chapter 2 Dewi mobil legendaris

by Sufendi 09:35,Sep 28,2023
Di tengah hujan, jendela Ferrari pun turun, dan seorang pria muda dengan rambut bercat blonde menoleh. Dengan arogansi yang kuat di matanya, ia berkata, “Hei, kamu membawa JP ke sini hari ini?”

Wanita dengan dada 34D itu tersenyum dan menjawab dengan patuh, “Ya…”

Jujur saja, aku merasa sangat frustasi dan hanya bisa mengepalkan tangan. Aku sungguh ingin segera keluar dan menghancurkan Ferrari itu. Hanya saja, aku tentu tidak mampu menggantinya, jadi lupakan saja, aku akan menahan ketenangan untuk sementara waktu!

“Ayo mulai!”

Mobil wanita dengan dada 34D yang ada di sampingnya menginjak pedal gas, mesin mulai menderu, selain itu Ferrari dan Camaro juga mulai mengerahkan tenaga.

“Breeemmmm!”

Semua mobil mulai melesat, pengendara dan penumpang di dalam merasakan tekanan kecepatan mobil yang mendorong tubuh mereka ke belakang dengan kuat!

Ketiga mobil itu melaju bersamaan dalam sekejap, melaju kencang di jalan pegunungan yang berkelok-kelok di tengah hujan.

Lalu ada tikungan tajam di depanku. Aku memegang pegangan erat-erat dan menggertakkan gigi. Pada kecepatan saat ini, aku harus melayang, kalau tidak aku akan bergegas ke jurang!

“Wow!”

Wanita cantik di sebelahku tiba-tiba memutar setir dan menarik rem tangan pada saat yang bersamaan, teknik drifting yang mengejutkan!

Benar saja, ban mobil tersebut bergesekan dengan cepat di aspal, tiba-tiba berputar dan melayang, menyelesaikan tikungan tajam itu. Pada saat yang sama, dua mobil lainnya mengikuti dalam gerakan yang hampir sama.

Wanita berdada 34D itu mengangkat bibirnya sedikit, tersenyum manis, dan menoleh ke arahku. Aku menatapnya dengan tenang, yang membuatnya terkejut, atau mungkin sedikit kecewa. Dia mungkin mengira akan melihatku berlutut di kursi karena ketakutan dan tdiak henti berteriak, ‘Hei, ampuni hidupmu, biarkan aku turun dari mobil’, seperti itu, kan?



Di belakang, deru mesin terdengar menggemparkan dan Ferrari mengambil alih dengan cara yang menawan. Seperti yang diharapkan, mobil sport standar memang tidak sebanding dengan Audi TT.

Sang dewi ini memegang kemudi erat-erat, menatap ke depan dengan mata indahnya, dan terus menjaga kecepatannya.

Beberapa kali upaya menyalip gagal dan membuatnya sedikit tidak sabar, bahkan hampir menyentuh pagar pembatas satu kali.

“Wow!”

Hujan mengguyur di depan, dan Ferrari tiba-tiba melesat dari samping, mulai mengambil posisi di depan Audi TT, wanita ini mengerem tiba-tiba dan berhenti dengan panik!

“Huft!”

Kepalan tinju yang putih itu menghantam kemudi, dan wanita ini menggertakkan gigi.

Pemuda di dalam Ferrari itu terus tertawa dan berkata, “Ada apa, hanya ini yang kamu punya? Kemana perginya kesombonganmu karena mengalahkan saudara keduaku minggu lalu? Hahaha!”

Aku segera membuka pintu, berjalan dengan tenang ke kursi pengemudi, mengetuk jendela, dan berkata kepada wanita ini, “Naik ke kursi penumpang dan biarkan aku mencobanya!”

Wanita ini tentu kaget, “Kamu? Apakah kamu punya SIM?”

Aku menyeringai, “Tidak, tapi jangan khawatir…”

“Apakah aman jika aku menyerahkannya kepada orang yang tidak memiliki SIM?”

"Lagipula kamu telah kalah, dan kamu ingin mati bersamaku. Jadi biarkan aku mencobanya!”

“Baiklah……”

Wanita ini tampak kesal dan berpindah ke kursi penumpang. Pemandangan sepasang kakinya yang seputih salju membuatku menelan ludah. ​​Alangkah baiknya jika wanita ini tidak begitu membenciku. Sungguh wanita yang baik, sangat cantik...



Setelah duduk di kursi pengemudi, aku menginjak pedal gas dan melihat ke arah pria Ferrari di sana. Kemudian berkata, “Lanjutkan, ini belum berakhir. Siapa pun yang mencapai puncak gunung lebih dulu, maka dialah yang menang, bagaimana kalau begitu?”

Pria Ferrari itu tampak menghina, “Cih, hanya penjaga saja... aku berani bertaruh atas kekalahanmu!”

Mobil Ferrari kembali bergerak dengan cepat, mobil Camaro pun mengikuti tepat di belakangnya. Sednagkan aku mengendarai mobil Audi TT ini di posisi paling belakang. Saat menemukan waktu yang tepat, aku langsung mengatur kecepatan pada tikungan kedua sembari mengendalikan rem tangan dengan tepat. Sampai akhirnya, aku berhasil melewati mobil Camaro dengan tajam, “sreeet”. Aku melakukan gerakan menyalip yang indah dan mengejeknya tepat di depan Camaro. Pengendara mobil Camaro pun sangat ketakutan sehingga dia melambat dan tidak berani melawanku.

Pada tikungan kelima, aku tidak punya niat untuk berakselerasi. Aku keluar bahkan sebelum mendekati mobil Ferrari itu. Aku makin meningkatkan kecepatan dan mobilku hampir menabrak Ferrari itu. Aku menyelesaikan tikungan yang sangat berbahaya dan memercikkan lumpur serta air ke seluruh kaca Ferrari .

kamu bahkan bisa mendengar kemarahan dari pria yang mengendarai Ferrari di belakangku itu. Wanita ini pun tidak bisa menahan tawa sambil duduk di kursi penumpang.



Beberapa menit kemudian, Ferrari terus berusaha menyalipku, namun aku dengan ringan membelokkan setir dan menggoyangkan pantat mobilku, menakuti orang lain untuk ikut berbelok di belakangku. Bagian depan mobil menghantam batu dengan keras, “Duar" dan plat nomor serta logo depan mobil menghilang!

“Hah…”

Audi TT berhenti dan Ferrari juga berhenti Pemuda itu membuka pintu mobil dengan kesal dan mengumpat keras, “Lin Wan'er, kamu kejam sekali, sampai jumpa lagi, MD!”

Ferrari dan Camaro dengan cepat menghilang di tengah hujan, dan sebagai pecundang, mereka melarikan diri.

Aku secara sadar berpindah ke kursi penumpang, berusaha menjaga ketenangan. Di luar jendela, hujan berangsur-angsur berhenti.

Wanita itu juga duduk diam di sampingku dan berkata, “Keterampilan mengemudimu cukup bagus. Bagaimana kamu melatihnya?"

Aku hanya tersenyum, “Aku bekerja di tim polisi lalu lintas dan menjadi pengendara mobil nomor satu…”

Wanita itu langsung menatap takjub.

Menyadari gelagatnya yang terdiam, aku langsung berkata, “Terlalu berbahaya untuk balapan di lingkungan ini. Mengapa kamu tidak menghargai hidupmu sama sekali?”

Matanya sedikit merah dan memandang ke luar jendela sambil menjawab, “Bagaimana kamu bisa memahami kesedihanku…?”

Aku hanya bisa tertawa, “Apakah kamu sedang sedih? Lihat aku, aku bahkan tidak punya uang untuk makan setelah ini, dan uang sewa rumahku sudah jatuh tempo selama dua hari. Sampai sekarang, aku masih belum membayarnya. Lihatlah dirimu yang mengendarai Audi TT dan masih merasa sedih? Tampaknya hanya aku yang tampak menyedihkan!”

Wanita itu menatapku dengan sedih, seolah sedang meminta permintaan maaf di matanya yang indah, ia mengulurkan tangan untuk membuka pintu penumpang, “Keluar dari mobil…”

Aku tertegun dan keluar dari mobil.

“Brum!”

Mesinnya menderu, dan Audi TT melaju menuruni gunung.

Sambil berdiri di tengah hujan, aku tertegun. Butuh beberapa saat bagiku untuk tersadar, “Ah, sial! Aku ditelantarkan di gunung. Dasar wanita sial, kalau ini memang balas dendam, balas dendam ini sungguh tidak manusiawi!”



Setelah beberapa saat aku sadar bahwa diriku hanya bisa menyeka air hujan dari wajahku dan menunjukkan senyum cerah. Aku meraba-raba sakuku, namun tidak ada satu sen-pun uang. Ya, aku pasti tidak bisa naik bus kembali, jadi aku hanya bisa tersenyum lebih cerah. Hal kecil ini jarang terjadi. Oh, inikah hidupku?

Aku hanya bisa berjalan, jaraknya hanya 20 kilometer sampai ke tempat kerjaku. Aku pun mulai berlari kembali ke perusahaan! Alhasil terjadilah pemandangan langka di jalan raya, seorang pria berseragam security terus berpapasan dengan bus dan taksi, berlari liar di tengah lalu lintas yang tak ada habisnya. Tak ada yang berpikir untuk menolong sosok tegas itu.

Lebih dari satu jam kemudian, aku berdiri terengah-engah pintu masuk perusahaan...

Baguslah!



Saat itu sudah jam 5 sore ketika aku kembali ke perusahaan, dan merasa khawatir lagi. Aku masih belum menerima jatah makan malamku dan saat ini sudah waktunya pulang kerja. Oleh sebab itu, aku tidak bisa mengambil jatah makanku pada jam 5 sore di kantin perusahaan.

Alhasil, pria ini pun hanya bisa mengganti seragam dan meninggalkan perusahaan.

Saat malam tiba, kota ini dipenuhi benderang cahaya lampu, seolah-olah seorang wanita anggun mengenakan gaun malam. Wajah dan tubuh yang menawan di balik gaun malam ini hanya bisa dinikmati oleh orang kaya. Sedangkan orang-orang seperti aku... ahem, aku ini hanya salah satu sampah kota.



Akhirnya jalan lain untuk menghasilkan uang pun dimulai!

“Dangdangdang…”

Spatula ini tampak lihai menumis di dalam panci, ini adalah warung makan yang hanya buka pada malam hari. Banyak pelanggannya yang mencari hidangan seperti nasi goreng, mie goreng, dan sayur tumis di sini.

Setelah menggoreng 20 porsi nasi goreng, aku mulai berkeringat. Bos menepuk pundakku, “Xiao Lizi, kamu telah bekerja sangat keras hari ini. Ini, gaji hari ini…”

aku dengan senang hati mengambil 5 yuan dan berangkat ke tempat berikutnya!

Di pinggir jalan ada klub ramai bernama “Laut Biru dan Langit Biru”. Ini adalah tempat berkumpulnya orang-orang kaya untuk menikmati uang yang mereka miliki. Akupun masuk dan beberapa anak muda yang berjaga juga mengenalku .

Setelah memasuki pintu, pria gemuk yang menjaga pintu menatapku dan terkekeh, “Hei, Li Xiaoyao, kamu akhirnya sampai di sini!"

Aku mengangguk, “Berapa banyak lagu yang bisa kumainkan hari ini?”

“Tiga lagu, masing-masing 10 yuan!”

"Oke, terima kasih, Kakak Biao!”

“Tunggu, pakai bajumu dulu!”

Jas dilempar dan aku segera memakainya, lalu melangkah ke lantai dansa. Sambil berjalan ke panggung dan duduk di depan grand piano, jari-jemariku mulai menekan note hingga suara merdu piano melayang di lantai dansa. Lagu pertama “City in the Sky” mulai berdentum, lanjut lagu kedua “Puppy Waltz”, serta lagu ketiga “Mark of the Rain”. Setelah ketiga lagu selesai, tepuk tangan meriah terdengar di lantai dansa.

Aku berjalan keluar dari panggung dengan tenang, tersenyum sopan kepada semua orang, lalu melangkah keluar. Tiba-tiba, sebuah lengan lembut meraih tanganku. Ya, dia adalah seorang wanita asing yang cantik. Wanita itu dengan cepat memberiku sebuah catatan. dengan nomor telepon tertulis di atasnya. Sambil senyum menawan di bibirnya, dia berkata, “HI, CALLME…”

Aku mengangguk dan tersenyum, lalu berjalan keluar. Setelah melepas mantel, aku mengambil tiga lembar uang kertas 10 yuan dari tangan pria gemuk itu dan pergi.

Melihat punggungku, Kakak Biao menghela napas panjang…..

“Sial,meamng bakat nak ini!”



Aku menghabiskan 5 yuan untuk makan semangkuk nasi goreng telur, dan langsung menghabiskannya saat ini. Lalu aku lanjut melangkah ke jalan dan di kejauhan, LED mall tampak memutar sebuah video iklan game. Ya, video itu menayangkan iklan dari “Destiny”, game ini yang paling populer di dunia. Mahakarya yang telah dinanti selama beberapa tahun akhirnya dirilis serta membuat banyak penggemar game menangis. Aku juga penggemar game, dan aku juga mendambakan karir di permainan ini dengan penuh gairah. Sayangnya, aku tidak punya uang dan helm versi pertama yang dirilis di dunia hanya berjumlah 1 juta unit saja. Bahkan, ada yang menjualnya di pasar gelap. Jika harga harga yang ditawarkan adalah 100.000 yuan, aku pasti tidak akan punya peluang. Aku akan meluangkan waktuku dan menunggu sampai bisa menghasilkan cukup uang sebelum pergi ke toko game terdekat...

Namun yang membuatku makin kecewa, besok lusa adalah hari dirilisnya game “Destiny”, Jika melewatkan hari pembukaan uji coba pertama, hal ini sama saja seseorang telah ditakdirkan untuk tertinggal dari yang lain!



Aku pun kembali ke Komunitas Longhua. Di sinilah tempat tinggalku, apartemen satu kamar tidur dengan sewa 800 yuan dan belum dibayar. Pemilik apartemen ini adalah wanita tua kejam yang selalu menyindirku. Hanya ada satu cara untuk menghadapinya. Ya, cara yang tepat untuk orang tua seperti itu adalah dengan… bertoleransi!

Saat melangkah menuju kamar, kamarku berada di lantai 1. Aku mengeluarkan kunci dan memasukkannya, tetapi aku tidak bisa membuka pintunya!

Hey, apa yang terjadi?

Lihatlah lebih dekat, oh, kuncinya telah diganti, dan masih ada catatan di atasnya. “Li Xiaoyao, sewanya belum dibayar dalam dua hari ketika jatuh tempo. Seseorang akan datang untuk melihat rumah itu besok. Di sana tidak ada yang bisa kamu lakukan. Kopermu ada di dapur!”

Aku berbalik dan melihat selimut ditambah beberapa sikat gigi dan perlengkapan lainnya, semuanya dibungkus dalam bola serta diletakkan di sana!

Dahiku terasa panas dan tubuh tegapku mulai gemetar——

Sial, aku diusir!



Lihatlah ke atas dan lihatlah langit luas penuh bintang, hari yang begitu puitis dan indah...

Nah, hari ini adalah akhir pekan. Taman ini pun penuh dengan sepasang kekasih muda yang saling mencintai. Aku tidak bisa pergi ke sana untuk tidur, itu terlalu memalukan. Jadi... ayo kita habiskan satu malam di lantai bawah bersama gelandangan lainnya. Lagi pula ini musim panas, dan banyak sekali nyamuk. Selain itu, hal ini bukan masalah besar. Aku seorang pria dewasa dengan keterampilan seni bela diri tiada tara, dan aku tidak takut siapapun datang untuk merampokku!

Saat itu sekitar jam 11 malam dan malam cukup sejuk. Berbalut selimut, aku berjongkok di sudut halaman, menyipitkan mata, dan perlahan tertidur!

“Ngung…!”

Nyamuk terus menempel di telingaku. Ah, ini adalah situasi yang sulit, namun masih belum bisa menghentikanku. Aku langsung mengambil kain kelambu dan menutupi wajahku dengan lapisan kain tebal yang tidak menghambat pernapasanku. Kain ini ternyata berhasil mencegah nyamuk menggigitku. Jadi baiklah……



Satu malam berlalu dan ayam berkokok!

Aku membuka mataku dan menyaksikan matahari perlahan terbit. Melihat ini, aku menjadi sedikit melankolis, “Di mana aku akan terbangun dari mimpiku malam ini, di tepi pohon willow, dengan angin fajar dan bulan yang memudar…”

Sebelum aku selesai melantunkan puisi itu, sebuah tangan tiba-tiba menepuk bahuku, “Kak Hartan, mengapa kamu tidur di luar?!”

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

61