Bab 5 Part 5. Aduh Pak.. Enak Banget...
by Novita.Ramadhani
15:53,Aug 26,2023
Gerakan tangannya sungguh gemulai, ia melepas semua tali beha yang mengikat payudaranya, lalu menariknya keluar dari bawah kemeja. Dan seketika itu, payudaranya yang berukuran besar langsung jatuh kebawah, menggelantung manja dengan santainya.
“Fiuuuh… LEGA…” Ucap Citra setelah berhasil melepas semua pakaian dalamnya. Sekarang, walaupun dari luar Citra terlihat masih menggunakan kemeja dan rok kerjanya, namun didalamnya, ia benar-benar telanjang.
“Mesum sekali kau Citra Agustina… ” Batinnya sambil kembali mengelusi payudaranya dari luar kemeja kerjanya. “Sssshhhhh… Setoooo…isep tetek aku Sseeeet…” Perlahan tapi pasti, darah birahi Citra semakin panas, hingga desahan dan erangan pun mulai keluar manja dari bibir mungilnya. Membuat siapapun yang mendengarnya dijamin bakal bernafsu. “Ooouuuhhh…Gigit puting aku sayang…”
Dan benar, tak jauh dari tempat Citra yang sedang asyik bermasturbasi, ada sesosok lelaki yang juga tak kalah mesumnya, sedang mengawasi istri Marwan itu dari balik persembunyiannya. Matanya sama sekali tak berkedip, mulutnya menganga dan tangannya mengocok batang penisnya yang telah tegak berdiri.
Sepertinya nafsu yang melanda diri Citra sudah terlalu tinggi sehingga ia lupa, (atau tak peduli?) jika masih ada orang lain yang masih berada dikantor.
Pak Utet adalah seorang cleaning service yang sudah bekerja belasan tahun di kantor yang sama dengan Citra. Karena kantor itu adalah kantor kecil, disana ia juga bertugas sekaligus office boy yang membantu pekerjaan karyawan yang ada disitu. Pak Utet juga terkenal sebagai seseorang yang pendiam. Ia suka bekerja dalam diam dan tak ada yang mengetahui kapan ia bekerja, tahu-tahu lelaki tua itu sudah meyelesaikan apa yang semua karyawan minta. Selain itu, jarang sekali pak Utet terlihat mondar mandir, sehingga wajar jika Citra tak mengetahui pak Utet yang masih ada dikantor.
Dimata Pak Utet, Citra adalah seorang wanita baik-baik. Seorang wanita profesional yang sama sekali tak mau terlihat nakal atau murahan. Wanita santun yang tak pernah bisa membuat dirinya berpikiran macam-macam. Namun, entah kenapa, beberapa waktu belakangan ini, Citra berubah menjadi seseorang yang baru. Seseorang yang suka menggoda, genit dan suka bercanda mesum. Ditambah lagi, akhir-akhir ini Citra juga sering bersolek dan berpakaian seksi sehingga semakin menambah daya tariknya dalam menjerat lelaki.
Sesekali, Citra ke kantor dengan memakai dress dengan bahan yang tipis tembus pandang, sehingga membuat kulit putihnya beserta bra dan celana dalamnya terlihat menerawang. Sesekali juga, Citra datang dengan rok mini atau blouse berbelahan dada rendah, memamerkan kaki mulus dan payudara besarnya.
Melihat perubahan seperti itu, mau tak mau membuat Pak Utet menyerah juga. Ia mulai membayangkan segala hal mesum ketika Citra ada didekatnya.
Hingga suatu hari dijam makan siang, terjadi hal yang cukup menegangkan. Ketika pak Utet sedang sibuk membesihkan ruang meeting yang baru tadi pagi dipakai direksi, ia mendapati Citra yang sedang mendesah-desah keenakan. Walau hanya dilihat dari belakang, Pak Utet tahu jika Citra sedang meremasi dadanya yang besar dan padat berisi. Bahkan sesekali, Pak Utet melihat Citra menjilati puting payudaranya dengan gemas.
Kebetulan, ruang meeting yang ada di belakang meja kerja Citra menggunakan pembatas kaca yang dilapisi kaca filem satu sisi. Selama Pak Utet tak menyalakan lampu, orang dari luar ruangan tak akan dapat melihat ke arah dalam sama sekali.
“Ohh Seto… Isep tetekku Set..” Bisik Citra lirih sambil meremas dan mencubiti payudaranya. “Iseep… Terus sayang… Isep yang kenceng… Sluuurpp… Nyam… Nyammm…. “Suara lidah Citra begitu seksi. Ia terus menjilati kedua puting payudaranya yang besar secara bergantian. “Ssshhh… Terus sayang… Isep teruuusss..” Erang Citra keenakan, seolah sedang melakukan persetubuhan yang sebenarnya, “Ooohhh.., Iyak teruuussss…”
“Buussseeeettt…. Mimpi apa aku semalam…?” Ujar Pak Utet sambil menelan liur birahinya. Ia tak mengira bakal bisa melihat wanita idolanya memamerkan tubuh telanjangnya. “Astagaaaa… Tetekmu besar sekali Neeengg…. Remes terus Neeng… Remes yang kenceng….” Kata pak Utet lirih sambil terus mengocok penisnya yang sudah keras menegang.
Panasnya gelombang birahi Citra benar-benar membuat wanita itu kehilangan akal sehatnya. Merasa kurang puas dengan apa yang ia lakukan, membuat dirinya semakin nekat. Tanpa rasa malu lagi, Citra membuka semua kancing kemejanya dan membiarkan payudaranya terbuka bebas. Lalu dengan gemas, ia meremasi kedua payudara besarnya kuat-kuat. “Setooooo… Remas tetek aku sayang… Remas yang kuat…” Jerit Citra keenakan sambil membayangkan jika remasan itu dilakukan oleh Seto.
Karena ingin segera mencapai orgasme, Citra terus menjilat dan meremasi payudaranya. Ia pun lalu mengangkat tepi bawah roknya, menaikkan hingga setinggi pusar lalu mengusap klitorisnya. ” Iya sayang… Jilat memek aku….. Cucup lendir kewanitaanku…. Ohhhsss… Nikmat sekali…” tambah Citra lagi sambil mulai menusuk-nusuk vagina gundulnya dengan jemari lentiknya…”Ayo sayang…. Tusuk memekkuuu…Tusuk dengan titit besarmu…” Ucapnya berimajinasi.
Dengan cepat, jemari-Jemari itu mulai melakukan tugasnya. Masuk, keluar, masuk, keluar. Mengantarkan pemiliknya mendaki gunung kenikmatan yang mulai meninggi. Lendir kenikmatannya pun mulai membanjir basah, keluar tiada henti seiring kocokan jemari tangannya yang semakin cepat.
“CLOK…CLOK… CLOK…”
Suara tusukan jemari nakal Citra pada vaginanya mulai terdengar nyaring.
“Sodok memek aku Seettt… Ayo sodok… Ooooggghhh…. Terus Setoooo….” Semakin lama kocokan jemari tangannya semakin cepat.
“Terus Neeeng Citra… Kobel terus memek mulusmu Neeeng… “Erang pak Utet sambil membelalakkan matanya, “Puasin dirimu sayang… Ssshhh…. Kobel teruuuusss sampe moncoott… Dasar wanita nakaaalll…” Erang Pak Utet yang juga melakukan hal serupa, membetoti batang penis tuanya yang sudah semakin renta. Berusaha terus mengimbangi kenikmatan semu persetubuhan akibat terlalu lama tak merasakan kenikmatan vagina wanita. “Aku harus bisa mendapatkan kenikmatan tubuhnya… Aku harus bisa memasukkan kontol tuaku kedalam memek sempit itu… Aku harus bisa…” Kata pak Utet dalam hati.
Merasa gelombang orgasmenya mulai datang membuat masturbasi Citra semakin dahsyat. Jilatan lidah ke payudaranya semakin buas dan kocokan jemari lentik di vaginanya juga semakin cepat. “Hooooohhh…. Sssshhhh.. Terus sayaaanng… Sodok terus memek aku dengan titit besarmu… Teruuuss… OOhhh… ”
Ditusuk-tusuk sedemikian rupa, membuat vagina Citra terlihat semakin menggoda. Vagina yang semula putih gemuk itu sekarang sudah berwarna kemerahan dan tembem. Cairan kewanitaannya juga mengalir begitu hebat, hingga menetes-netes jatuh keatas kursi tempatnya duduk.
“CLOK… CLOK… CLOK…”
Perlahan tapi pasti, Citra merasakan ada sesuatu akan meledak keluar dari dalam tubuhnya. Desakannya terasa semakin lama semakin kuat, hingga membuat tubuh indahnya meliuk-liuk dan menggeliat tidak karuan. Bibir basahnya terus mendesah menceracau. Nafasnya semakin cepat dan badannya menghangat, seolah terserang demam tinggi. Hingga akhirnya ia merasa ingin ingin pipis.
“Ssshhh.. Aku nggak tahan lagi Set… ”
“NENG CITRA….” Mendadak, sesosok pria muncul dari balik tembok dan memutuskan rentetan pra-orgasme Citra. “Lagi ngapain Neng…?” Tanyanya lagi dengan mata yang tak berkedip menatap ke arah Citra.
“Eee.. Eh Pak Utet…” Citra kaget sekaget-kagetnya. Saking kagetnya wajah Citra langsung memucat. Ia tak tahu harus berbuat apa. Buru-buru ia segera jongkok, berusaha menyembunyikan tubuh telanjangnya.
Sambil jongkok Citra buru-buru membetulkan semua pakaiannya yang berantakan. Menutup kancing kemejanya yang terbuka dan menurunkan rok pendeknya yang tersingkap sampai pusar.
“Udah Neng… Nggak usah dibenerin bajunya… Bapak sudah tahu kebiasaanmu kok…” Kata pak Utet lagi sembari mendekat kearah Citra. Mendadak, mata Citra seolah mau copot. Pak Utet mendekat ke arahnya dengan tanpa mengenakan celana sama sekali. Ia mendekat dengan penis yang sudah mengacung tinggi. “Bapak bisa membantumu menuntaskan nafsu birahimu Neng…” Ucap pak Utet dengan tatapan mata penuh nafsu..
Diraihnya lengan mulus Citra, dan diajaknya bangkit dari posisi jongkoknya. ” Pak… Jangan Pak..” Pinta Citra seolah tau maksud pak Utet sambil berusaha melepaskan pegangan tangannya.
“Berdiri Neng… Kamu nggak usah takut ya Cah Ayu…” Pinta Pak Utet tegas.
“Aku malu pak.. Jangan…”
Karena nafsu Pak Utet sudah sampai ubun-ubun, ia sama sekali tak menggubris larangan Citra. Dengan nafas mendengus-dengus, lelaki tua itu membalik tubuh Citra dan memeluknya dari belakang. Mulut tebalnya lalu menciumi leher jenjang Citra dan tangannya mulai meremasi payudara Citra dengan buas.
Sadar jika ia terjebak dalam dekapan lelaki tua itu, Citra berusaha menjauh dari. Tapi karena tenaga wanitanya berbeda jauh, semua itu terasa sia-sia. Citra yang bertubuh jauh lebih kecil dari pak Utet merasa terkunci, sama sekali tak dapat melepaskan diri dari dekapan lelaki tua itu.
“To… Tolong ja… Jangan apa-apakan saya pak… Le-lepaskan saya Pak…”
“Nggak apa-apa kok Neng… Kita sama-sama butuh kepuasan… Biarkan bapak membantumu melepaskan beban birahimu…” ujar Pak Utet yang terus meremasi payudara Citra dari belakang, dan mendesak tubuh rampingnya kedepan hingga ke menabrak meja kerjanya.
“Ahhh… Titit Pak Utet tepat di sela-sela pantatku… Dia akan memperkosaku…” Gelisah Citra ketika merasakan tonjolan hangat penis pak Utet yang mulai berdenyut di belahan pantatnya. “Tititnya besar sekali…. ”
“Ayolah Neng… Mumpung kantor sepi…” ucap Pak Utet sembari terus meremasi payudaranya dan menciumi tengkuk leher Citra. “Yuk Neng… Sebelum orang-orang kantor pada balik… Bapak bantu muasin nafsu birahimu…. ” Tambahnya lagi sambil meremas payudara Citra keras-keras.
“Aduh pak… Enak banget…”
“Bapak tahu semuanya kok Neng… Kamu sebenernya merasa kurang mendapatkan kepuasan dari suamimu khan? Mmppphhh….” Kata Pak Utet sambil menciumi tengkuk leher Citra. “Kontol kecil suamimu pasti nggak pernah bisa memberikanmu kenikmatan khan? ”
Tak menjawab, Citra hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala, mencoba menolak semua doktrin yang diberikan oleh lelaki tua itu.
“Bapak bisa tau Neng… Kontol kecil suamimu pasti tak pernah bisa bermain lama. Kontol suamimu pasti selalu moncrot dikala kamu sedang mencoba menikmatinya… ” Bisik Pak Utet, “Ayolah Neng… Terima tawaran bapak… Selama ini kamu pasti sering membayangkan gimana rasanya ngentot dengan kontol yang jauh lebih besar dari kontol suamimu…. Kamu penasaran dengan kontol pria-pria lain… Percuma Neng punya suami tapi tak pernah bisa memberikan kenikmatan duniawi… Kalau dibiarkan, sampai kapan Neng bakal mengobok-obok memekmu terus..? ”
Bersambung
“Fiuuuh… LEGA…” Ucap Citra setelah berhasil melepas semua pakaian dalamnya. Sekarang, walaupun dari luar Citra terlihat masih menggunakan kemeja dan rok kerjanya, namun didalamnya, ia benar-benar telanjang.
“Mesum sekali kau Citra Agustina… ” Batinnya sambil kembali mengelusi payudaranya dari luar kemeja kerjanya. “Sssshhhhh… Setoooo…isep tetek aku Sseeeet…” Perlahan tapi pasti, darah birahi Citra semakin panas, hingga desahan dan erangan pun mulai keluar manja dari bibir mungilnya. Membuat siapapun yang mendengarnya dijamin bakal bernafsu. “Ooouuuhhh…Gigit puting aku sayang…”
Dan benar, tak jauh dari tempat Citra yang sedang asyik bermasturbasi, ada sesosok lelaki yang juga tak kalah mesumnya, sedang mengawasi istri Marwan itu dari balik persembunyiannya. Matanya sama sekali tak berkedip, mulutnya menganga dan tangannya mengocok batang penisnya yang telah tegak berdiri.
Sepertinya nafsu yang melanda diri Citra sudah terlalu tinggi sehingga ia lupa, (atau tak peduli?) jika masih ada orang lain yang masih berada dikantor.
Pak Utet adalah seorang cleaning service yang sudah bekerja belasan tahun di kantor yang sama dengan Citra. Karena kantor itu adalah kantor kecil, disana ia juga bertugas sekaligus office boy yang membantu pekerjaan karyawan yang ada disitu. Pak Utet juga terkenal sebagai seseorang yang pendiam. Ia suka bekerja dalam diam dan tak ada yang mengetahui kapan ia bekerja, tahu-tahu lelaki tua itu sudah meyelesaikan apa yang semua karyawan minta. Selain itu, jarang sekali pak Utet terlihat mondar mandir, sehingga wajar jika Citra tak mengetahui pak Utet yang masih ada dikantor.
Dimata Pak Utet, Citra adalah seorang wanita baik-baik. Seorang wanita profesional yang sama sekali tak mau terlihat nakal atau murahan. Wanita santun yang tak pernah bisa membuat dirinya berpikiran macam-macam. Namun, entah kenapa, beberapa waktu belakangan ini, Citra berubah menjadi seseorang yang baru. Seseorang yang suka menggoda, genit dan suka bercanda mesum. Ditambah lagi, akhir-akhir ini Citra juga sering bersolek dan berpakaian seksi sehingga semakin menambah daya tariknya dalam menjerat lelaki.
Sesekali, Citra ke kantor dengan memakai dress dengan bahan yang tipis tembus pandang, sehingga membuat kulit putihnya beserta bra dan celana dalamnya terlihat menerawang. Sesekali juga, Citra datang dengan rok mini atau blouse berbelahan dada rendah, memamerkan kaki mulus dan payudara besarnya.
Melihat perubahan seperti itu, mau tak mau membuat Pak Utet menyerah juga. Ia mulai membayangkan segala hal mesum ketika Citra ada didekatnya.
Hingga suatu hari dijam makan siang, terjadi hal yang cukup menegangkan. Ketika pak Utet sedang sibuk membesihkan ruang meeting yang baru tadi pagi dipakai direksi, ia mendapati Citra yang sedang mendesah-desah keenakan. Walau hanya dilihat dari belakang, Pak Utet tahu jika Citra sedang meremasi dadanya yang besar dan padat berisi. Bahkan sesekali, Pak Utet melihat Citra menjilati puting payudaranya dengan gemas.
Kebetulan, ruang meeting yang ada di belakang meja kerja Citra menggunakan pembatas kaca yang dilapisi kaca filem satu sisi. Selama Pak Utet tak menyalakan lampu, orang dari luar ruangan tak akan dapat melihat ke arah dalam sama sekali.
“Ohh Seto… Isep tetekku Set..” Bisik Citra lirih sambil meremas dan mencubiti payudaranya. “Iseep… Terus sayang… Isep yang kenceng… Sluuurpp… Nyam… Nyammm…. “Suara lidah Citra begitu seksi. Ia terus menjilati kedua puting payudaranya yang besar secara bergantian. “Ssshhh… Terus sayang… Isep teruuusss..” Erang Citra keenakan, seolah sedang melakukan persetubuhan yang sebenarnya, “Ooohhh.., Iyak teruuussss…”
“Buussseeeettt…. Mimpi apa aku semalam…?” Ujar Pak Utet sambil menelan liur birahinya. Ia tak mengira bakal bisa melihat wanita idolanya memamerkan tubuh telanjangnya. “Astagaaaa… Tetekmu besar sekali Neeengg…. Remes terus Neeng… Remes yang kenceng….” Kata pak Utet lirih sambil terus mengocok penisnya yang sudah keras menegang.
Panasnya gelombang birahi Citra benar-benar membuat wanita itu kehilangan akal sehatnya. Merasa kurang puas dengan apa yang ia lakukan, membuat dirinya semakin nekat. Tanpa rasa malu lagi, Citra membuka semua kancing kemejanya dan membiarkan payudaranya terbuka bebas. Lalu dengan gemas, ia meremasi kedua payudara besarnya kuat-kuat. “Setooooo… Remas tetek aku sayang… Remas yang kuat…” Jerit Citra keenakan sambil membayangkan jika remasan itu dilakukan oleh Seto.
Karena ingin segera mencapai orgasme, Citra terus menjilat dan meremasi payudaranya. Ia pun lalu mengangkat tepi bawah roknya, menaikkan hingga setinggi pusar lalu mengusap klitorisnya. ” Iya sayang… Jilat memek aku….. Cucup lendir kewanitaanku…. Ohhhsss… Nikmat sekali…” tambah Citra lagi sambil mulai menusuk-nusuk vagina gundulnya dengan jemari lentiknya…”Ayo sayang…. Tusuk memekkuuu…Tusuk dengan titit besarmu…” Ucapnya berimajinasi.
Dengan cepat, jemari-Jemari itu mulai melakukan tugasnya. Masuk, keluar, masuk, keluar. Mengantarkan pemiliknya mendaki gunung kenikmatan yang mulai meninggi. Lendir kenikmatannya pun mulai membanjir basah, keluar tiada henti seiring kocokan jemari tangannya yang semakin cepat.
“CLOK…CLOK… CLOK…”
Suara tusukan jemari nakal Citra pada vaginanya mulai terdengar nyaring.
“Sodok memek aku Seettt… Ayo sodok… Ooooggghhh…. Terus Setoooo….” Semakin lama kocokan jemari tangannya semakin cepat.
“Terus Neeeng Citra… Kobel terus memek mulusmu Neeeng… “Erang pak Utet sambil membelalakkan matanya, “Puasin dirimu sayang… Ssshhh…. Kobel teruuuusss sampe moncoott… Dasar wanita nakaaalll…” Erang Pak Utet yang juga melakukan hal serupa, membetoti batang penis tuanya yang sudah semakin renta. Berusaha terus mengimbangi kenikmatan semu persetubuhan akibat terlalu lama tak merasakan kenikmatan vagina wanita. “Aku harus bisa mendapatkan kenikmatan tubuhnya… Aku harus bisa memasukkan kontol tuaku kedalam memek sempit itu… Aku harus bisa…” Kata pak Utet dalam hati.
Merasa gelombang orgasmenya mulai datang membuat masturbasi Citra semakin dahsyat. Jilatan lidah ke payudaranya semakin buas dan kocokan jemari lentik di vaginanya juga semakin cepat. “Hooooohhh…. Sssshhhh.. Terus sayaaanng… Sodok terus memek aku dengan titit besarmu… Teruuuss… OOhhh… ”
Ditusuk-tusuk sedemikian rupa, membuat vagina Citra terlihat semakin menggoda. Vagina yang semula putih gemuk itu sekarang sudah berwarna kemerahan dan tembem. Cairan kewanitaannya juga mengalir begitu hebat, hingga menetes-netes jatuh keatas kursi tempatnya duduk.
“CLOK… CLOK… CLOK…”
Perlahan tapi pasti, Citra merasakan ada sesuatu akan meledak keluar dari dalam tubuhnya. Desakannya terasa semakin lama semakin kuat, hingga membuat tubuh indahnya meliuk-liuk dan menggeliat tidak karuan. Bibir basahnya terus mendesah menceracau. Nafasnya semakin cepat dan badannya menghangat, seolah terserang demam tinggi. Hingga akhirnya ia merasa ingin ingin pipis.
“Ssshhh.. Aku nggak tahan lagi Set… ”
“NENG CITRA….” Mendadak, sesosok pria muncul dari balik tembok dan memutuskan rentetan pra-orgasme Citra. “Lagi ngapain Neng…?” Tanyanya lagi dengan mata yang tak berkedip menatap ke arah Citra.
“Eee.. Eh Pak Utet…” Citra kaget sekaget-kagetnya. Saking kagetnya wajah Citra langsung memucat. Ia tak tahu harus berbuat apa. Buru-buru ia segera jongkok, berusaha menyembunyikan tubuh telanjangnya.
Sambil jongkok Citra buru-buru membetulkan semua pakaiannya yang berantakan. Menutup kancing kemejanya yang terbuka dan menurunkan rok pendeknya yang tersingkap sampai pusar.
“Udah Neng… Nggak usah dibenerin bajunya… Bapak sudah tahu kebiasaanmu kok…” Kata pak Utet lagi sembari mendekat kearah Citra. Mendadak, mata Citra seolah mau copot. Pak Utet mendekat ke arahnya dengan tanpa mengenakan celana sama sekali. Ia mendekat dengan penis yang sudah mengacung tinggi. “Bapak bisa membantumu menuntaskan nafsu birahimu Neng…” Ucap pak Utet dengan tatapan mata penuh nafsu..
Diraihnya lengan mulus Citra, dan diajaknya bangkit dari posisi jongkoknya. ” Pak… Jangan Pak..” Pinta Citra seolah tau maksud pak Utet sambil berusaha melepaskan pegangan tangannya.
“Berdiri Neng… Kamu nggak usah takut ya Cah Ayu…” Pinta Pak Utet tegas.
“Aku malu pak.. Jangan…”
Karena nafsu Pak Utet sudah sampai ubun-ubun, ia sama sekali tak menggubris larangan Citra. Dengan nafas mendengus-dengus, lelaki tua itu membalik tubuh Citra dan memeluknya dari belakang. Mulut tebalnya lalu menciumi leher jenjang Citra dan tangannya mulai meremasi payudara Citra dengan buas.
Sadar jika ia terjebak dalam dekapan lelaki tua itu, Citra berusaha menjauh dari. Tapi karena tenaga wanitanya berbeda jauh, semua itu terasa sia-sia. Citra yang bertubuh jauh lebih kecil dari pak Utet merasa terkunci, sama sekali tak dapat melepaskan diri dari dekapan lelaki tua itu.
“To… Tolong ja… Jangan apa-apakan saya pak… Le-lepaskan saya Pak…”
“Nggak apa-apa kok Neng… Kita sama-sama butuh kepuasan… Biarkan bapak membantumu melepaskan beban birahimu…” ujar Pak Utet yang terus meremasi payudara Citra dari belakang, dan mendesak tubuh rampingnya kedepan hingga ke menabrak meja kerjanya.
“Ahhh… Titit Pak Utet tepat di sela-sela pantatku… Dia akan memperkosaku…” Gelisah Citra ketika merasakan tonjolan hangat penis pak Utet yang mulai berdenyut di belahan pantatnya. “Tititnya besar sekali…. ”
“Ayolah Neng… Mumpung kantor sepi…” ucap Pak Utet sembari terus meremasi payudaranya dan menciumi tengkuk leher Citra. “Yuk Neng… Sebelum orang-orang kantor pada balik… Bapak bantu muasin nafsu birahimu…. ” Tambahnya lagi sambil meremas payudara Citra keras-keras.
“Aduh pak… Enak banget…”
“Bapak tahu semuanya kok Neng… Kamu sebenernya merasa kurang mendapatkan kepuasan dari suamimu khan? Mmppphhh….” Kata Pak Utet sambil menciumi tengkuk leher Citra. “Kontol kecil suamimu pasti nggak pernah bisa memberikanmu kenikmatan khan? ”
Tak menjawab, Citra hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala, mencoba menolak semua doktrin yang diberikan oleh lelaki tua itu.
“Bapak bisa tau Neng… Kontol kecil suamimu pasti tak pernah bisa bermain lama. Kontol suamimu pasti selalu moncrot dikala kamu sedang mencoba menikmatinya… ” Bisik Pak Utet, “Ayolah Neng… Terima tawaran bapak… Selama ini kamu pasti sering membayangkan gimana rasanya ngentot dengan kontol yang jauh lebih besar dari kontol suamimu…. Kamu penasaran dengan kontol pria-pria lain… Percuma Neng punya suami tapi tak pernah bisa memberikan kenikmatan duniawi… Kalau dibiarkan, sampai kapan Neng bakal mengobok-obok memekmu terus..? ”
Bersambung
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved