chapter 2 Aborsi
by Howie
22:09,Dec 07,2023
Willian merasa sakit hati mendengarnya.
"Memang apa yang salah dengan kurir? Kurir kan juga pekerjaan yang bisa menghasilkan uang? Aku bisa menafkahi kalian dengan uangku sendiri!"
"Hei, aku ini berasal dari Keluarga Su. Kamu tahu 'kan posisi keluargaku di kota ini?" kata Sandra sambil menghela napas.
"Memangnya kenapa dengan keluargamu?" tanya Willian cuek.
"Aku sudah bertunangan dengan anak orang terkaya di Kota Jola." Sandra sangat mengkhawatirkan hal itu.
"Memang apa hebatnya laki-laki itu?"
Saat melihat Willian yang bertelanjang kaki, Sandra langsung panik. Dia berpikir bahwa Willian pasti hanya seorang laki-laki miskin!
Willian jelas tidak bisa diharapkan.
Tidak lama kemudian, mereka tiba di rumah sakit.
Sandra tidak segera turun dari mobilnya, dia hanya melihat ke luar jendela dengan tatapan kosong.
Wllian melepas sabuk pengamannya dan berkata, "Kenapa melamun? Ayo masuk."
"Apa benar kamu mau bertanggungjawab?"
"Tentu saja! Asal anak itu memang anakku!"
"Anak ini memang anakmu!"
Willian masih tidak percaya, bagaimana mungkin Sandra bisa hamil? Mereka hanya pernah melakukannya sekali.
Mereka masuk ke rumah sakit. Akan tetapi Willian bingung karena ternyata Sandra tidak pergi ke bagian pemeriksaan genetik.
"Kamu mau apa?"
"Aborsi."
"Hei, mana bisa begitu? Kalau itu memang anakku, kamu harus melahirkannya!"
Sandra hanya menanggapinya dengan senyuman dingin.
"Sandra Su!"
Suster memanggil namanya.
Sandra mengangkat kepalanya dan berjalan dengan mata memerah. Tidak lama kemudian, dia menghentikan langkahnya dan menoleh menatap Willian.
Dia lantas melanjutkan langkahnya dan berjalan menuju ruang operasi.
Dokter sudah menyiapkan selang panjang untuk mengisap bayi yang hendak diaborsi tersebut.
"Tunggu sebentar! Biarkan aku berbaring dan menenangkan diri dulu!"
Dokter pun menghormati keputusan Sandra.
Willian duduk di koridor.
Menunggu memang membosankan, dia lantas pergi ke luar rumah sakit untuk merokok.
Sandra kleuar dari ruang operasi dan menemukan bahwa Willian sudah tidak ada di bangku koridor. Ternyata dugaannya benar, Willian hanya laki-laki berengsek.
Dia pun keluar dari rumah sakit dengan kecewa.
Siapa sangka dia malah melihat Willian yang sedang berlari ke arahnya sambil berumur dengan air mineral.
Setelah melihat Sandra, Willian langsung membawakan tas dan memapahnya.
Entah kenapa hati Sandra terasa hangat dengan tindakan Willian.
"Aku sudah tidak punya tenaga, apa kamu bisa menyetir dan mengantarku ke rumah?"
Willian mengambil kunci mobil Sandra dan menendang ban mobil milik Sandra. "Bagaimana mungkin aku tidak bisa menyetir mobil jelek ini!"
Sandra menggelengkan kepalanya dengan tidak berdaya dan masuk ke mobilnya.
"Mobil ini tidak sama dengan mobil lainnya, kamu ..."
Tanpa menunggu Sandra selesai berbicara, Willian langsung menginjak pedal gas dan mengemudikannya dengan lancar.
Sandra tercengang.
Dia menatap Willian dengan heran.
Mobil mewahnya itu mempunyai banyak sekali perbedaan dengan mobil lainnya.
Seorang kurir seperti Willian tidak akan sanggup membeli mobil semahal itu meski sudah bekerja keras.
Tapi kenapa Willian bisa menyetir mobilnya dengan lancar?
"Di mana alamatmu?"
"Dragon Bay Komplek B Nomor 19." Sandra memejamkan matanya setelah berbicara.
Tiba-tiba, ponsel milik Willian bergetar.
Pak Tua meneleponnya.
"Ada apa?"
"Ada pertemuan bisnis di Gedung Mulia malam ini, ada proyek distrik baru yang tidak bisa kita lewatkan. Aku akan memberimu satu miliar, kamu harus pergi ke sana dan dapatkan proyek itu!" perintah Pak Tua.
"Beres!"
"Omong-omong, presdir Perdagangan Kowloon Kota Jola, Sutarjo Lin adalah bawahan kita. Dia siap membantumu."
"Baiklah."
Mobil yang mereka tumpangi akhirnya sampai di Dragon Bay, kawasan perumahan paling elit di Kota Jola.
Kabarnya, vila termahal seharga 3,4 triliun sudah dibeli oleh konglomerat misterius.
Sandra adalah putri konglomerat Keluarga Su di Kota Jola, wajar saja kalau dia tinggal di vila semewah itu.
Sejak masuk ke mobil sampai sekrang, Sandra masih belum memahami siapa Willian sebenarnya.
Willian mengibaskan tangannya di depan wajah Sandra dan berkata, "Kita sudah sampai."
Sandra yang semula melamun itu akhirnya tersadar, kemudian dengan keadaan masih setengah linglung berkata, "Apa kamu mau masuk dan minum teh dulu?"
Willian memainkan koreknya dan berkata, "Memangnya kamu tidak takut aku melakukan sesuatu padamu?"
"Takut kenapa? Aku 'kan sudah dihamili olehmu!"
Willian keluar dari mobil dan berkata, "Sudahlah, kita tidak akan bertemu lagi!"
Sandra turun dari mobilnya. Tapi ternyata dia tidak bisa berdiri dengan stabil dan terjatuh.
Saat Willian hendak menyalakan koreknya, dia melihat Sandra yang berpegangan pada mobilnya dan berkata, "Hei, kenapa kamu bodoh sekali!"
Sandra mengerutkan alisnya dan berkata, "Apa? Coba katakan sekali lagi!"
"Kamu bodoh sekali!"
Sandra menggigit pundak Willian. Dia melampiaskan semua kekesalan dan ketidakberdayaannya.
Willian mengumpat sambil menahan sakit.
Dia lantas menampar pantat Sandra.
Plok!
Pantat wanita itu memantul dan terasa elastis.
Hm... pantatnya itu enak sekali dipegang!
Sandra merasa puas karena sudah menggigit Willian.
Willian menyibak kerah bajunya dan melihat bekas gigitan Sandra yang memerah dan mengeluarkan darah.
"Hei, apa kamu anjing?!"
Sandra mendongakkan kepalanya dan memelototi Willian, kemudian berkata, "Kakiku terkilir, kamu berani masuk ke rumahku, tidak?"
"Untuk apa aku takut?!"
Sandra mengoleskan obat merah ke kakinya yang terkilir.
Saat melihat Sandra yang mengoleskan obat dengan kikuk, Willian merebut obat di tangan Sandra dan hendak membantu mengoleskan obat.
Seseorang mengatakan bahwa baik atau buruknya wanita bisa dilihat dari kakinya. Kaki Sandra seputih dan selembut giok, halus dan ramping.
Sandra menarik kakinya kembali, tapi Willian memegangnya dengan erat. Wanita itu pun tersipu malu.
Saat menatap Willian, Sandra kembali kehilangan kesadarannya. Akan tetapi saat teringat bahwa dirinya akan menikah dengan putra dari Keluarga Qin, dia merasa sangat jengkel.
Tiba-tiba pintu kamar Sandra dibuka oleh seseorang.
Ibunya, Hanna Yang dan sahabatnya, Sonia Lin masuk dengan bersamaan.
Mereka terkejut begitu melihat Sandra sedang di dalam kamar bersama seorang laki-laki tak dikenal.
"Sandra, apa yang kamu lakukan?!" tanya Hanna dengan terkejut.
Sandra segera berdiri.
Willian mengambil obat merah dan berkata, "Kakinya terkilir, aku hanya mengoleskan obat ..."
Tiba-tiba Sandra memotong perkataan Willian dan berkata, "Pacarku datang untuk mengoleskan obat!"
"Memang apa yang salah dengan kurir? Kurir kan juga pekerjaan yang bisa menghasilkan uang? Aku bisa menafkahi kalian dengan uangku sendiri!"
"Hei, aku ini berasal dari Keluarga Su. Kamu tahu 'kan posisi keluargaku di kota ini?" kata Sandra sambil menghela napas.
"Memangnya kenapa dengan keluargamu?" tanya Willian cuek.
"Aku sudah bertunangan dengan anak orang terkaya di Kota Jola." Sandra sangat mengkhawatirkan hal itu.
"Memang apa hebatnya laki-laki itu?"
Saat melihat Willian yang bertelanjang kaki, Sandra langsung panik. Dia berpikir bahwa Willian pasti hanya seorang laki-laki miskin!
Willian jelas tidak bisa diharapkan.
Tidak lama kemudian, mereka tiba di rumah sakit.
Sandra tidak segera turun dari mobilnya, dia hanya melihat ke luar jendela dengan tatapan kosong.
Wllian melepas sabuk pengamannya dan berkata, "Kenapa melamun? Ayo masuk."
"Apa benar kamu mau bertanggungjawab?"
"Tentu saja! Asal anak itu memang anakku!"
"Anak ini memang anakmu!"
Willian masih tidak percaya, bagaimana mungkin Sandra bisa hamil? Mereka hanya pernah melakukannya sekali.
Mereka masuk ke rumah sakit. Akan tetapi Willian bingung karena ternyata Sandra tidak pergi ke bagian pemeriksaan genetik.
"Kamu mau apa?"
"Aborsi."
"Hei, mana bisa begitu? Kalau itu memang anakku, kamu harus melahirkannya!"
Sandra hanya menanggapinya dengan senyuman dingin.
"Sandra Su!"
Suster memanggil namanya.
Sandra mengangkat kepalanya dan berjalan dengan mata memerah. Tidak lama kemudian, dia menghentikan langkahnya dan menoleh menatap Willian.
Dia lantas melanjutkan langkahnya dan berjalan menuju ruang operasi.
Dokter sudah menyiapkan selang panjang untuk mengisap bayi yang hendak diaborsi tersebut.
"Tunggu sebentar! Biarkan aku berbaring dan menenangkan diri dulu!"
Dokter pun menghormati keputusan Sandra.
Willian duduk di koridor.
Menunggu memang membosankan, dia lantas pergi ke luar rumah sakit untuk merokok.
Sandra kleuar dari ruang operasi dan menemukan bahwa Willian sudah tidak ada di bangku koridor. Ternyata dugaannya benar, Willian hanya laki-laki berengsek.
Dia pun keluar dari rumah sakit dengan kecewa.
Siapa sangka dia malah melihat Willian yang sedang berlari ke arahnya sambil berumur dengan air mineral.
Setelah melihat Sandra, Willian langsung membawakan tas dan memapahnya.
Entah kenapa hati Sandra terasa hangat dengan tindakan Willian.
"Aku sudah tidak punya tenaga, apa kamu bisa menyetir dan mengantarku ke rumah?"
Willian mengambil kunci mobil Sandra dan menendang ban mobil milik Sandra. "Bagaimana mungkin aku tidak bisa menyetir mobil jelek ini!"
Sandra menggelengkan kepalanya dengan tidak berdaya dan masuk ke mobilnya.
"Mobil ini tidak sama dengan mobil lainnya, kamu ..."
Tanpa menunggu Sandra selesai berbicara, Willian langsung menginjak pedal gas dan mengemudikannya dengan lancar.
Sandra tercengang.
Dia menatap Willian dengan heran.
Mobil mewahnya itu mempunyai banyak sekali perbedaan dengan mobil lainnya.
Seorang kurir seperti Willian tidak akan sanggup membeli mobil semahal itu meski sudah bekerja keras.
Tapi kenapa Willian bisa menyetir mobilnya dengan lancar?
"Di mana alamatmu?"
"Dragon Bay Komplek B Nomor 19." Sandra memejamkan matanya setelah berbicara.
Tiba-tiba, ponsel milik Willian bergetar.
Pak Tua meneleponnya.
"Ada apa?"
"Ada pertemuan bisnis di Gedung Mulia malam ini, ada proyek distrik baru yang tidak bisa kita lewatkan. Aku akan memberimu satu miliar, kamu harus pergi ke sana dan dapatkan proyek itu!" perintah Pak Tua.
"Beres!"
"Omong-omong, presdir Perdagangan Kowloon Kota Jola, Sutarjo Lin adalah bawahan kita. Dia siap membantumu."
"Baiklah."
Mobil yang mereka tumpangi akhirnya sampai di Dragon Bay, kawasan perumahan paling elit di Kota Jola.
Kabarnya, vila termahal seharga 3,4 triliun sudah dibeli oleh konglomerat misterius.
Sandra adalah putri konglomerat Keluarga Su di Kota Jola, wajar saja kalau dia tinggal di vila semewah itu.
Sejak masuk ke mobil sampai sekrang, Sandra masih belum memahami siapa Willian sebenarnya.
Willian mengibaskan tangannya di depan wajah Sandra dan berkata, "Kita sudah sampai."
Sandra yang semula melamun itu akhirnya tersadar, kemudian dengan keadaan masih setengah linglung berkata, "Apa kamu mau masuk dan minum teh dulu?"
Willian memainkan koreknya dan berkata, "Memangnya kamu tidak takut aku melakukan sesuatu padamu?"
"Takut kenapa? Aku 'kan sudah dihamili olehmu!"
Willian keluar dari mobil dan berkata, "Sudahlah, kita tidak akan bertemu lagi!"
Sandra turun dari mobilnya. Tapi ternyata dia tidak bisa berdiri dengan stabil dan terjatuh.
Saat Willian hendak menyalakan koreknya, dia melihat Sandra yang berpegangan pada mobilnya dan berkata, "Hei, kenapa kamu bodoh sekali!"
Sandra mengerutkan alisnya dan berkata, "Apa? Coba katakan sekali lagi!"
"Kamu bodoh sekali!"
Sandra menggigit pundak Willian. Dia melampiaskan semua kekesalan dan ketidakberdayaannya.
Willian mengumpat sambil menahan sakit.
Dia lantas menampar pantat Sandra.
Plok!
Pantat wanita itu memantul dan terasa elastis.
Hm... pantatnya itu enak sekali dipegang!
Sandra merasa puas karena sudah menggigit Willian.
Willian menyibak kerah bajunya dan melihat bekas gigitan Sandra yang memerah dan mengeluarkan darah.
"Hei, apa kamu anjing?!"
Sandra mendongakkan kepalanya dan memelototi Willian, kemudian berkata, "Kakiku terkilir, kamu berani masuk ke rumahku, tidak?"
"Untuk apa aku takut?!"
Sandra mengoleskan obat merah ke kakinya yang terkilir.
Saat melihat Sandra yang mengoleskan obat dengan kikuk, Willian merebut obat di tangan Sandra dan hendak membantu mengoleskan obat.
Seseorang mengatakan bahwa baik atau buruknya wanita bisa dilihat dari kakinya. Kaki Sandra seputih dan selembut giok, halus dan ramping.
Sandra menarik kakinya kembali, tapi Willian memegangnya dengan erat. Wanita itu pun tersipu malu.
Saat menatap Willian, Sandra kembali kehilangan kesadarannya. Akan tetapi saat teringat bahwa dirinya akan menikah dengan putra dari Keluarga Qin, dia merasa sangat jengkel.
Tiba-tiba pintu kamar Sandra dibuka oleh seseorang.
Ibunya, Hanna Yang dan sahabatnya, Sonia Lin masuk dengan bersamaan.
Mereka terkejut begitu melihat Sandra sedang di dalam kamar bersama seorang laki-laki tak dikenal.
"Sandra, apa yang kamu lakukan?!" tanya Hanna dengan terkejut.
Sandra segera berdiri.
Willian mengambil obat merah dan berkata, "Kakinya terkilir, aku hanya mengoleskan obat ..."
Tiba-tiba Sandra memotong perkataan Willian dan berkata, "Pacarku datang untuk mengoleskan obat!"
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved