chapter 9 Perjamuan keluarga Tao
by Tina
10:25,Oct 09,2023
Setelah Yoga dan Firda turun dari mobil, Yoga terlihat sombong dan menepuk bagian depan Volkswagen.
Arlo menyalakan lampu kilat ganda pada mobil, keluar dari mobil dan mengambil foto dengan ponselnya dari segala arah.
Terdengar Mirla berkata, "Yoga, Firda, kok kalian berdua lagi?"
Firda memasang ekspresi angkuh di wajahnya dan mencibir pada Mirla, "Mirla, kakak iparmu menabrak BMW milik Yoga, sekarang dia harus melakukan kompensasi."
Mirla memandang Arlo dengan penuh simpati dan berkata, "Arlo, ini urusanmu sendiri. Kamu bahas sendiri dengan mereka!"
Yoga bertanya kepada Arlo, "Hubungi polisi atau selesaikan pribadi? Kalau kamu mau selesaikan pribadi, berlututlah dan panggil aku kakak tiga kali, aku bisa melepaskanmu."
"Mirla, keluarga kakakmu sudah mau bangkrut, tabrakan ini pasti akan memperburuk keadaan. Biarkan kakak iparmu berlutut dan memohon pada Yoga saja, gimana?"
Mirla berteriak dengan tajam, "Firda, sudah cukup! Tidak peduli betapa tak berguna kakak iparku, hanya aku yang bisa menghinanya. Berhentilah berlagak sombong di sini. Bukankah itu hanya BMW? Asuransi mobil kakak iparku sudah cukup untuk membayar kompensasi."
"Oke! Harga mobil ini sekitar satu miliar dua ratus juta rupiah, biarkan kakak iparmu yang membayarnya!" Kata-kata Yoga jelas sedang menentang Mirla.
Arlo mengangkat alisnya dan berkata, "Aku mengemudi dengan normal, kamu yang paksa untuk memasuki jalur. Aku punya perekam mengemudi, kamu yang harus melakukan kompensasi sepenuhnya. Harga mobilmu satu miliar dua ratus juta rupiah, harga mobilku sekitar empat miliar. Kamu mau membayarnya?"
Ekspresi Yoga berubah setelah mendengar ini. Ketika melihat posisi, memang dirinya yang salah, Yoga diam-diam menyalahkan dirinya karena tidak melakukannya dengan teliti. Namun, begitu mendengar Arlo mengatakan bahwa Volkswagen miliknya berharga lima miliar. Dia mencibir dan berkata, "Mobil Volkswagenmu berharga lima miliar, siapa yang ingin kamu tipu?"
Arlo menyilangkan kedua tangannya dan berkata dengan tenang, "Pergi saja ke bagian belakang mobil dan lihat logonya."
Yoga, Firda dan Mirla berjalan mengitari bagian belakang mobil secara bersamaan dan melihat sederet huruf "Phaeton" di bawah logo Volkswagen.
Firda berseru kaget, "Apakah mobil ini Phaeton?"
Arlo berkata, "Ya! Peralatan impor berkualitas tinggi. Harga mobilnya lima miliar dua ratus juta rupiah! Kalian ingin menghubungi polisi atau menyelesaikannya secara pribadi?"
Meskipun Mirla tidak tahu banyak tentang mobil, dia juga tahu bahwa Phaeton adalah mobil mewah.
Ada pepatah, tidak takut pada BMW dan Land Rover, hanya takut pada Volkswagen dengan huruf di bawahnya.
Ketika masuk ke dalam mobil, Mirla merasa interior mobil ini sangat mewah, ternyata ini adalah mobil mewah Phaeton.
Tanpa diduga, masalahnya akan berbalik begitu cepat, sungguh menyenangkan. Mirla mencibir pada Yoga dan berkata, "Yoga, kakak iparku bilang kamu yang paksa untuk melewati batas dan menyebabkan kecelakaan. Kamu harus bertanggung jawab penuh. Mobil ini bahkan lebih mahal daripada mobilmu. Kamu ingin melapor polisi atau selesaikan secara pribadi?"
"Mirla, bantu aku bicara dengan kakak iparmu, kita selesaikan saja secara pribadi. Kamu lihat, mobil kakak iparmu hanya mengalami sedikit goresan di bemper depan. Aku akan memberinya empat puluh juta rupiah."
Mirla tampak bangga dan berkata, "Itu tergantung kakak iparku."
Arlo berpura-pura diam dan berkata, "Empat puluh juta boleh aku terima. Panggil adik iparku Bos sebanyak tiga kali, aku bisa melupakan masalah ini. Kalau tidak, aku akan melapor polisi."
Yoga terkejut saat mendengar "polisi". Baru kemudian dia teringat bahwa beberapa hari yang lalu, SIM-nya ditahan oleh polisi dan harus mendapatkannya lagi. Kalau tertangkap lagi oleh polisi lalu lintas, sama saja dengan mengemudi tanpa SIM.
Memikirkan hal ini, dia berkeringat dingin. Yoga dengan patuh memanggil Mirla "Bos" tiga kali dan langsung mentransfer empat puluh juta rupiah ke Mirla, lalu kabur bersama Firda.
Setelah masuk ke dalam mobil lagi, Arlo menggumamkan sesuatu kepada Mirla sambil mengemudi. "Mirla, apakah temanmu gila?"
Mirla tersenyum senang dan berkata, "Ya, gila!"
Keduanya tertawa terbahak-bahak pada saat bersamaan.
Setelah saling memandang, ekspresi Mirla kembali terlihat acuh tak acuh. Dia berkata dengan tenang, "Kamu tampil bagus kali ini. Tapi, jangan berpikir aku akan mengenalimu sebagai kakak iparku."
"Lalu kenapa kamu masih memanggilku kakak ipar?"
"Hmph! Tentu saja, aku, Mirla, tidak ingin kehilangan posisiku di depan orang luar. Selain itu, demi kebaikan kakakku, segera bercerai dengannya."
Arlo mengangkat alisnya dan berkata tanpa malu-malu, "Selama kakakmu tidak mengajukan perceraian, aku tidak akan bercerai dengannya!"
"Arlo, kamu..." Mirla sangat marah hingga jantungnya berdebar kencang, dia berkata dengan kasar, "Kalau begitu kita tunggu dan lihat saja."
Setelah tiba di rumah nenek Rinda, Mary Tao dan keluarganya sudah mulai makan.
Mary melambai kepada putri bungsunya Mirla dan memberi isyarat agar dia duduk di sebelahnya. Arlo melihat sekeliling dan melihat seorang pria tampan duduk di sebelah Rinda, itu adalah David yang baru saja kembali dari luar negeri ketika dia bertemu di bawah hari itu.
Arlo mengerutkan kening. Tanpa diduga, keluarga Tao memperlakukannya semakin keterlaluan.
Ini merupakan jamuan makan keluarga, selain tidak punya tempat duduknya, mereka malah meminta David, sebagai orang luar untuk duduk di samping istrinya.
Ini benar-benar tidak dapat ditoleransi!
Tepat ketika Arlo hendak marah, Rinda bertanya dengan suara dingin, "Kenapa kalian tidak mengatur tempat duduk untuk Arlo?"
Tadi dia sibuk berbicara dengan para tetua dan merawat Nina, jadi dia benar-benar tidak memperhatikan detail ini. Sekarang, melihat David duduk di sebelahnya dan suaminya tidak punya tempat duduk, dia sudah memahami sesuatu di dalam hatinya.
Ibu Rinda, Mary berkata dengan dingin, "Rinda, kenapa kamu memedulikan pecundang itu? David dengan tidak mudah kembali dari luar negeri, kamu harus menemaninya?"
"Kak Mary, tidakkah kamu melakukannya terlalu jelas? Kalian suami istri yang diam-diam mengizinkan Rinda menikah dengan Arlo, kamu dan istrimu diam-diam setuju. Sekarang di depan Arlo, kamu malah membiarkan pria lain duduk di sebelah Rinda. Kamu meremehkan orang miskin secara terang-terangan!"
"Dik, tolong jangan ikut campur urusanku!" kata Mary memelototi adiknya Lisa Tao dengan marah.
Selain Nyonya Tua, keluarga Tao punya empat saudara laki-laki dan perempuan. Putra sulung adalah Jason, yang kedua adalah Mary, putri sulung; yang ketiga adalah Lisa, putri kedua; yang bungsu adalah Gary Tao, putra bungsu.
Arlo sudah lama tahu bahwa semua orang di keluarga besar ini sombong. Mereka mengandalkan kekayaannya selalu berlagak sombong di Kota Andana.
Rinda meletakkan sumpitnya dan berjalan ke arah Arlo bersama anaknya. Dengan ekspresi acuh tak acuh, dia berkata, "Kalau kalian tidak berencana memberi suamiku tempat duduk di jamuan keluarga, aku juga enggak perlu berpartisipasi dalam jamuan keluarga seperti ini!"
Jason berteriak dengan marah, "Sialan! Nenekmu masih di sini. Kebanyakan orang yang duduk di sini adalah orang yang lebih tua. Bagaimana kamu bisa begitu lancang?"
