Bab 5 Menyayat kulitnya dan menjadikannya sebagai kanvas

by Alexia 08:01,Aug 22,2023
Ini adalah hukuman yang paling kejam, dan dilarang oleh pemerintah, tetapi atasan mereka secara khusus meminta, apa boleh buat?

"AH……"

"AH……"

"AH……"

Tenggorokannya serak dan air matanya bahkan sudah terkuras kering. Pada malam itu, hanya ada suara teriakan di penjara, seperti hantu perempuan yang menangis, sehingga membuat orang-orang yang menyiksanya gemetar ketakutan dan mengalami mimpi buruk.

   Langit semerah darah saat senja, tiga hari pun berlalu.

   Di ruang terdalam penjara, ada seorang wanita yang ditahan.

Dalam tiga hari ini, dialah yang berteriak paling keras dan paling sengsara, pakaiannya acak-acakan, tubuhnya berlumuran darah, wajahnya aslinya bahkan sudah tidak terlihat. Darah di sudut mulutnya sudah mengering, rambutnya acak-acakan, sepasang matanya tertutup rapat, hanya ada udara yang masuk dari mulut, tetapi tidak ada udara yang dihembuskan keluar.

   Tanah itu basah entah karena darah atau air, lengket dan terlihat sangat menakutkan.

   "Bos, wanita ini mungkin tidak akan bisa bertahan sampai malam ini."

   Orang itu berkata sambil memegang nampan kecil, ada banyak botol dan kaleng di nampan itu.

   "Hmph, tak usah kamu katakan juga, saya tahu. Orang yang memiliki mata dapat melihatnya, oke?"

Pemimpin berbicara dengan acuh tak acuh, memberi isyarat kepada orang-orang di belakangnya untuk maju dan mengangkat wanita itu, lalu menyuruh seseorang untuk membawa tong kayu, kemudian melemparkan wanita itu ke dalam.

   "Bos, untuk apa ini?"

Bawahan itu tidak paham.

   Orang yang berjalan di depan menatapnya dengan tajam: "Mengapa kamu mengajukan begitu banyak pertanyaan? Lebih baik mengetahui sedikit hal daripada mengetahui terlalu banyak."

“Kenapa masih bengong disana? Cepat lakukan, atasan sudah menyampaikan pada kami, mandikan wanita ini dengan sebersih-bersihnya, tidak boleh kotor sedikitpun."

Kemudian kedua orang itu keluar dari penjara. Bawahan yang masih sedikit bingung itu pun bertanya, "Bos, mengapa atasan mau menggunakan wanita ini? Dia telah disiksa selama berhari-hari, sekarang malah dimandikan, apa yang ingin mereka lakukan? Wanita itu sudah sekarat, bagaimana mungkin masih punya energi untuk menikmatinya?"

   "Jangan sok tahu kau! Dekatkan telingamu, aku akan memberitahumu."

Bawahan itu mendekatkan telinganya, orang yang dipanggilnya "Bos" membisikkan beberapa kata di telinganya. Setelah mendengarkannya, matanya membelalak kaget. Setelah bosnya pergi, wajahnya tampak ketakutan dan sekujur punggungnya berkeringat.

   "Hati wanita memang paling beracun, hati wanita memang paling beracun." Mulutnya bergetar, dan tidak bisa berhenti mengucapkan kalimat ini.

  Beberapa wanita tua yang datang dengan tergesa-gesa mulai memandikannya. Mereka menanggalkan pakaian wanita itu, lalu menaburkan banyak bubuk obat ke dalam air, dan mengoleskan banyak benda pada tubuh wanita itu. Kemudian gerakan mereka sangat kuat, tidak ada rasa kasihan sama sekali, seolah-olah yang berada di dalam tong itu bukanlah orang, melainkan benda mati, digosok dengan begitu kuat.

Setelah beberapa saat, kulit putih dan lembut wanita itu digosok hingga memerah. Wanita lain melihatnya dan buru-buru menghentikannya, berkata, "Nanti masih ada hal yang harus dilakukan, gosoklah lebih ringan. Jika kulitnya berubah menjadi merah, atasan akan merasa tidak puas."

  Setelah mendengarnya, wajah beberapa orang lainnya menjadi pucat, tetapi kembali normal dalam sekejap. Wanita yang awalnya menggosok dengan keras menjadi lebih ringan sekarang.

Sepanjang proses, wanita yang sekarat itu hanya menjadi boneka yang digerakkan orang lain, benar-benar kehilangan semangat hidup, bahkan ikan di talenan melompat beberapa kali sebelum mati, tapi dia sama sekali tidak bisa bergerak.

   "Sudah lumayan bersih." Seorang wanita tua yang terlihat lebih kompeten berkata demikian. Setelah diperiksa dengan cermat, orang itu mengangguk puas.

   "Bawakan selembar kain sutra, gulung orang ini dan angkat dia keluar."

Wanita itu digulung dengan lembut dan kuat oleh kain sutra, lalu pada saat ini, mata wanita itu tiba-tiba terbuka lebar, begitu lebar, seolah-olah sedang menunjukkan dendamnya, dan membuat semua orang ketakutan.

   "Gawat, dia sudah meninggal." Seorang wanita berteriak. Matanya terbuka lebar, tetapi dia sudah meninggal.

   Wanita lain berjalan kemari, menyentuh arteri di leher wanita itu, kemudian berbalik dan melihat orang lain, wanita ini benar-benar sudah meninggal.

   "Tidak masalah jika dia sudah meninggal. Mati lebih awal dan terlahir kembali akan lebih baik, jika tidak, dia akan merasakan sakit yang luar biasa dari tulang yang dipatahkan dan dikelupas."

  Wanita yang memimpin mengatakan sesuatu, lalu melakukan anjali, melafalkan beberapa kata Amitabha Amitabha.

   Beberapa wanita tua yang melihat mata wanita itu terbuka lebar, langsung merinding, seolah-olah wanita itu hidup kembali dan ingin membunuh mereka, para wanita itu buru-buru mengikuti wanita yang memimpin melafalkan Amitabha, Amitabha.

Setelah selesai melafalkan mantra, wanita tua yang memimpin itu berjalan ke arah sang wanita, ingin menutup mata wanita yang terbuka lebar. Mata itu terbuka lebar dan menatapnya dengan penuh kebencian, membuat orang yang berpapasan mata dengannya sesak napas.

  Tapi setelah melakukan ini beberapa kali, mata yang terbuka lebar itu tidak bisa ditutup. Kelopak matanya seolah sama sekali tidak bisa dipejamkan, bola matanya seolah pecah dan menatap wanita pemimpin itu, seolah ingin merengut nyawanya. Bola matanya perlahan berubah warna dari merah muda menjadi merah tua, kemudian pupil matanya menjadi semerah darah.

  Ploop, wanita yang memimpin berlutut dan berteriak, "Nona, ampuni aku, nona, ampuni aku!"

  Beberapa wanita tua lain mana pernah melihat pemandangan seperti itu, mereka sangat ketakutan hingga pantat mereka basah kuyup, dan buru-buru mengikuti wanita yang memimpin untuk berlutut dan memohon belas kasihan.

  Wanita yang memimpin itu berusaha menekan rasa takut di hatinya, tidak berani mengambil pekerjaan seperti ini lagi kelak.

Adegan seperti itu jarang terlihat. Keluarganya telah bekerja di bidang ini selama beberapa generasi, mayat dengan mata yang terbuka lebar dan berwarna merah darah, pasti sangat berbahaya. Ini adalah pertama kalinya dia melihat kasus seperti ini. Dia mengetahui situasi seperti ini dari catatan yang ditinggalkan oleh leluhurnya. Jika seseorang meninggal dengan mata terbuka dan warnanya merah, itu pasti pertanda buruk. Wanita ini memiliki banyak dendam, jika tidak ditangani dengan benar, itu akan membawa malapetaka.

   Solusi terbersih adalah melakukan kremasi, yang terbaik adalah membakarnya sehingga tidak ada sehelai rambut pun yang tersisa, jika tidak, barang peninggalan wanita itu akan menimbulkan masalah. Tetapi permintaan dari atasannya sangat kejam, entah kesalahan apa yang telah dilakukan wanita ini, mereka benar-benar sangat keji.

  Dia akan mencoba untuk berbicara dengan atasannya terlebih dahulu, tetapi hanya ada sedikit harapan. Orang-orang berpangkat tinggi dan berkuasa itu mana mungkin akan mendengar perkataan orang-orang yang berstatus rendah? Tapi dia harus mengambil risiko dan mencobanya, jika tidak, konsekuensinya tidak terbayangkan.

Wanita yang memimpin masih sedang berlutut di tanah, tidak berani berdiri dan menghadap mata merah wanita itu, jadi dia berusaha memohon berulang kali: "Nona, jika Anda memiliki dendam, jangan lampiaskan itu pada kami. Kami juga melakukannya dengan terpaksa, jadi nona, tolong ampuni kami.

   "Kenapa kalian masih berlama-lama disana, jika sudah selesai cepat keluar."

“Oh, baik baik.” Beberapa wanita buru-buru menjawab dan bangkit, tetapi kaki semua orang terasa sangat lemas, mereka tidak berani menatap wanita yang terbungkus kain sutra, apalagi mata yang bisa mendatangkan mimpi buruk itu.

  Sebelum pergi, wanita yang memimpin berusaha menahan rasa takutnya dan menutupi mata wanita itu dengan saputangannya.

   Saat keluar, wanita yang memimpin ingin mengatakan sesuatu kepada pemimpin yang masuk untuk mengangkatnya, tetapi dia sudah didorong ke samping, wanita tua itu sangat ketakutan sehingga tidak berani melakukan apa-apa lagi. Orang-orang itu semua membawa pedang, status mereka sangat tinggi. Mereka adalah orang-orang dari istana, membunuh seseorang seperti memotong wortel, jadi dia tidak berani melangkah maju, betapa bahayanya jika nyawa mereka tiada.

  Pada sore hari ini, para penjaga memasuki gerbang istana, menyeret sebuah kereta, tidak ada yang tahu apa yang berada di kereta itu.

  Malam itu, sekelompok orang berkumpul di sebuah ruangan terpencil di istana. Semua orang entah sedang sibuk apa, wajah mereka tanpa ekspresi. Ada begitu banyak orang, tetapi tidak ada yang berbicara. Ketika baskom berisi darah itu dituangkan ke selokan, bau yang menyengat sama sekali tidak menghilang.

  Pada siang hari, di dalam istana yang megah dan istana menjulang tinggi.

Di sebuah istana bagian timur, istana Putra Mahkota, seorang wanita berpakaian bangsawan sedang berbaring di atas ranjang, dikelilingi oleh beberapa dayang, beberapa di antaranya adalah pemijat, beberapa sedang memijat kakinya dan beberapa sedang mengoles kutek.

   Seseorang melapor untuk masuk, wanita itu mempersilakannya masuk.

"Bagaimana perkembangannya?"

   "Yang mulia, semuanya berjalan dengan baik. Setelah para pengrajin bekerja sepanjang hari dan malam, mereka sudah membuat kipas tulang, selembar kanvas kulit, dan sebuah gendang."

   "Oke, sangat bagus, tunjukkan padaku."

   "Baik yang mulia."

   Setelah beberapa saat, ketiga barang tersebut diangkat masuk. Wanita berpakaian mewah itu melangkah maju lalu mengambil kipas tulang itu dan memainkannya. Tulang kipas ini sangat bagus.

  Adik tersayangku, lihatlah, inilah yang terjadi padamu jika berebutan denganku. Bukankah kamu ingin menemani suamimu seumur hidup? Oke, saya akan mewujudkan impianmu, lihatlah betapa baiknya kakakmu ini? Kamu sepertinya harus berterima kasih kepadaku di alam baka.

   "Berikan kipas tulang ini untuk putra mahkota, katakan saja ini adalah hadiah dariku."

   Wanita itu berjalan ke depan gendang, mengangguk dan memandang gendang itu dengan kagum, gendang ini benar-benar gendang paling istimewa di dunia. Dia mengangkat tangannya dan mengetuknya beberapa kali, “dong” “dong” “dong”, wow, suaranya sangat bagus!

   Adik pertama sangat suka menyanyi, menari dan bermain alat musik, berikan ini padanya. Adik kedua, kamu bisa menemani kakak keduamu seumur hidup. Hahaha.

   "Pelayan, berikan drum ini kepada adik pertama. Jika dia bertanya, biarkan dia datang mencariku."

   Semua pelayan menaati perintahnya.

  Sisa selembar kanvas kulit, tentu saja ini harus disimpan sendiri. Wanita itu melangkah maju dan membelai garis di atas kanvas itu, itu terbuat dari kulit dan bekas lukanya masih berada disana, secara samar-samar terlihat kulit dari letak asli wajahnya.

   Dia menyentuh kulit kanvas itu seperti harta karun yang sangat berharga, kulitnya benar-benar sangat mulus, tapi sayangnya sekarang hanya bisa menjadi alat untuk melukis.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

100