Bab 9 Bagian 9

by Irma W 19:48,Nov 19,2023
Pagi datang lagi, seperti biasanya Clara sudah terbangun sekitar pukul lima pagi. Ia belum sempat mandi apalagi berganti pakaian karena pakaian ganti semua ada di kamar atas. Clara hanya merapikan diri dengan menyisir rambut lalu menjapitnya.

Semalam Clara hanya tidur sendiri. Kata Mela, dia yang akan tidur bersama Jou beberapa hari ini. Ternyata semua itu atas perintah Nyonya Lily.

"Pagi semuanya!" sapa Clara pada para pelayan yang sedang menyiapkan sarapan.

Mereka nampak antusias menjawab sapaan dari Clara.

"Pagi, Nona." Begitu jawab mereka bersamaan.

"Ada yang bisa aku bantu?" Clara berjalan mendekati meja konter dapur yang terlihat ada beberapa sayuran mentah.

Ke tiga pelayan itu saling pandang sejenak.

"Em, tidak usah, Nona. Ini sudah tugas kami," jawab salah satu dari mereka.

"Tidak apa, mumpung aku belum mandi."

"Tidak usah, Nona." Pelayan senior bernama Norma mendekat. "Biar kami saja, nanti Tuan Noah marah."

"Huh! Pria itu ya!" Clara mendecih dan memanyunkan bibir. "Ya sudahlah, aku temui Jou saja."

Clara berbalik badan menuju ruang tengah yang sepertinya di sana ada Mela yang tengah mengurus Baby Jou.

Setelah Clara sudah tidak terlihat, para pelayan di dapur nampak berbisik-bisik.

"Nona Clara sangat mirip dengan Chloe."

"Tentu saja, mereka kan kembar."

"Tapi aku rasa watak mereka berbeda."

"Kau benar. Nona Chloe acuh dan angkuh. Dia bahkan sempat membentak kita meski baru pertama jumpa."

"Kau benar. Aku tidak bisa bayangkan bagaimana kalau Tuan Noah menikah dengan Nona Chloe."

"Ada bagusnya wanita itu pergi."

Bisik-bisik itu berhenti tatkala ada suara orang berdehem dari arah menuju taman belakang. Suara itu tak lain milik penjaga rumah bernama Smith. Pria paruh baya yang sudah ikut dengan keluarga Josh hampir sepuluh tahun.

Para pelayan sontak sibuk kembali dengan pekerjaan masing-masing.

"Pagi, sayangku!" Clara datang mendekati Jou yang tengah minun susu.

Bayi berumur satu bulan itu tentu belum bisa membalas panggilan Clara. Yang dilakukan Jou hanya terus menikmati susunya.

"Apa dia rewel?" tanya Clara.

"Tidak, Nona. Jou selalu tidur nyenyak," jawab Mela.

"Bolehkah nanti malam aku tidur dengannya?"

"Maaf, Nona. Nyonya Lily bilang Jou harus tidur dengan saya sementara waktu."

"Tapi bukankah Jou dibawa kesini karena supaya bersamaku?"

Mela hanya tersenyum. Clara yang tidak mendapat jawaban terlihat garuk-garuk kepala.

"Em …" Clara bergumam. "Mela, aku mau mandi. Haruskah aku masuk kamar Noah?"

"Tentu saja. Nona bebas di sini, termasuk keluar masuk kamar Tuan Noah."

"Sungguh?"

"Ya. Tuan Josh dan Nyonya Lily yang berpesan padaku. Mereka ingin Nona nyaman di sini."

Diam-diam senyum di bibir Clara mengembang. Meski Noah tidak suka sekalipun, tapi dengan adanya restu dari mertuanya, tentu Clara bisa melakukan apapun. Terutama melawan saat Noah hendak menindas.

"Baiklah!" Clara berdiri sembari menepuk kedua pahanya. "Aku mandi dulu kalau begitu."

"Baik, Nona."

Saat berjalan menaiki tangga, Clara tengah berpikir.

"Aku ingin keluar, tapi akan buruk nantinya. Di rumah ada Jou, mana mungkin kutinggalkan. Tapi … aku ingin menemui Megan. Meski di sini makan gratis, aku juga butuh pekerjaan untuk kebutuhanku yang lain."

Tidak terasa langkah kakinya sudah sampai di depan pintu kamar Noah. Tanpa mengetuk pintu, Clara masuk begitu saja hingga membuat orang di dalam sana menjerit kaget. Kala itu, Noah tengah memakai celana kerjanya.

"Maaf," hanya itu yang keluar dari mulut Clara, setelahnya ia melengos.

"Sedang apa kau di sini!" hardik Noah. "Masuk seenak jidat!"

Clara yang baru saja menutup pintu berbalik. "Tentu saja aku mau mandi."

"Kenapa harus di sini? Dasar tidak sopan!"

Clara mendecih lalu membuang pandangan. "Ini kamarku juga, suka-suka aku lah!"

Clara melenggak sembari mengibaskan rambut menuju ruang ganti.

"Berani sekali dia!" geram Noah dalam hati. "Bisa-bisanya dia berbicara seenaknya!"

Noah terus saja menggerutu, tapi anehnya dia sendiri tidak bisa marah. Meski rupa itu sangat mirip, entah kenapa Noah sama sekali tidak teringat Chloe ketika melihat wajah Clara. Sama, tapi bagi Noah sangat beda.

"Aku tidak mau terlalu memikirkannya." Noah bergidik.

Selesai memakai kemaja dan mengalungkan dasi pada lehernya, Noah segera keluar meninggalkan kamar. Semalam ia lupa makan, jadi pagi ini perutnya terus-terusan berbunyi minta diisi.

"Pagi, Tuan!" sapa para pelayan penuh semangat.

Noah mengangguk dan sempat tersenyum tipis.

"Apa Tuan Noah tersenyum pada kita?" bisik salah satu pelasan sambil menyikut lengan temannya.

"Pst! Diam saja!"

Noah duduk di ruang makan, menikmati sarapannya tanpa toleh-toleh. Sekitar sepuluh menitan, Noah meninggalkan meja makan dengan perut kenyang.

"Ya! Tunggu saja, aku sedang dalam perjalanan."

Noah memasukkan ponsel ke dalam saku jas lalu masuk ke dalam mobil. Seseorang dari kantor baru saja menelpon untuk segera melangsungkan pertemuan dengan rekan bisnis dari luar kota.

Sekitar seperempat jam, Noah sampai di kantor. Begitu masuk, Noah sudah ditunggu oleh Betrand. Mereka berdua lantas berjalan beriringan menuju ruang meeting.

"Niatnya aku saja yang menghadiri pertemuan ini," kata Betrand.

"Kenapa?" tanya Noah.

"Kupikir kau tidak datang ke kantor. Kau tahulah maksudku."

"Kau pikir aku akan diam saja di rumah?" Noah melotot.

Mereka berdua berjalan menyusuri lorong lantai satu.

"Bukan begitu. Ingat, sekarang kau kan sudah menikah."

"Menikah karena paksaan!

Bentrand menepuk bahu Noah. "Sudahlah, toh semua karena ulahmu sendiri. Terima saja."

"Tidak perlu mengguruiku!"

"Bukan begitu, aku hanya tidak mau kau melakukan kesalahan kedua kalinya. Kudengar Clara wanita baik, dia lemah lembut jauh berbeda dengan Chloe."

"Aku tidak peduli!"

Noah lebih dulu masuk ke dalam ruangan pertemuan. Di belakang, Betrand sempat berdecak lalu ikut menyusul masuk.

Kembali ke rumah, hari ini orang tua Clara datang. Hanya ibu yang datang karena ayah sedang sibuk mengurusi proyek pembangunan villa dari perusahaan Tuan Josh.

"Bagaimana keadaanmu, Clara?" tanya Tania. Dia bertanya pada Clara, tapi pandangannya malah ke mana-mana.

"Aku baik-baik saja."

Tania bahkan tidak menoleh dan masih sibuk mengagumi kemewahan rumah ini. Clara yang menyadari hal itu, hanya diam saja menunggu ibunya kembali bicara.

"Harusnya rumah ini milik Chloe. Bodoh! Kenapa kau malah mementingkan mimpimu itu dari pada menikah dengan seorang sultan?" Tania masih saja menyapu pandangan sambil ngedumel dalam hati.

"Bu," panggil Clara.

Tania tidak menggubris.

"Ibu!"

"I-iya." Tania menoleh. "Kenapa?"

"Ada apa ibu datang?" tanya Clara.

"Ibu ingin melihat cucu ibu tentunya," kata Tania. "Oh iya, di mana dia?"

"Jou sedang tidur."

"Boleh ibu melihatnya?"

Clara mengangguk memperbolehkan.

Selama berjalan menuju kamar untuk menemui Jou, Tania masih tak henti-hentinya mengangumi rumah ini. Ketika melihat beberapa pelayan, Tania kembali membatin sesuatu.

"Penjaga ada, pelayan pun banyak."

"Kenapa, Bu?" Clara sempat mendengar kata ibunya yang terdengar tidak begitu jelas karena lirih.

"Tidak, tidak ada apa-apa."

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

75