Mary berkata kepada putrinya Rinda, "Rinda, segera meminta maaf kepada nenek dan pamanmu?"
"Aku tidak salah, kenapa harus minta maaf?"
Lisa Tao menyela dan mencibir, "Rinda! Semua orang melakukan ini demi kebaikanmu. Apa gunanya kamu mencari seorang suami yang menganggur di rumah sepanjang hari? Dengarkan Bibi Aijuan, duduklah dengan patuh. Berikan sedikit makanan kepada Arlo, biarkan saja dia makan di sebelahmu."
Saat ini, Nyonya Tua dari keluarga Tao berkata, "Lupakan saja! Tambahkan saja sebuah kursi."
Tidak ada seorang pun yang berani membantah ucapan Nyonya Tua.
Mirla melirik Arlo, lalu bantu memindahkan sebuah kursi di tengah Rinda dan David.
Entah kenapa, Mirla memang membenci Arlo si pecundang, tapi dia lebih benci David.
Tatapan David keruh dan tidak menentu, dia tampak sangat licik.
Arlo tersenyum nakal dan berkata, "Terima kasih, adik ipar!"
Mirla mendengus dan mengabaikan Arlo.
Terdengar Nyonya Tua keluarga Tao berkata, "Meskipun keluarga Tao bukan keluarga kaya, kita masih dianggap sebagai keluarga kaya di Kota Andana. Alasan kenapa aku memanggil kalian semua ke sini hari ini, karena aku ingin kalian membantu Aiyuan mendukung keluarga Tao. Kemerosotan ekonomi saat ini sangat memengaruhi bisnis keluarga Tao. Kudengar Grup Samora, bos terkemuka kota, memenangkan tender untuk bangunan perencanaan kota berteknologi tinggi. Sebagai mitra lama Grup Samora, kita tidak menerima berita kerja sama. Aku curiga Grup Samora telah menemukan mitra lain. Kalian segera menggunakan koneksimu sendiri untuk bantu menjalankan kerja sama. Keluarga Tao tidak mengharapkan kalian untuk mengembangkannya, tapi kalian harus menjaga kekayaan keluarga yang diciptakan ayahmu."
Setelah mendengar "Grup Samora", Arlo dan Rinda saling berpandangan. Tanpa diduga, bisnis keluarga Tao juga mengalami kesulitan, mereka juga ingin terus menaiki kapal "Grup Samora".
Arlo menyalakan lampu kilat ganda pada mobil, keluar dari mobil dan mengambil foto dengan ponselnya dari segala arah.
Terdengar Mirla berkata, "Yoga, Firda, kok kalian berdua lagi?"
Firda memasang ekspresi angkuh di wajahnya dan mencibir pada Mirla, "Mirla, kakak iparmu menabrak BMW milik Yoga, sekarang dia harus melakukan kompensasi."
Mirla memandang Arlo dengan penuh simpati dan berkata, "Arlo, ini urusanmu sendiri. Kamu bahas sendiri dengan mereka!"
Yoga bertanya kepada Arlo, "Hubungi polisi atau selesaikan pribadi? Kalau kamu mau selesaikan pribadi, berlututlah dan panggil aku kakak tiga kali, aku bisa melepaskanmu."
"Mirla, keluarga kakakmu sudah mau bangkrut, tabrakan ini pasti akan memperburuk keadaan. Biarkan kakak iparmu berlutut dan memohon pada Yoga saja, gimana?"
Mirla berteriak dengan tajam, "Firda, sudah cukup! Tidak peduli betapa tak berguna kakak iparku, hanya aku yang bisa menghinanya. Berhentilah berlagak sombong di sini. Bukankah itu hanya BMW? Asuransi mobil kakak iparku sudah cukup untuk membayar kompensasi."
"Oke! Harga mobil ini sekitar satu miliar dua ratus juta rupiah, biarkan kakak iparmu yang membayarnya!" Kata-kata Yoga jelas sedang menentang Mirla.
Arlo mengangkat alisnya dan berkata, "Aku mengemudi dengan normal, kamu yang paksa untuk memasuki jalur. Aku punya perekam mengemudi, kamu yang harus melakukan kompensasi sepenuhnya. Harga mobilmu satu miliar dua ratus juta rupiah, harga mobilku sekitar empat miliar. Kamu mau membayarnya?"
Ekspresi Yoga berubah setelah mendengar ini. Ketika melihat posisi, memang dirinya yang salah, Yoga diam-diam menyalahkan dirinya karena tidak melakukannya dengan teliti. Namun, begitu mendengar Arlo mengatakan bahwa Volkswagen miliknya berharga lima miliar. Dia mencibir dan berkata, "Mobil Volkswagenmu berharga lima miliar, siapa yang ingin kamu tipu?"
