Bab 2 Part 2
by Dinda Tirani
17:37,Aug 09,2023
“Kamu natap toketku mulu Yo.”
Kini Aku mengalihkan mataku menatap ke arah wajahnya. Ku tatap matanya dalam-dalam. Bibirnya agak manyun seakan Ia tidak suka dilihat, tapi di sisi lain payudaranya juga tetap dibiarkan menghadap tubuhku. Tiba-tiba saja Aku merasa begitu tertarik padanya.
“Aku ga sengaja tadi.”
“Aku tahu kok.”
“Badanmu bagus El,” Entah dari mana asalnya keberanianku untuk berucap seperti itu. Iya hanya tersenyum kaku mendengar pujianku. Ingin ku tampar saja wajahku yang tak tahu diri ini. Mana mau Elma, perempuan kaya raya dan cerdas yang sudah bersuami ini digoda oleh perjaka pas-pasan kayak diriku ini. Keheningan panjang pun memenuhi seluruh ruangan.
“Aku memang lebih suka lepas baju sekalian kalau menyusui.”
Aku hanya membalas dengan anggukan. Entah mengapa suasananya menjadi sangat canggung. Memang tak cocok bila dua orang yang begitu pendiam dihadapkan dalam situasi yang begitu ganjil semacam ini.
“Emang ga kedinginan?” tanyaku berbasa-basi.
“Tadinya pakai selimut sih, hanya terkibas pas lagi tidur,” ucapnya sembari menunjuk selimut bayi yang sudah berhamburan di dekat dinding.
“Belum pernah ada cowok selain Harun yang pernah lihat toketku Yo.” Katanya dengan nada suara yang masih sama pelannya. Ucapannya itu membuatku terkejut. Sejak tadi mendapatiku memerhatikan tubuhnya tak sekali pun Elma mencoba menutupi payudaranya dengan tangan, bahkan sampai saat ini Ia sama sekali tak terlihat seperti ingin mengenakan pakaiannya. Tingkah lakunya seakan menunjukkan bahwa Ia telah begitu terbiasa dengan keadaan seperti ini. Tidak ku sangka ternyata Aku adalah lelaki pertama selain suaminya yang melihat payudaranya secara bebas.
“Maaf El.”
“Gak perlu minta maaf. Emang badanku beneran bagus ya Yo?”
Pertanyaan itu membuat mataku kembali memerhatikan payudara dan perutnya. Perutnya yang kurus memiliki dua garis lipatan lemak, samar-samar lekukan tubuhnya masih terlihat. Puting payudaranya begitu keras. Sepertinya lebih keras daripada sebelum duduk tadi. Apakah dia merasa terangsang?
“Bagus banget El. Aku ga pernah berani ngebayangin Kamu telanjang sebelumnya, ga pernah bayangin bakal terangsang lihat tubuhmu karena Kamu istri teman Aku, tapi ternyata begitu lihat aslinya, Aku malah sangat terangsang. Bagi Aku, tubuh Kamu jauh lebih seksi dibandingkan artis film porno yang Aku pernah nonton.”
Jawabanku membuat Elma tertawa kecil. “Kok artis porno, memangnya Kamu belum pernah lihat toket sebelumnya?” Pertanyaan itu membuat wajahku memerah.
“Beneran ga pernah ya… Kamu senang gak kalau toketku jadi pengalaman pertamamu?”
“Se—senang El.” ucapku dengan masih memerah.
“Kalau memang begitu Kamu ku bolehin megang Yo.” ucapnya sambil menarik tangan kiriku menuju payudara kanannya.
Inilah sentuhan pertamaku dengan payudara. Kulitnya terasa begitu kenyal. Payudara yang berdiri tegak itu ku remas pelan. Jariku mulai menyentuh tiap inchi payudaranya dengan perlahan, berputar di sekitar areolanya, lalu kemudian meremasnya sekali lagi. Tiap kali meremas, Aku merasakan putingnya yang tegak seperti menusuk garis telapak tanganku.
“Aaah….” ucapnya pelan, ku lihat mata Elma menjadi sayu.
Desahannnya membuatku lebih berani. Kini kembali ku mainkan jariku menyentuh sekitar areolanya. Sampai kemudian Aku tak sanggup lagi. Putingnya yang tegak berdiri sangatlah menggoda, dengan sedikit nakal Aku sentil puting itu dengan telunjukku membuat Elma mengerang lebih kencang. Erangannya cukup nyaring, sampai-sampai jariku sempat berhenti sejenak.
“Lanjut Yo,” jawabnya sambil menarik tangan kananku untuk menyentuh payudara kirinya.
Jemariku dengan gagah memilin kedua putingnya, membuat Elma semakin tak karuan. Tangan kirinya diletakkan di atas dipan, sedangkan tangan kanannya sedang memencet vaginanya dari luar celana.
“Aahh… enak banget toketku.”
Kini erangannya makin tak teratur. Ku gunakan sedikit tenagaku untuk membaringkan tubuhnya. Kini Elma telah terbaring di bawah kaki Maura. Ibu muda yang dikenal kalem dan anggun itu kini terlihat begitu binal di hadapanku. Elma yang sehari-hari tak pernah nampak terlepas dari jilbab sopan kini dengan sukarela menyerahkan tubuhnya untuk ku sentuh. Melihat hal itu, reaksi tubuhku juga makin tak karuan. Penisku yang tadi sempat mulai mengendor kembali mengeras, lebih keras dari sebelumnya. Tanpa ku sadari, mulutku juga mengeluarkan erangan halus. Padahal belum ada sentuhan langsung ke tubuhku.
Ku dekatkan mulutku ke payudara Elma, lalu mulai menjilatnya perlahan. Dari kiri ke kanan, kiri ke kanan, begitu seterusnya. Ternyata jilatanku berhasil membuat Elma semakin terangsang. Kini kedua kakinya telah dilingkarkan ke atas pinggangku. Membuat pakaianku sedikit tersingkap. Elma mengarahkan tangannya menyentuh perutku.
“Bagus banget perutmu, ah ngentot, ahhhh… terus jilat toketku.” Tak ku sangka, lisan Elma ternyata begitu liar kala sedang terangsang.
Aroma bayi masih tercium jelas dari payudara kanannya, Aku pun memilih payudara itu untuk ku kulum dan ku sedot. Slurrp, tarikku kencang.
“Ah ngentot, Ahhh… hebat banget cowok macho ahhh… kayak Kamu Yo, badanmu bagus banget kayak model.” kini tangannya coba meraih gundukan di celanaku.
Ucapannya itu membuatku semakin di atas angin. Ku tengok pergerakan tangan kanannya semakin kencang, ternyata benar, Ia sudah menyingkap celananya. Kini jari tengahnya sedang keluar masuk di dalam vaginanya.
“Ah tonjolan kontolmu gede Yo.”
“Vaginamu enak El?” tanyaku sambil mencopot bibirku dari payudaranya, kedua tanganku masih bebas memilin kedua payudaranya. Aku perlahan mengecup bibirnya pelan. Tangannya sudah menarik zip dari retsletingku.
“Enak Yo, aahhhh… ini ku ahhhh…. colok-colok saking enaknya Yo.”
Sekali lagi ku kecup bibirnya. Namun ternyata kecupanku membuat Elma sadar bahwa Aku sebenarnya tak tahu cara melakukan ciuman yang benar.
“Pake lidahnya Yo. Bu–buka aahhhh mulut,”
Aku pun menuruti perintahnya, Aku membuka bibirku sambil menjulurkan sedikit lidah. Elma langsung menyambut ciumanku dengan mengangkat kepalanya sedikit. Itu adalah ciuman pertamaku. Rasanya sangat intim, Aku bisa merasakan gairah dan aroma tubuh Elma melalui air liurnya. Tubuhnya semakin menegang, ku rasa gerakan di tangan kanannya semakin mengencang. Suara jemari yang menghantam vagina terdengar begitu jelas. Erangan Elma semakin tak karuan, ucapannya makin binal dari sebelumnya.
“Yo… Ahhh.”
“Elma, Kamu seksi banget.”
“Ahhhh ya Yo, Aku seksi… Aku seksi kan?”
Bersambung
Kini Aku mengalihkan mataku menatap ke arah wajahnya. Ku tatap matanya dalam-dalam. Bibirnya agak manyun seakan Ia tidak suka dilihat, tapi di sisi lain payudaranya juga tetap dibiarkan menghadap tubuhku. Tiba-tiba saja Aku merasa begitu tertarik padanya.
“Aku ga sengaja tadi.”
“Aku tahu kok.”
“Badanmu bagus El,” Entah dari mana asalnya keberanianku untuk berucap seperti itu. Iya hanya tersenyum kaku mendengar pujianku. Ingin ku tampar saja wajahku yang tak tahu diri ini. Mana mau Elma, perempuan kaya raya dan cerdas yang sudah bersuami ini digoda oleh perjaka pas-pasan kayak diriku ini. Keheningan panjang pun memenuhi seluruh ruangan.
“Aku memang lebih suka lepas baju sekalian kalau menyusui.”
Aku hanya membalas dengan anggukan. Entah mengapa suasananya menjadi sangat canggung. Memang tak cocok bila dua orang yang begitu pendiam dihadapkan dalam situasi yang begitu ganjil semacam ini.
“Emang ga kedinginan?” tanyaku berbasa-basi.
“Tadinya pakai selimut sih, hanya terkibas pas lagi tidur,” ucapnya sembari menunjuk selimut bayi yang sudah berhamburan di dekat dinding.
“Belum pernah ada cowok selain Harun yang pernah lihat toketku Yo.” Katanya dengan nada suara yang masih sama pelannya. Ucapannya itu membuatku terkejut. Sejak tadi mendapatiku memerhatikan tubuhnya tak sekali pun Elma mencoba menutupi payudaranya dengan tangan, bahkan sampai saat ini Ia sama sekali tak terlihat seperti ingin mengenakan pakaiannya. Tingkah lakunya seakan menunjukkan bahwa Ia telah begitu terbiasa dengan keadaan seperti ini. Tidak ku sangka ternyata Aku adalah lelaki pertama selain suaminya yang melihat payudaranya secara bebas.
“Maaf El.”
“Gak perlu minta maaf. Emang badanku beneran bagus ya Yo?”
Pertanyaan itu membuat mataku kembali memerhatikan payudara dan perutnya. Perutnya yang kurus memiliki dua garis lipatan lemak, samar-samar lekukan tubuhnya masih terlihat. Puting payudaranya begitu keras. Sepertinya lebih keras daripada sebelum duduk tadi. Apakah dia merasa terangsang?
“Bagus banget El. Aku ga pernah berani ngebayangin Kamu telanjang sebelumnya, ga pernah bayangin bakal terangsang lihat tubuhmu karena Kamu istri teman Aku, tapi ternyata begitu lihat aslinya, Aku malah sangat terangsang. Bagi Aku, tubuh Kamu jauh lebih seksi dibandingkan artis film porno yang Aku pernah nonton.”
Jawabanku membuat Elma tertawa kecil. “Kok artis porno, memangnya Kamu belum pernah lihat toket sebelumnya?” Pertanyaan itu membuat wajahku memerah.
“Beneran ga pernah ya… Kamu senang gak kalau toketku jadi pengalaman pertamamu?”
“Se—senang El.” ucapku dengan masih memerah.
“Kalau memang begitu Kamu ku bolehin megang Yo.” ucapnya sambil menarik tangan kiriku menuju payudara kanannya.
Inilah sentuhan pertamaku dengan payudara. Kulitnya terasa begitu kenyal. Payudara yang berdiri tegak itu ku remas pelan. Jariku mulai menyentuh tiap inchi payudaranya dengan perlahan, berputar di sekitar areolanya, lalu kemudian meremasnya sekali lagi. Tiap kali meremas, Aku merasakan putingnya yang tegak seperti menusuk garis telapak tanganku.
“Aaah….” ucapnya pelan, ku lihat mata Elma menjadi sayu.
Desahannnya membuatku lebih berani. Kini kembali ku mainkan jariku menyentuh sekitar areolanya. Sampai kemudian Aku tak sanggup lagi. Putingnya yang tegak berdiri sangatlah menggoda, dengan sedikit nakal Aku sentil puting itu dengan telunjukku membuat Elma mengerang lebih kencang. Erangannya cukup nyaring, sampai-sampai jariku sempat berhenti sejenak.
“Lanjut Yo,” jawabnya sambil menarik tangan kananku untuk menyentuh payudara kirinya.
Jemariku dengan gagah memilin kedua putingnya, membuat Elma semakin tak karuan. Tangan kirinya diletakkan di atas dipan, sedangkan tangan kanannya sedang memencet vaginanya dari luar celana.
“Aahh… enak banget toketku.”
Kini erangannya makin tak teratur. Ku gunakan sedikit tenagaku untuk membaringkan tubuhnya. Kini Elma telah terbaring di bawah kaki Maura. Ibu muda yang dikenal kalem dan anggun itu kini terlihat begitu binal di hadapanku. Elma yang sehari-hari tak pernah nampak terlepas dari jilbab sopan kini dengan sukarela menyerahkan tubuhnya untuk ku sentuh. Melihat hal itu, reaksi tubuhku juga makin tak karuan. Penisku yang tadi sempat mulai mengendor kembali mengeras, lebih keras dari sebelumnya. Tanpa ku sadari, mulutku juga mengeluarkan erangan halus. Padahal belum ada sentuhan langsung ke tubuhku.
Ku dekatkan mulutku ke payudara Elma, lalu mulai menjilatnya perlahan. Dari kiri ke kanan, kiri ke kanan, begitu seterusnya. Ternyata jilatanku berhasil membuat Elma semakin terangsang. Kini kedua kakinya telah dilingkarkan ke atas pinggangku. Membuat pakaianku sedikit tersingkap. Elma mengarahkan tangannya menyentuh perutku.
“Bagus banget perutmu, ah ngentot, ahhhh… terus jilat toketku.” Tak ku sangka, lisan Elma ternyata begitu liar kala sedang terangsang.
Aroma bayi masih tercium jelas dari payudara kanannya, Aku pun memilih payudara itu untuk ku kulum dan ku sedot. Slurrp, tarikku kencang.
“Ah ngentot, Ahhh… hebat banget cowok macho ahhh… kayak Kamu Yo, badanmu bagus banget kayak model.” kini tangannya coba meraih gundukan di celanaku.
Ucapannya itu membuatku semakin di atas angin. Ku tengok pergerakan tangan kanannya semakin kencang, ternyata benar, Ia sudah menyingkap celananya. Kini jari tengahnya sedang keluar masuk di dalam vaginanya.
“Ah tonjolan kontolmu gede Yo.”
“Vaginamu enak El?” tanyaku sambil mencopot bibirku dari payudaranya, kedua tanganku masih bebas memilin kedua payudaranya. Aku perlahan mengecup bibirnya pelan. Tangannya sudah menarik zip dari retsletingku.
“Enak Yo, aahhhh… ini ku ahhhh…. colok-colok saking enaknya Yo.”
Sekali lagi ku kecup bibirnya. Namun ternyata kecupanku membuat Elma sadar bahwa Aku sebenarnya tak tahu cara melakukan ciuman yang benar.
“Pake lidahnya Yo. Bu–buka aahhhh mulut,”
Aku pun menuruti perintahnya, Aku membuka bibirku sambil menjulurkan sedikit lidah. Elma langsung menyambut ciumanku dengan mengangkat kepalanya sedikit. Itu adalah ciuman pertamaku. Rasanya sangat intim, Aku bisa merasakan gairah dan aroma tubuh Elma melalui air liurnya. Tubuhnya semakin menegang, ku rasa gerakan di tangan kanannya semakin mengencang. Suara jemari yang menghantam vagina terdengar begitu jelas. Erangan Elma semakin tak karuan, ucapannya makin binal dari sebelumnya.
“Yo… Ahhh.”
“Elma, Kamu seksi banget.”
“Ahhhh ya Yo, Aku seksi… Aku seksi kan?”
Bersambung
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved