus pada keluar kecil kita, termasuk memenuhi keinginan ibu.” 
Melani terdiam, perubahan wajah Melani bisa dilihat jelas oleh Reno. Dia juga heran mengapa istri nya selalu menolak dan bertanya setiap kali ditanya dan disinggung masalah anak keturunan.
“Mas, sabarya dan beri aku waktu.” Ucapkan Melani bangkit berjalan masuk Kekamar, sampai dikamar air mata Melani langsung tumpah membanjiri wajah cantiknya. Sedangkan Reno juga begitu, selera makanya seketika menghilang berganti dengan rasa kesal, mengingat Melani belum juga menyediakan pilihannya.
Aku mencintaimu Melani apa yang kurang dari ku, sehingga kamu masih sibuk memilih dunia mu sendiri. Gumam Reno mengusap kasar wajahnya.
Mayang mendengar dengan jelas pembicaraan majikannya, setelah ruang makan terdengar sepi. Gadis itu keluar dan membersihkan meja makan dan mencucinya sehingga terlihat bersih dan rapi.
“Keluarga ini sangat kaya dan berkecukupan, tapi kenapa mbak Melani ngak mau untuk hamil anaknya Tuan Reno?” Gumam Mayang ikutan kepo. 
Setelah semua sudah selesai dikerjakan, saat hendak kembali masuk Kekamarnya, Mayang langsung tidur dan namun membangunkan kembali dan game utama kesukaannya dilayar ponsel yang sudah diganti kartu dan No yang baru, ponsel bekas mempersembahkan Melani.
Meskipun ponsel bekas, namun Mayang sangat menyukainya. Karena melani tidak pernah terutama terutama membeli barang-barang, ponsel. Sehingga Mayang mersa begitu beruntung mendapatkan ponsel tersebut meskipun itu bekas.
Sudah hampir menjelang pukul sebelas malam, Mayang belum juga bisa memejamkan matanya untuk tidur. 
“ Yah, low bad lagi.” 
Kelamaan bermain games, ponsel itu lowbad. setelah mengecas ponselnya. Mayang pergi keluar kamar, ingin mengambil makanan didapur, kelamaan begadang membuat perutnya tiba-tiba mersa lapar.
Mayang tidak menghidupkan lampu, mengambil beberapa potong roti dan minuman, berjalan kembali menuju kamar. 
“Bruuaggh,”
Karena buru-buru dan pencahayaan yang temaram, Mayang menabrak tubuh tegap dan kekar dihadapannya. Hampir Mayang berteriak kaget, namun dibatalkan nya setelah mengetahui jika yang berdiri dihadapannya sang majikan Reno.
“Eh, maaf Tuan. Aku tidak sengaja.” 
Mayang langsung menunduk, merasa tidak enak hati berjalan dalam kegelapan mengambil makanan di dapur.
“Kamu ngapain Mayang.”
“Aku ngambil roti dan minuman, Tuan.” 
“Ooo, kirain mau ngapain malam-malam jalan di kegelapan.” 
“Tuan mau ngapain juga?”
“Ambil minuman dingin di kulkas.” 
“Mayang permisi dulu Tuan.” 
“Ya, langsung tidur aja. Ngak baik keseringan begadang, apalagi main HP. ntar mata bisa rusak.” Ucap Reno.
“Iya tuan.” 
Sampai dikamar, Mayang langsung menutup pintunya. Selera makanya ikut hilang karena kaget barusan. Akirnya Mayang memilih untuk mengurung dirinya dibalik selimut tebal. Mengingat diluaran sedang terjadi hujan lebat. Namun baru beberapa menit berusa untuk memejamkan matanya, bayangan percintaan yang dilakukan Reno dan istri nya kembali melintas.
Bahkan dia kembali mendengar suara desahan yang saling bersahutan. Sehingga untuk mengusir pikiran buruk dan pendengaran nya yang meresahkan itu, Mayang mengambil handset dan memutar musik dengan baterai ponsel yang baru terisi dua puluh lima persen.
Pagi yang cerah,
“Astagafirullah, aku ketiduran.”
Mayang melihat cahaya matahari yang menerobos masuk kedalam kamarnya, melalui celah-celah jendela, dan suara burung-burung yang saling berkicau.
Mayang langsung menghambur turun dari ranjang, berlari menuju kamar mandi. Dengan hanya mencuci muka dan mengikat asal rambutnya, Mayang langsung berjalan keluar kamar dan menuju dapur.
“Alhamdulillah, ternyata mbak Melani dan suaminya masih tidur, jika tidak mati Aku.” Gumam Mayang yang berencana memanaskan masakan semalam, dan mengganti sayurnya dengan menu sayuran yang baru.
“Mudah-mudahan mereka menyukainya dan tidak memarahi ku.” 
Mayang menata serapi dan secantik mungkin dimeja makan. setelah itu dia baru kembali keruang tengah untuk bersih-bersih dan menyapu lantai.
Kehidupan Mayang yang sudah terbisa mengerjakan semua pekerjaan rumah, semenjak diasuh oleh ibu tirinya, membuat Mayang sudah terbiasa mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga.
“Ayo mas, kita sarapan dulu.” Melani bergelayut manja mengiring langkah suaminya menuju meja makan.
Reno mengulum senyum, saat melihat menu yang tersaji. Dia tahu jika Mayang hanya masak sayuran saja pagi ini, selebihnya sisa makanan semalam.
Tapi Reno malah makan dengan lahap, sia seolah-olah tidak mempermasalahkan hal tersebut. Mengingat Melani juga makan dengan lahap nya.
“Jam berapa kamu berangkat.”
“Penerbangan pertama mas.” 
“Mas ngak bisa Nganterin kamu Melani, kamu baik-baik ya disana dan jangan terlalu capek.” Pesan Reno.
“Iya suami ku sayang.” 
Selesai sarapan Reno bangkit bersiap untuk berangkat kerja, Melani ikut mengantarkan suaminya sampai pintu mobilnya. 
“Setelah sampai di Paris, segera hubungi mas ya.” 
“Tentu mas.” Melani langsung menghambur memeluk Reno, mereka berpelukan dan berciuman cukup lama, Tanpa peduli dengan Mayang yang sedang menyapu halaman depan tidak jauh dari posisi mereka berdua saat ini.
“Sabar Mayang, mulai sekarang biasakan dirimu melihat semua ini. Anggap saja kamu sedang bekerja diluar negeri dengan kehidupan mereka yang bebas.” Gumam Mayang.
“Aku harus tetap betah bekerja dirumah ini, lagian mereka berdua telah menolong dan menyelamatkan aku, jika tidak mungkin sekarang ini aku sudah menjadi Nyonya Jarwo yang keempat....Ahhh tidakk... tidakkk.” Mayang bergidik sendiri membayangkan semua itu.
Setelah kepergian majikan perempuan nya keluar negeri, Mayang baru mersa benar-benar kesepian dirumah besar ini. Ditambah lagi untuk dua Minggu kedepannya dia akan tinggal berdua saja dengan Reno. Meskipun Mayang yakin Reno tidak akan berani berbuat yang tidak-tidak terhadap dirinya, namun dia tetap berhati-hati dan mawas diri.
“Tapi bagus juga, dengan begini aku bisa tidur bebas tanpa ada yang mengganggu tidur ku dengan suara-suara aneh percintaan suami istri itu, yang tanpa peduli dan bebas sesuka hati mereka bercinta, termasuk dihadapan mata gadis yang masih suci dan belum ternoda seperti aku ini .” Gumam Mayang yang langsung berbaring dan tidur.
Cukup lama Mayang tidur, dia melirik jam yang terpajang ditengah-tengah ruangan kamarnya.
“Sudah sore, sebaiknya aku mandi dan masak. Sapa tahu tuan Reno makan malam dirumah. Meskipun tidak ada mbak Melani dirumah ini lagi.” gumam Mayang

Mayang bangkit berjalan menuju kamar mandi, setelah bersih dan rapi, gadis itu pergi kedapur untuk masak.
Namun saat keluar dari kamarnya, Mayang merasa sungkan, ternyata Reno sudah pulang. Bahkan dia juga sudah selesai mandi, berjalan dari dapur sambil membawa segelas kopi hitam.
“Ma...maaf Tuan aku ketiduran, bahkan aku tidak tahu jika Anda pulang sudah.” Mayang benar-benar malu, ini sudah kali keduanya dia ketiduran disaat Reno pulang kerja.
“Ngak papa Mayang, Oya aku tahu jika kamu pasti belum masak menu makan malam untuk kita. sebaiknya untuk malam ini kita pesan makanan saja diluar.” Terang Reno menuju ruangan tengah lalu menyediakan televisi berukuran cukup besar dihadapannya. sedangkan Mayang menundukkan kepalanya merasa malu sebagai asisten rumahtangga.
 

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

95