Arlo menyilangkan kedua tangannya dan berkata dengan tenang, "Pergi saja ke bagian belakang mobil dan lihat logonya."
Yoga, Firda dan Mirla berjalan mengitari bagian belakang mobil secara bersamaan dan melihat sederet huruf "Phaeton" di bawah logo Volkswagen.
Firda berseru kaget, "Apakah mobil ini Phaeton?"
Arlo berkata, "Ya! Peralatan impor berkualitas tinggi. Harga mobilnya lima miliar dua ratus juta rupiah! Kalian ingin menghubungi polisi atau menyelesaikannya secara pribadi?"
Meskipun Mirla tidak tahu banyak tentang mobil, dia juga tahu bahwa Phaeton adalah mobil mewah.
Ada pepatah, tidak takut pada BMW dan Land Rover, hanya takut pada Volkswagen dengan huruf di bawahnya.
Ketika masuk ke dalam mobil, Mirla merasa interior mobil ini sangat mewah, ternyata ini adalah mobil mewah Phaeton.
Tanpa diduga, masalahnya akan berbalik begitu cepat, sungguh menyenangkan. Mirla mencibir pada Yoga dan berkata, "Yoga, kakak iparku bilang kamu yang paksa untuk melewati batas dan menyebabkan kecelakaan. Kamu harus bertanggung jawab penuh. Mobil ini bahkan lebih mahal daripada mobilmu. Kamu ingin melapor polisi atau selesaikan secara pribadi?"
"Mirla, bantu aku bicara dengan kakak iparmu, kita selesaikan saja secara pribadi. Kamu lihat, mobil kakak iparmu hanya mengalami sedikit goresan di bemper depan. Aku akan memberinya empat puluh juta rupiah."
Mirla tampak bangga dan berkata, "Itu tergantung kakak iparku."
Arlo berpura-pura diam dan berkata, "Empat puluh juta boleh aku terima. Panggil adik iparku Bos sebanyak tiga kali, aku bisa melupakan masalah ini. Kalau tidak, aku akan melapor polisi."
Yoga terkejut saat mendengar "polisi". Baru kemudian dia teringat bahwa beberapa hari yang lalu, SIM-nya ditahan oleh polisi dan harus mendapatkannya lagi. Kalau tertangkap lagi oleh polisi lalu lintas, sama saja dengan mengemudi tanpa SIM.
Memikirkan hal ini, dia berkeringat dingin. Yoga dengan patuh memanggil Mirla "Bos" tiga kali dan langsung mentransfer empat puluh juta rupiah ke Mirla, lalu kabur bersama Firda.
Setelah masuk ke dalam mobil lagi, Arlo menggumamkan sesuatu kepada Mirla sambil mengemudi. "Mirla, apakah temanmu gila?"
Mirla tersenyum senang dan berkata, "Ya, gila!"
Keduanya tertawa terbahak-bahak pada saat bersamaan.
Setelah saling memandang, ekspresi Mirla kembali terlihat acuh tak acuh. Dia berkata dengan tenang, "Kamu tampil bagus kali ini. Tapi, jangan berpikir aku akan mengenalimu sebagai kakak iparku."
"Lalu kenapa kamu masih memanggilku kakak ipar?"
"Hmph! Tentu saja, aku, Mirla, tidak ingin kehilangan posisiku di depan orang luar. Selain itu, demi kebaikan kakakku, segera bercerai dengannya."
Arlo mengangkat alisnya dan berkata tanpa malu-malu, "Selama kakakmu tidak mengajukan perceraian, aku tidak akan bercerai dengannya!"
"Arlo, kamu..." Mirla sangat marah hingga jantungnya berdebar kencang, dia berkata dengan kasar, "Kalau begitu kita tunggu dan lihat saja."
Setelah tiba di rumah nenek Rinda, Mary Tao dan keluarganya sudah mulai makan.
Mary melambai kepada putri bungsunya Mirla dan memberi isyarat agar dia duduk di sebelahnya. Arlo melihat sekeliling dan melihat seorang pria tampan duduk di sebelah Rinda, itu adalah David yang baru saja kembali dari luar negeri ketika dia bertemu di bawah hari itu.
Arlo mengerutkan kening. Tanpa diduga, keluarga Tao memperlakukannya semakin keterlaluan.
Ini merupakan jamuan makan keluarga, selain tidak punya tempat duduknya, mereka malah meminta David, sebagai orang luar untuk duduk di samping istrinya.
Ini benar-benar tidak dapat ditoleransi!
Tepat ketika Arlo hendak marah, Rinda bertanya dengan suara dingin, "Kenapa kalian tidak mengatur tempat duduk untuk Arlo?"
Tadi dia sibuk berbicara dengan para tetua dan merawat Nina, jadi dia benar-benar tidak memperhatikan detail ini. Sekarang, melihat David duduk di sebelahnya dan suaminya tidak punya tempat duduk, dia sudah memahami sesuatu di dalam hatinya.
Ibu Rinda, Mary berkata dengan dingin, "Rinda, kenapa kamu memedulikan pecundang itu? David dengan tidak mudah kembali dari luar negeri, kamu harus menemaninya?"
"Kak Mary, tidakkah kamu melakukannya terlalu jelas? Kalian suami istri yang diam-diam mengizinkan Rinda menikah dengan Arlo, kamu dan istrimu diam-diam setuju. Sekarang di depan Arlo, kamu malah membiarkan pria lain duduk di sebelah Rinda. Kamu meremehkan orang miskin secara terang-terangan!"
"Dik, tolong jangan ikut campur urusanku!" kata Mary memelototi adiknya Lisa Tao dengan marah.
Selain Nyonya Tua, keluarga Tao punya empat saudara laki-laki dan perempuan. Putra sulung adalah Jason, yang kedua adalah Mary, putri sulung; yang ketiga adalah Lisa, putri kedua; yang bungsu adalah Gary Tao, putra bungsu.
Arlo sudah lama tahu bahwa semua orang di keluarga besar ini sombong. Mereka mengandalkan kekayaannya selalu berlagak sombong di Kota Andana.
Rinda meletakkan sumpitnya dan berjalan ke arah Arlo bersama anaknya. Dengan ekspresi acuh tak acuh, dia berkata, "Kalau kalian tidak berencana memberi suamiku tempat duduk di jamuan keluarga, aku juga enggak perlu berpartisipasi dalam jamuan keluarga seperti ini!"
Jason berteriak dengan marah, "Sialan! Nenekmu masih di sini. Kebanyakan orang yang duduk di sini adalah orang yang lebih tua. Bagaimana kamu bisa begitu lancang?"
Mary berkata kepada putrinya Rinda, "Rinda, segera meminta maaf kepada nenek dan pamanmu?"
"Aku tidak salah, kenapa harus minta maaf?"
Lisa Tao menyela dan mencibir, "Rinda! Semua orang melakukan ini demi kebaikanmu. Apa gunanya kamu mencari seorang suami yang menganggur di rumah sepanjang hari? Dengarkan Bibi Aijuan, duduklah dengan patuh. Berikan sedikit makanan kepada Arlo, biarkan saja dia makan di sebelahmu."
Saat ini, Nyonya Tua dari keluarga Tao berkata, "Lupakan saja! Tambahkan saja sebuah kursi."
Tidak ada seorang pun yang berani membantah ucapan Nyonya Tua.
Mirla melirik Arlo, lalu bantu memindahkan sebuah kursi di tengah Rinda dan David.
Entah kenapa, Mirla memang membenci Arlo si pecundang, tapi dia lebih benci David.
Tatapan David keruh dan tidak menentu, dia tampak sangat licik.
Arlo tersenyum nakal dan berkata, "Terima kasih, adik ipar!"
Mirla mendengus dan mengabaikan Arlo.
Terdengar Nyonya Tua keluarga Tao berkata, "Meskipun keluarga Tao bukan keluarga kaya, kita masih dianggap sebagai keluarga kaya di Kota Andana. Alasan kenapa aku memanggil kalian semua ke sini hari ini, karena aku ingin kalian membantu Aiyuan mendukung keluarga Tao. Kemerosotan ekonomi saat ini sangat memengaruhi bisnis keluarga Tao. Kudengar Grup Samora, bos terkemuka kota, memenangkan tender untuk bangunan perencanaan kota berteknologi tinggi. Sebagai mitra lama Grup Samora, kita tidak menerima berita kerja sama. Aku curiga Grup Samora telah menemukan mitra lain. Kalian segera menggunakan koneksimu sendiri untuk bantu menjalankan kerja sama. Keluarga Tao tidak mengharapkan kalian untuk mengembangkannya, tapi kalian harus menjaga kekayaan keluarga yang diciptakan ayahmu."
Setelah mendengar "Grup Samora", Arlo dan Rinda saling berpandangan. Tanpa diduga, bisnis keluarga Tao juga mengalami kesulitan, mereka juga ingin terus menaiki kapal "Grup Samora".
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved